16. Makna Keluarga

377 55 4
                                    

Walcome My Story
.
.
Jangan Lupa Vote Komen!!

Mahesa mengetuk pintu rumah Reyhan, tidak ada suara tampak seperti tidak ada orang begitu juga dengan rumah Satya. Mahesa heran bukankah mereka tadi pulang lebih awal dari Mahesa dan tentu harusnya mereka sudah berada di rumah apalagi sekarang sudah malam.

Mereka semua kemana? Pikir Mahesa bertanya-tanya padahal dia ingin mengajak mereka untuk makan malam bersama dengan kedua orangtuanya.

Disaat Mahesa ingin menghubungi Satya, orangtua Mahesa datang. Mahesa mengurungkan niatnya dan melangkah menghampiri orangtuanya.

"Kamu kok diluar Nak?" tanya Mama.

"Tadi Mahesa mau ajak Reyhan dan Satya gabung sama Kita tapi tampaknya mereka gak ada di rumah," cerita Mahesa.

"Mungkin mereka sedang diperjalanan," sahut Papa.

Mahesa mengangguk membenarkan ucapan dari Papanya.

"Kalian masuk aja dulu, Papa mau mengeluarkan bawaan Mama yang ada dimobil," ucap Papa.

"Ayo Nak," Mama menarik Mahesa untuk masuk.

Wanita paruh baya ini menatap seisi ruang tamu yang ada di rumah Mahesa, ruangan itu agak berantakan, buku-buku dan bungkusan makanan berserakan dimana-mana. Mama Mahesa tersenyum melihatnya, anak laki-lakinya ini pasti sangat sibuk dengan urusan di sekolah hingga tidak sempat membersihkan rumah.

Mahesa menatap kearah Mamanya dan mengikuti arah matanya, Mahesa menepuk jidatnya saat baru sadar jika ruang tamunya sekotor itu, dia benar-benar sibuk hingga tidak sempat membereskannya.

"Maaf Ma berantakan gini, ini buku siswa dan siswinya Mahesa, tadi malam Mahesa ngoreksi pekerjaan rumah mereka lalu setelahnya Mahesa ketiduran dan paginya juga Mahesa buru-buru jadi tidak sempat membereskan, tapi Mama tenang aja makanan sudah Mahesa siapkan kok," ucap Mahesa sambil membereskan buku-buku yang beserakan.

Mama berjongkok ikut mengambil buku-buku itu, Mahesa berteriak panik. Dia mengambil buku itu dari tangan Mamanya dan menyuruhnya untuk duduk saja.

"Mama duduk aja, Mahesa janji akan membersihkannya secepat kilat,"

"Nak, ini hanya buku Mahesa bukanlah batu yang membuat Mama kecapean," balas Mama Mahesa tertawa kecil melihat tingkah laku anak laki-lakinya.

"Gak Ma, seringan apapun benda itu kalau ada Mahesa, putramu ini tidak akan membiarkan Mama repot-repot mengangkatnya, Mama harus minta bantuan Mahesa meskipun cuma pekerjaan sepele,"

"Kamu ini ya," jawab Mama sampai geleng-geleng kepala.

"Mahesa mohon Mama duduk aja ya, oke Mama Sayang, sini Mahesa bantu duduk disofa," Mahesa menarik Mamanya untuk bangun.

Mama menepuk pelan kedua pipi Mahesa.

"Putra Mama sudah sebesar ini ya, dia bahkan sudah sukses sekarang, Mama ketinggalan sangat jauh ya hingga tidak menyadarinya, Mahesa tumbuh dengan baik meskipun Kami selalu pilih kasih, Mama bangga dengan Mahesa,"

Mahesa menggeleng kuat, masa lalu memang menyakitkan tapi Mahesa sekarang sudah merasa lebih baik walaupun kadang Mahesa masih berharap Kakaknya hidup dan bersama dengan mereka disini.

TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang