23. Tentang Ayah Kandung

297 50 9
                                    

Walcome My Story
.
.

Love You Ges!!

Adiba menatap kearah Mahesa yang berdiri disampingnya. Laki-laki dengan baju batik itu tersenyum meyakinkan jika semua akan baik-baik saja, berbekal ingatan tentang Fahri yang mengatakan rumah mereka tidak jauh dari supermarket, kini Adiba dan Mahesa berdiri didepan sebuah rumah kecil.

Setelah pergi ke taman dan tidak menemukan Fahri disana, mereka memutuskan untuk menemui Fahri langsung di rumah pria itu saja.

"Permisi, assalamualaikum," ucap Adiba.

Tidak lama terdengar suara teriakan dari dalam menjawab salam Adiba. Pintu terbuka dan tampaklah Fahri yang menatap kaget kearah mereka.

"Adiba," ucapnya kaget.

Fahri mempersilahkan masuk, mereka duduk diatas lantai beralaskan tikar.

"Maaf jika ganggu waktu Paman," ungkap Adiba.

"Tidak Nak, Paman malah senang dengan kedatangan Kamu disini," jawab Fahri lalu sekilas melirik kearah Mahesa.

"Kedatangan Adiba kesini untuk mengunjungi makam Ayah Kandung Diba," jelaskan Adiba yang diangguki tenang oleh Fahri.

"Ayo Nak ikuti Paman,"

Fahri berdiri diikuti Adiba dan Mahesa yang hanya diam sedari tadi. Mereka terus mengikuti Fahri yang menuntun Adiba dan Mahesa menuju belakang rumah Fahri. Sebuah gondokan tanah yang sudah rata dan tampak batu nisan diatasnya.

Fahri menyuruh Adiba mendekat, meskipun Mahesa tidak diajak, laki-laki itu dengan mandirinya juga ikut mendekat dan jongkok disamping Adiba.

"Dia pasti senang lihat putri nya berkunjung," ucap Fahri.

"Oh," bukannya Adiba yang menjawab tapi malah Mahesa.

Fahri dan Adiba bersama-sama melihat kearah Mahesa yang langsung cengengesan sendiri. Adiba tertawa kecil sebentar lalu memusatkan fokosnya kearah batu nisan, disana tertulis nama Ayah kandungnya.

"Paman ingat sesuatu, Paman ke rumah sebentar ada sesuatu buat Adiba. Kamu tunggu disini ya," Fahri bergegas berlari menuju rumahnya

Mahesa menepuk pelan lengan Adiba dengan jari telunjuknya. Gadis remaja itu melihat kearah Papanya. Mahesa berbisik kearahnya.

"Lo gak mau nangis kah?" tanya Mahesa.

"Adiba bingung sendiri, disatu sisi Adiba senang bisa tahu keberadaan Ayah kandung Diba sekarang tapi disatu sisi sedih karena Adiba tidak bisa mengingat memori apapun dengannya, apa Ayah kadung Diba menyayangi Diba dulu sebelum dia memutuskan untuk pergi,"

"Dengarkan apa kata Gue, gak ada orang yang gak sayang sama Lo Dib, Gue pikir dia ninggalin lo karena saat itu mental dan kondisi dia tidak stabil, lo pasti paham kan maksud Gue kearah mana?" jelaskan Mahesa.

Adiba mengangguk. Dia mengelus pelan nisan itu.

"Ayah, maaf jika Diba tidak bisa mengingat apapun tentang Ayah tapi jauh dilubuk hati Diba, Ayah tetap menjadi salah satu orang yang Adiba sayangi, terima kasih untuk semua kenangan yang mungkin Ayah ciptakan untuk Diba yang telah Adiba lupakan,"

Fahri yang baru saja sampai tersenyum mendengar penuturan Adiba.

"Andre, lo lihat putri lo sekarang tumbuh jadi sosok sebaik itu," batin Fahri.

Mahesa yang merasa seseorang berada dibelakangnya langsung berbalik, Fahri berdiri tidak jauh dari mereka tanpa melunturkan senyumannya. Dia melangkah mendekat memberikan sebuah kotak kepada Adiba.

TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang