28. Dua Kejadian Dalam Satu Hari

313 47 26
                                    

Walcome My Story
.
.
Love sekebon buat kalian!!


Satu bulan telah berlalu begitu saja mengartikan jika perpisahan mereka dengan Reyhan sudah selama itu. Rumah yang dulunya dihuni dua pasangan itu telah kehilangan penghuninya. Pria yang kerap dipanggil Abi itu jarang memberikan kabar karena kesibukkannya mengurus pesantren.

Hanya Labiba yang kadang-kadang memberitahukan keadaan mereka disana dan itu juga bisa dihitung jari tampaknya perempuan itu juga sibuk dengan pekerjaannya membantu temannya mengajar di TK yang ada di kampung persis seperti yang dikabarkan oleh Labiba lewat via telpon.

Jika ditanya rindu? Tentu Adiba sangat rindu apalagi dengan panggilan kesayangan Abi untuknya. Adiba menghela napas, sudah lebih dari tiga kali dia melakukan itu.

Gadis imut ini kembali memakan bekal yang ada dipangkuannya. Tiba-tiba Mahesa datang dan duduk disamping Adiba. Guru satu ini tampak begitu senang.

"Teman lo mana Dib?" tanya Mahesa.

"Kalau Denis katanya ke kantin dulu ada yang ingin dia beli kalau Wiliam dipanggil Bu Guru ke kantor tadi,"

Mahesa mengangguk, dia meminta izin untuk meminta bekal yang dimakan Adiba, gadis remaja ini mengangguk mengiyakan.

"Coba tebak Dib, Gue bawa kabar baik buat lo," ucap Mahesa antusias.

"Apa?" tanya Adiba.

"Tadi Bang Satya telpon Gue dan kasih tahu kalau Mama lo tengah di rumah sakit, katanya sebentar lagi adik lo lahir Dib,"

Wajah Adiba mendadak khawatir, Mahesa yang peka langsung menghibur gadis remaja ini.

"Kata Bang Satya lo gak usah panik Dib, Mba Mawar baik-baik aja kok, lo fokos dulu sama sekolahnya nanti kalau udah pulang kita kesana, Gue bakal jemput lo, tunggu aja didepan pagar seperti biasa,"

"Papa, Mama benar-benar gak papa kan?" tanya Adiba lagi masih dilanda kekhawatiran.

Dia menunduk sambil mengaduk pelan nasinya. Mahesa berjongkok didepan Adiba membuatnya bisa melihat wajah gadis remaja ini.

"Adiba kan anak baik jadi lo cukup doain Mba Mawar, doa lo pasti dikabulin, percaya aja sama Gue, gak perlu khawatir," ucap Mahesa.

Adiba mengangguk dengan tersenyum kecil. Mahesa tiba-tiba berdehem.

"Humaira, percayakan semua sama Allah, kita harus percaya jika semua akan baik-baik saja, Allah maha penolong dan kita sebagai hambanya harus yakin dengan setiap takdir yang telah Allah berikan, Humaira harus perbanyak doa, Allah selalu bersama hambanya Humaira," ucap Mahesa menirukan gaya bicara Reyhan.

Adiba tertekun sejenak, Mahesa kembali berdehem lalu melihat kearah raut wajah Adiba.

"Gimana? Udah mirip gak?"

Adiba mengangguk kini tawanya muncul. Mahesa senang luar biasa karenanya.

"Kalau gitu Gue balik duluan ya Dib, masih ada kerjaan yang perlu Gue urus, Gue kesini nemuin lo cuma mau kasih itu aja sih, baikkan Gue?" ucap Mahesa menatap Adiba, sedangkan yang ditatap hanya diam sekaligus bingung melihat kearah Mahesa yang sudah berdiri menjulang didepannya.

TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang