Walcome My Story
.
.
Janlup Vote dan Komen!!Mahesa menatap sendu bercampur takut kearah pintu yang mana didalamnya ada Adiba. Satya dan Reyhan yang tengah bersandar melihat kearah Mahesa yang memang sengaja disuruh untuk masuk terlebih dahulu dibandingkan mereka.
Laki-laki itu menarik napasnya lalu menghembuskannya berulang kali, dia benar-benar takut sekarang? Bagaimana jika Adiba marah kepadanya? Bagaimana jika saat dia melangkah masuk, Adiba menatapnya marah dan kesal. Bagaimana kalau Adiba kesal sekali kepadanya dan melemparinya dengan panci? Dan bagaimana bisa ada panci diruangan Adiba?!
"Masuk aja Sa," ucap Satya yang diangguki Reyhan.
Satya sudah mulai geram dan lelah dengan kelakuan Mahesa yang sudah berdiri hampir tiga puluh menit, kakinya lama-lama pegel juga!!
"Humaira gak seperti yang lo pikirkan Sa," sahut Reyhan.
Dengan tangan gemetaran, Mahesa membuka pintu itu. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Adiba tengah tiduran membelakanginya, mengingat Wiliam yang datang juga Denis yang sempat datang pasti membuat tenaga gadis remaja itu terkuras.
Perlahan Mahesa menarik kursi dan duduk disamping tempat Adiba istirahat. Dia melirik kearah obat yang ada disampingnya, sepertinya Adiba baru saja meminum obat itu. Mahesa kembali berdiri, berniat untuk keluar tidak ingin menganggu Adiba.
Baru saja Mahesa ingin melangkah pergi, tangannya ditahan. Mahesa memutar badannya kearah Adiba.
"Papa," gumam Adiba.
"Maaf ganggu lo Dib, Gue baru aja mau keluar-'"
Adiba menggelengkan kepalanya kuat, dia tidak ingin Papanya pergi dan menghilang seperti beberapa hari ini.
Perlahan Mahesa kembali duduk, Adiba tidak melepaskan tangannya dari Mahesa sedikit pun."Papa kemana aja sih, Adiba cari Papa tahu," ungkap Adiba.
"Lo cari Gue?" ucap Mahesa menunjuk dirinya yang diangguki Adiba dengan heboh.
"Papa tahukan Diba lagi sakit? Harusnya Papa disini temani Adiba," ucap Adiba.
"Dib, harusnya lo marah dan gak ingin ketemu Gue, gara-gara kecerobohan Gue semua ini terjadi," sahut Mahesa.
Adiba perlahan bangun dari berbaringnya, dia duduk dengan dibantu Mahesa yang siap siaga.
"Papa itu gak salah sedikit pun, semua yang terjadi biarkan saja berlalu, berhenti nyalahin diri sendiri. Diba bakal marah kalau Papa masih berpikir seperti itu. Papa Mahesa adalah superhero bagi Adiba lalu bagaimana bisa Diba marah kepada pahlawan Adiba ini,"
"Diba-"
"Papa, semua sudah terjadi dan tidak perlu dipikirkan lagi. Papa jangan pergi ninggalin Adiba ya, asal Papa tahu, tidak ada orang yang seberuntung Adiba punya kalian bertiga, dulu Diba berpikir sampai kapanpun Adiba tidak akan pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah-"
Adiba menatap sendu kearah Mahesa yang juga melihat kearahnya dengan pandangan yang sama.
"Kalian luar biasa dalam hidup Adiba, tanpa adanya kalian semua yang terjadi pada Adiba gak akan pernah bisa Adiba rasakan. Adiba senang dengan sikap lebay Ayah Satya, Adiba senang diajari ngaji, shalat, dan hal lainnya dan Adiba juga senang dengan sikap gengsi Papa yang tidak ada batasnya ini. Kalian memberikan warna yang begitu berarti dalam hidup Adiba, kalian bertiga. Jadi, jangan tinggalkan Adiba sampai kapanpun karena Adiba ingin setiap perjalanan hidup Adiba, kalian selalu hadir,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)
Fiksi Penggemar[Jangan Lupa Vote dan Komen Ges!!] [Siapa yang rindu dengan cerita satu ini!! kalau masih pada penasaran kelanjutannya, Aku bikin versi sequel-nya] Cerita ini berawal dari Satya, Reyhan, dan Mahesa yang merawat anak kecil yang tiba-tiba berada dide...