13. Kami Semua Bersamamu, Adiba

444 58 9
                                    

Walcome My Story
.
.
Janlup apa? Iyaa vote dan Komen hehe!!

Sore yang indah ini dihabiskan Adiba dengan aktivitasnya di dapur, setelah ditunjuk untuk memasak Adiba bersemangat belajar membuat makanan manis. Dia tidak ingin semua orang akan kecewa padanya jika sampai nanti makanan yang dia buat tidak enak.

Gadis remaja ini benar-benar berusaha sebisa mungkin. Sedangkan diluar, Satya baru saja sampai setelah datang dari Cafe Reyhan. Dia membuka pintu dan pemandangan pertama yang dia lihat Mawar tengah menonton televisi.

"Sayang, Aku sudah pulang," Satya mencium kening Mawar yang hanya bergumam mengiyakan karena dia fokos dengan televisinya.

Satya mengacak rambut Mawar saking gemesnya, dia menuju ke kamar Adiba untuk mengecek putrinya itu namun Adiba tidak ada, belum sempat dia bertanya kepada Mawar, suara benda jatuh dari arah dapur.

Satya bergegas menghampiri dan betapa terkejutnya dia melihat pisau tergeletak dilantai dengan Adiba yang memegang jarinya berdarah, dengan panik Satya meraih tangan Adiba.

"Astaga Sayang,"

Satya membantu Adiba mencuci tangan lalu membersihkan lukanya.

"Kenapa bisa luka gini? Pisau ini memang harus kita buang, dia berani banget lukain tangan Adiba,"

"Ayah tadi Adiba kurang fokos motong pisangnya," jawab Adiba.

"Ini bukan salah pisaunya," ucap Adiba lagi sambil tertawa kecil.

Satya mengehela napasnya. Dia yakin Adiba sekarang khawatir.

"Kamu khawatir jika masakan Kamu gak enak?"

Adiba mengangguk perlahan.

"Adiba takut Ayah, bagaimana jika nanti makanan yang Adiba masak paling buruk," jawab Adiba.

Satya membungkukkan dirinya dan kini dia dapat dengan jelas melihat raut wajah putri kesayangannya. Satya tersenyum sangat manis kearah Adiba yang melihat kearahnya.

"Adiba harus tahu, Ayah tidak pernah merasakan masakan luar biasa kecuali dari empat perempuan kesayangan Ayah," Satya menunjukkan jarinya dan mulai menghitung.

"Pertama masakan Nenek Adiba, kedua masakan Bibi Ayah, ketiga masakan Mama Kamu dan yang keempat masakan-"

Satya menyentuh pelan hidung Adiba. Gadis remaja ini tertawa pelan.

"Dan yang terakhir masakan Adiba, bagi Ayah masakan Adiba mengalahkan makanan chef bintang lima, Ayah jujur tidak bohong," ucap Satya dengan yakin.

"Tapi Ayah, Adiba-"

"Adiba, jika Kamu menanam pikiran jelek maka itu bisa terjadi, tapi jika Kamu berpikir baik, semua hal buruk itu tidak akan terjadi, percaya dengan Ayah,"

Satya meraih kedua tangan Adiba, dia meletakkannya didadanya.

"Kamu tidak tahu seberapa ajaibnya tangan mungil ini saat memasak, Ayah dapat merasakan efeknya, masakan Putri Ayah yang terbaik sekalipun dia memasak nasi namun rasanya asin,"

Adiba mengangguk dengan perasaan yang sudah jauh lebih tenang sekarang, ucapan Ayahnya bagaikan sebuah mantra penenang.

"Jadi, jangan takut lagi, Ayah yakin Adiba pasti bisa, karena Adiba-"

TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang