31. Mahesa Pergi?

238 36 3
                                    

Walcome My Story
.
.
Satyaaa jangan pisahkan Mahesa dan Adiba dong hiks!!!


Kaki Adiba seketika lemas ketika mendengar suara teriakan Satya, dia terbangun karena suara yang begitu dia kenal tengah berdebat. Adiba yang mendengar semuanya dari awal hingga selesai hanya bisa diam tidak berdaya hingga akhirnya Ayahnya itu masuk dengan tatapan sendu yang tertuju kearahnya.

Matanya mereka berdua bertemu, Ayahnya itu menarik napasnya lalu menghembuskannya pelan.

"Kamu dengar semuanya Sayang?" tanya Satya tanpa basa-basi.

Adiba mengangguk pelan, air matanya mulai mengenang. Satya tiba-tiba bersimpuh didepan Adiba, dia menutup wajahnya menangis. Adiba melihat kearah Satya lalu bergantian melihat kearah pintu, dimana suara tangis Mahesa juga terdengar.

"Ayah," panggil Adiba perlahan berjongkok meskipun dia harus menahan sakit kakinya.

Satya perlahan menunjukkan wajahnya, air mata memenuhi wajah Satya, Adiba menghapusnya perlahan. Benak Satya begitu sesak, dia juga tidak tahan melihat Mahesa memeluk kedua kakinya memohon, awalnya dia memang kesal dan ingin memukul wajah Mahesa tapi akal sehatnya kembali saat dia melihat betapa putus asanya Mahesa memohon untuk Reyhan agar tidak dipisahkan dengan Adiba.

"Maaf Adiba, Ayah memang sejahat itu dan Adiba boleh anggap Ayah jahat karena sudah memperlakukan Mahesa seperti itu. Tapi Diba, ketika Ayah melihat Mahesa datang keruangan dengan pakaian penuh darah, Ayah khawatir takutnya dia terluka atau semacamnya tapi setelah dia ceritakan semuanya Ayah marah sekali,"

Satya menggenggam erat tangan Adiba.

"Melihat keadaan Kamu tadi malam membuat Ayah ingin mati saja, Diba Kamu adalah bagian penting dalam hidup Ayah, tanpa Kamu tahu betapa tersiksanya Ayah saat Kamu dibawa Mawar dulu dan membuat kita terpisah, hidup memang berjalan semestinya tapi hidup Ayah hampa tanpa adanya Kamu, selain karena Ayah mencintai Mama Kamu, Ayah menikahi Mawar juga agar Ayah bisa menggantikan peran Andre yang telah meninggalkan Kamu, Ayah sudah anggap Diba putri kandung Ayah,"

Adiba ikut menunduk mendengarkan ucapan Satya.

"Adiba maafkan Ayah jika terkesan egois seperti ini," lajutkan Satya.

"Ayah ini semua bukan salah Papa, dia pasti ada urusan mendadak dan melupakan Adiba. Tapi, waktu itu Papa sendiri yang datang dan menolong Adiba dari tiga preman itu, Ayah jangan marah sama Papa. Baik Ayah, Papa Mahesa, dan juga Abi Reyhan, kalian bertiga adalah sosok yang luar biasa bagi Adiba. Peran kalian sangat berarti bagi Adiba, hampir setiap harinya Diba bersyukur bisa dipertemukan dengan kalian bahkan Ayah juga harus tahu, rasa sayang Diba untuk kalian lebih besar dibandingkan apapun,"

Kini giliran Adiba yang menggenggam erat tangan Satya.

"Tanpa kalian bertiga Adiba gak akan  bisa punya nama sebagus ini, Adiba juga mana tahu rasanya ditangisi hanya karena masuk TK, Adiba juga gak akan tahu bagaimana menyenangkan bermain dan berbagi cerita kepada kalian bertiga. Ayah dengan sifat lembutnya, Abi dengan segala bentuk pendidikan agama-nya dan Papa Mahesa yang memiliki gengsi selangit. Kalian itu luar biasa Ayah, jangan sampai hanya karena kejadian itu membuat hubungan kalian menjauh, kalian sahabat sejati, tidak ada sahabat seperti kalian,"

Satya mengangguk, perlahan dia bangkit sambil membantu Adiba bangun dari jongkoknya. Satya mengelus rambut Adiba dengan pelan. Sial! Karena amarah dia jadi melampiaskan semuanya kepada Mahesa dan betapa bodohnya dirinya.

"Kamu gak papa Ayah tinggal disini? Ayah mau nyusul Mahesa dulu," ucap Satya yang diangguki Adiba dengan raut wajah senang.

Setelah mendapatkan izin Adiba, Satya bergegas meraih gagang pintu untuk segera menyusul Mahesa, meski diluar masih badai, yang terpenting sekarang adalah Mahesa.

Baru saja pintu terbuka, mereka berdua dikejutkan dengan kedatangan Wiliam yang datang dengan seragam basah, napas laki-laki remaja ini tidak beraturan.

Dia tersenyum lega saat melihat Adiba berdiri didepannya meskipun dengan penampilan yang menyakitkan bagi benaknya, Adiba dengan balutan perbannya.

Adiba menatap Wiliam dengan raut terkejut begitu juga dengan Satya.

"Maaf Om, Saya datang dalam keadaan seperti ini," ucap Wiliam menunduk.

Satya melirik kearah Adiba yang tidak mengalihkan pandangannya dari Wiliam, dia berdehem membuat Adiba melihat kearahnya lalu tersenyum kecil.

"Kamu kok bisa basah gini? Jangan bilang Kamu bolos," tuduh Satya.

Tidak terduga Wiliam yang Satya anggap anak baik-baik. Hanya agak ya, mohon digaris bawahi!! Ternyata mengangguk mengiyakan ucapan Satya.

"Saya panik saat dengar kabar yang beredar di sekolah Om tentang Adiba karena pihak polisi datang untuk mencek cctv. Saya bergegas menuju kearah sini dan karena lagi tengah hujan deras kendaraan umum jarang lewat, karena itu Saya pinjam sepeda teman Saya untuk bisa ke rumah sakit," jawab Wiliam masih menunduk dalam.

"Kamu nerebos hujan?" tanya Satya.

"Kamu ini buta ya, gak lihat kalau calon mantu sebasah ini," sela Mawar yang baru datang.

Satya hanya bisa bergumam jengkel mendengar ucapan Mawar menyebut Wiliam calon mantu. Mawar menyuruh Adiba dan Wiliam masuk meninggalkan dirinya dan Satya yang masih berdiri didepan pintu.

"Kamu cari saja dulu Mahesa, anak-anak biar Aku yang urus," ucap Mawar mengelus pelan lengan Satya.

Satya menatap dalam kearah Mawar yang tersenyum, membuat Satya semakin kuat.

"Semua orang pernah punya kesalahan termasuk Aku, kesalahan yang Aku buat bahkan jauh lebih fatal dari ini, Aku adalah wanita gila yang bahkan menyebut anak sendiri dengan panggilan anak haram, kurang bejat apalagi? Tapi kalian masih mau ngasih Aku kesempatan kan? Begitu juga dengan Mahesa, dia laki-laki bertanggung jawab dan Kamu juga tahu itu,"

Satya mengangguk membenarkan ucapan Mawar. Dia beranjak pergi berlari mencari Mahesa, siapa tahu laki-laki itu masih ada disekitaran rumah sakit. Satya terus berlari mengelilingi rumah sakit namun nihil dia tidak menemukannya.

"Rumah, Gue harus pulang," gumam Satya.


"Rumah, Gue harus pulang," gumam Satya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TIGA PAPA MUDA (SEQUEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang