Acara resepsi pernikahan sudah selesai, sekarang Cain dan Calynn sudah berada di kamar hotel. Kamar itu dihias seindah mungkin seperti lilin-lilin kecil menerangi tempat itu dan taburan kelopak bunga mawar di kasur.
Calynn langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, kedua kakinya sangat sakit karena harus berdiri dan duduk. Berdirinya juga sangat lama, dia benar-benar sangat lelah hari ini.
Cain masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya, apalagi dia merasa begitu gerah setelah melakukan acara resepsi pernikahannya.
"Hoamm... sebaiknya aku tidur saja, mata ku sudah mengantuk." Gumam Calynn.
Calynn memejamkan matanya dan akhirnya tertidur pulas, gadis itu belum mengganti gaunnya.
Beberapa menit kemudian, Cain keluar dari kamar mandinya dan pria itu memakai handuk. Dia melihat Calynn sudah tidur dan masih memakai gaun, lalu dia memakai celana panjang dan membaringkan tubuhnya di samping sang istri. Cain memejamkan matanya dan akhirnya tertidur pulas.
⭐⭐⭐⭐⭐
Keesokan harinya...
Terlihat sepasang suami istri yang masih baru saling berpelukan, mereka berdua masih terlelap dalam tidur. Perlahan-lahan Calynn membuka matanya dan terkejut karena di peluk Cain.
Calynn berusaha melepaskan pelukan Cain tapi pria itu mengeratkan pelukannya, lalu dia menggigit hidung mancung Cain.
"Apa-apaan kamu?" Cain membuka matanya dan melihat Calynn dengan tatapan tajamnya.
"Tolong lepaskan pelukan om." Ucap Calynn menatap Cain tanpa takut.
Cain melepaskan pelukannya dari Calynn, lalu pria itu mengelus hidung mancungnya. Calynn langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena suaminya bertelanjang dada, apalagi ada otot perut sekitar 8 kotak dan tato naga di dada kanannya.
"Tolong om pakai baju sekarang, mata suci ku ternodai oleh mu." Ucap Calynn.
"Kamu tidak berhak mengatur saya, karena saya suami mu." Ucap Cain bersedekap dada menatap Calynn yang masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tapi kan seorang suami harus mematuhi seorang istri." Calynn menurunkan kedua tangannya dan menatap tajam Cain.
"Oh benarkah?tapi bagi saya, seorang istri harus mematuhi seorang suami." Ucap Cain menatap datar Calynn.
"Nyenyenye..."
Calynn langsung memalingkan wajahnya, dia benar-benar kesal dengan Cain. Sedangkan pria itu menatap datar melihat istri kecilnya, apalagi gadis tersebut masih memakai gaun.
"Sebaiknya kamu segera mandi, karena kita akan ke mansion saya." Ucap Cain.
"Tapi bagaimana dengan barang-barang ku di mansion, om?" Tanya Calynn menatap Cain.
"Nanti bawahan saya yang akan mengambil barang-barang mu di mansion Leandra." Ucap Cain.
"Tapi nanti aku pakai apa?mana mungkin aku pakai gaun ini lagi?" Ucap Calynn.
"Kamu mandi dulu, pakaian mu akan segera datang karena tangan kanan saya sedang mengambil pakaian mu." Ucap Cain.
"Awas kalau bohong." Ucap Calynn menatap tajam Cain.
Calynn mengambil jubah mandinya dan masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Cain menghela nafasnya.
"Benar-benar merepotkan." Gumam Cain.
Tok...tok...
Cain membuka pintu kamar dan melihat tangan kanannya menyodorkan sebuah paper bag berisi pakaian untuk Calynn yang sudah dia beli dari mall.
"Kamu tunggu di parkiran, nanti saya dan istri saya akan menyusul." Ucap Cain.
"Baik, tuan Cain." Ucap Haiden Harisson, tangan kanan Cain sekaligus sahabatnya.
Haiden meninggalkan tempat itu, Cain menutup pintu kamar dan meletakkan paper bag itu ke atas kasur.
Beberapa menit kemudian, Calynn selesai mandi dan gadis itu keluar dari kamar mandi. Dia memakai jubah mandinya dan rambut panjangnya terurai begitu saja.
"Om, mana pakaian ku?" Tanya Calynn menatap Cain.
Cain menatap ke arah Calynn, pria itu sedikit terpesona melihat istri kecilnya. Wajahnya sangat cantik meskipun tidak memakai makeup, bibirnya yang semerah ceri dan hidung nya yang mungil.
"Hei om." Calynn melambaikan tangannya ke arah Cain yang termenung.
"Pakaian mu di sana." Cain menunjuk paper bag di atas kasur.
"Om juga mandi sana." Ucap Calynn.
"Saya tahu." Ucap Cain.
Cain mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Calynn memakai pakaian yang di beli Haiden. Lalu gadis itu menyisir rambut panjangnya.
Beberapa menit kemudian, Cain keluar dari kamar mandi dan memakai handuk. Dia melihat Calynn duduk di samping kasur sambil memainkan ponselnya, lalu pria itu memakai kemejanya dan celana hitam panjang.
"Ayo kita pulang." Ucap Cain.
Calynn beranjak dari kasur dan mengikuti Cain dari belakang, saat mereka berdua menyusuri lorong-lorong hotel. Para karyawan hotel menunduk kepala saat kedua orang itu melewati mereka.
Tidak lama kemudian mereka tiba di parkiran, Cain dan Calynn masuk ke dalam mobil Mercedez yang terparkir di sana. Lalu mobil tersebut meninggalkan tempat itu.
Selama dalam perjalanan menuju ke mansion D'Alsthon, Calynn fokus memainkan gamenya di ponsel sedangkan Cain fokus membaca artikel tentang pernikahannya di tablet.
"Calynn." Cain menatap ke arah Calynn.
"Ada apa ya, om?" Tanya Calynn masih fokus main gamenya.
"Apakah kamu bisa mengurus anak-anak?" Tanya Cain.
"Oh tentu saja aku bisa, om. Aku sering menjaga sepupu-sepupu ku yang masih kecil-kecil, aku juga pernah menjaga adikku saat masih kecil. Aku suka sama anak-anak kecil." Ucap Calynn sambil tersenyum manis.
"Bagus kalau begitu, saya senang mendengarnya. Jadi kamu bisa mengurus anak-anak saya." Ucap Cain.
"Siap, om." Ucap Calynn.
"Yang perlu kamu ketahui bahwa ketiga anak saya belum menerima mu sebagai ibu sambung mereka." Ucap Cain.
"Hah?tapi kemarin anak-anak mu menerima ku." Ucap Calynn menatap bingung Cain, apalagi dia sangat ingat Rowan tampak begitu menerimanya.
"Mereka hanya berpura-pura saja menerima mu sebagai ibu sambung mereka, mereka pandai berbohong." Ucap Cain.
Cain sangat tahu ketiga anaknya pandai berbohong di depan banyak orang atau bisa di katakan Milo dan kedua saudaranya manipulatif.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CALYNN|| HAPPY ENDING
FanfictionCalynn Olenna Leandra terpaksa harus menikah dengan seorang pria duda beranak 3 untuk melunasi hutang sang ayah, tentu saja sang ayah menolaknya. Dia tidak mau putri semata wayangnya harus menikahi pria duda itu, tapi dia tidak berbuat apa-apa. Cal...