Keesokan harinya...
Calynn membuka matanya perlahan dan terkejut melihat Cain yang terlihat menggigil, gadis itu merasakan dahi suaminya.
"Panas sekali, sepertinya om Cain demam." Gumam Calynn, gadis itu ingin melepaskan pelukan Cain tapi pria tersebut semakin mengeratkan pelukannya.
"Jangan pergi." Ucap Cain langsung membuka matanya perlahan dan menatap Calynn.
"Aku mau menelepon dokter untuk memeriksa mu, om Cain." Ucap Calynn.
"Kepala saya pusing rasanya mau pecah, Calynn." Ucap Cain.
"Makanya kalau aku bilang jangan mandi malam, tapi om tetap saja mandi. Kan jadi begini." Calynn memutar bola mata malasnya dan menghela nafasnya.
Calynn mengambil ponselnya dan menelepon Edwin karena dia juga seorang dokter, sedangkan Cain masih memeluk istrinya.
"Bang Edwin bisa datang ke mansion om Cain?om Cain sakit." Ucap Calynn.
"Abang bisa ke sana." Ucap Edwin.
"Aku menunggu, jangan lama." Ucap Calynn.
"Abang tahu." Ucap Edwin.
Tut
Calynn memutuskan telepon sepihak dengan Edwin, lalu gadis itu menatap Cain yang masih menggigil dan mengeratkan pelukannya.
"Kenapa kamar kita berputar-putar, Calynn?" Tanya Cain menatap Calynn dengan tatapan sayu.
"Kamar kita tidak berputar-putar, om. Sebaiknya om pejamkan mata." Ucap Calynn menatap Cain.
"Tapi jangan pergi ya." Ucap Cain sambil memasang wajah memelasnya.
"Wajah om tidak cocok memelas." Ucap Calynn.
Tok...tok...
"Om lepas dulu ya pelukannya, aku harus membuka pintu kamar." Ucap Calynn menatap Cain.
"Jangan lama ya." Ucap Cain.
"Iya, om." Ucap Calynn berusaha sabar menangani Cain yang sedang sakit.
Cain melepaskan pelukan Calynn, lalu gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke pintu kamarnya. Saat membuka pintu kamar, dia melihat Milo dan kedua adiknya berdiri di hadapannya.
"Ada apa anak-anak?" Tanya Calynn menatap ketiga anak tirinya.
"Mommy tumben belum menyiapkan sarapan." Ucap Milo.
"Daddy kalian sakit." Ucap Calynn.
"Benarkah?" Ucap mereka bertiga tidak percaya mendengar ucapan Calynn, karena mereka tahu kalau Cain tidak pernah sakit.
"Iya..."
"Calynn, di mana suami mu?"
Tiba-tiba Edwin baru saja tiba di sana, pria itu memakai jas dokter. Tidak lupa juga Casara ikut bersamanya.
"Dia ada di dalam, ayo masuk." Ucap Calynn.
Mereka pun masuk ke dalam kamar milik Cain dan Calynn, mereka bisa melihat Cain sedikit menggigil. Lalu Edwin memeriksa kondisi pria itu.
"Daddy tidak pernah sakit sebelumnya." Ucap Laurell.
"Sebaiknya kalian bertiga sarapan pagi, lalu baru berangkat ke sekolah." Ucap Calynn menatap ke arah ketiga anaknya.
"Baik, mommy." Ucap mereka bertiga.
Milo dan kedua adiknya meninggalkan tempat itu, sebenarnya mereka cukup enggan pergi dari sana. Casara menepuk pundak Calynn dan tersenyum tipis.
"Aku salut sama kamu, Calynn. Ketiga anak tiri mu sudah menerima mu." Ucap Casara.
"Iya, begitulah." Ucap Calynn sambil tersenyum tipis.
"Calynn, sepertinya suami mu mengalami demam tinggi. Suhu badannya sekitar 39° Celcius." Edwin menatap ke arah Calynn.
"Tinggi sekali, lalu aku harus bagaimana?" Calynn menatap ke arah Cain lalu ke arah Edwin.
"Aku akan memberikan resep obat untuk suami mu, beli nya di apotik." Ucap Edwin.
"Lebih baik kalian berdua saja yang beli, aku harus mengurus bayi besar yang sedang demam ini." Ucap Calynn menatap Cain.
"Kamu tenang saja, Calynn." Ucap Edwin.
"Itu benar, Calynn." Ucap Casara.
"Casara, jangan lupa kirim pesan kepada bang Frederick untuk datang ke sini." Ucap Calynn menatap ke arah Casara.
"Kamu tenang saja, Calynn." Ucap Casara.
"Calynn, peluk." Cain menatap ke arah Calynn.
Calynn menghela nafasnya dan gadis itu memeluk Cain, pria tersebut membenamkan wajahnya ke dada istrinya.
"Suami mu sepertinya sedang mode manja, Calynn." Casara terkikik kecil menatap Calynn dan Cain.
"Diam, Casara. Sebaiknya kalian berdua ambil obat ke apotik sana." Ucap Calynn menatap tajam Casara.
"Iya...iya... nyonya." Ucap Casara sambil tertawa kecil, dia suka sekali menjahili sahabatnya itu.
"Ayo sayang." Edwin menarik tangan Casara untuk meninggalkan tempat itu.
Calynn menggeleng kepalanya karena tingkah Casara, tapi dia tidak ambil pusing dengan sahabatnya itu. Dia mengelus rambut Cain dengan lembut.
"Mommy."
Terlihat Milo dan kedua adiknya masuk ke dalam kamar kedua orang tua mereka, mereka bertiga bisa melihat Cain membenamkan wajahnya ke dada Calynn.
"Kalian sudah sarapan?" Tanya Calynn menatap ke arah ketiga anak tirinya.
"Belum, mommy. Kami tidak bernafsu makan." Ucap Laurell.
"Memangnya Daddy kalian tidak pernah sekalipun sakit?" Tanya Calynn penasaran, dia tidak percaya kalau Cain tidak pernah sakit.
"Iya, mommy. Ini pertama kalinya Daddy jatuh sakit." Jawab Milo.
"Kalian mau masuk sekolah atau izin?" Tanya Calynn menatap ke tiga anak tirinya, karena dia yakin kalau Milo dan kedua adiknya begitu khawatir dengan keadaan Cain.
"Kami boleh izin, mommy?" Ucap Milo tidak percaya dengan ucapan Calynn.
"Tentu saja boleh, nanti mommy akan kirim pesan kepada wali kelas dan dosen." Ucap Calynn sambil tersenyum lembut.
"Terima kasih banyak, mommy." Ucap mereka bertiga.
"Ooo iya Milo, tolong bawakan baskom berisi air dingin dan jangan lupa kain lap juga yang masih bersih." Ucap Calynn menatap ke arah Milo.
"Baik, mommy." Milo langsung meninggalkan tempat itu.
"Lalu kami berdua harus apa, mommy?" Tanya Laurell menatap ke Calynn.
"Emmm kalian berdua duduk saja dan jangan berisik." Ucap Calynn menatap ke arah Laurell dan Rowan.
"Baik, mommy." Ucap mereka berdua.
Laurell dan Rowan duduk di sofa yang berada di ruang itu, sedangkan Calynn mengirim pesan kepada wali kelas Laurell, lalu madam Veronica, dan terakhir adalah dosen si Milo.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CALYNN|| HAPPY ENDING
FanfictionCalynn Olenna Leandra terpaksa harus menikah dengan seorang pria duda beranak 3 untuk melunasi hutang sang ayah, tentu saja sang ayah menolaknya. Dia tidak mau putri semata wayangnya harus menikahi pria duda itu, tapi dia tidak berbuat apa-apa. Cal...