Tidak lama kemudian Calynn dan Laurell tiba di mansion, para maid menyambut kedatangan mereka berdua.
"Di mana om Cain dan anak-anak?" Tanya Calynn menatap ke arah kepala maid.
"Tuan besar berada di halaman belakang bersama tuan muda pertama dan kedua, nyonya." Ucap kepala maid itu.
Calynn menuju ke halaman belakang, Laurell juga mengikutinya dari belakang. Sedari tadi dia hanya diam saja, menyadari yang tidak beres dengan anak tirinya. Calynn membalikkan badannya dan menatap ke arah Laurell.
"Apa yang ingin kamu tanyakan kepada mommy?" Calynn menatap ke arah Laurell.
"Apa hubungan mommy dengan wanita itu?" Tanya Laurell dengan begitu penasaran.
"Tidak ada, hanya berteman saja." Ucap Calynn santai.
"Wanita itu tidak menyuruh mommy meninggalkan Daddy, kan?" Ucap Laurell dengan begitu pelan.
"Tidak, apalagi dia mencintai suami nya yang sekarang. Ibu mu juga sedang hamil." Ucap Calynn santai.
"Benarkah?" Laurell sedikit terkejut mendengar ucapan Calynn.
"Ibu mu yang mengatakannya kepada ku, jangan berlarut-larut dengan rasa kecewa mu kepada ibumu. Meskipun dia tidak pernah mempedulikan mu dan saudara-saudara mu, tapi dia yang mengandung dan melahirkan kalian. Apalagi ibu mu sudah menyesal karena tidak memperhatikan kalian." Ucap Calynn sambil memegang pundak Laurell.
"Beri kesempatan kedua untuknya, dia itu ibu kandung mu. Hanya itu yang mommy sarankan kepada mu." Lanjutnya.
"Aku tidak tahu, mommy." Ucap Laurell sambil menghela nafasnya, dia masih begitu benci dan kecewa kepada Audrey.
"Cobalah perlahan-lahan." Ucap Calynn.
"Aku tidak janji, mommy." Ucap Laurell.
"Mommy tidak akan memaksa mu." Ucap Calynn.
Calynn dan Laurell kembali melanjutkan perjalanan mereka ke halaman belakang, saat tiba di sana mereka berdua melihat Cain dan Milo tampak begitu fokus bermain catur. Sedangkan Haiden bermain puzzle susun bersama Rowan di karpet.
"Kami pulang." Ucap Calynn.
Cain dan Milo langsung menatap ke arah Calynn dan Laurell, Rowan langsung berlari menghampiri sang mommy.
"Mommy kenapa lama sekali pulangnya?" Tanya Rowan menatap Calynn.
"Tadi mommy ke toko kue sebentar." Ucap Calynn langsung menggendong Rowan.
"Mana kue Red Velvet ku?" Tanya Rowan.
"Itu." Calynn menunjuk ke arah paper bag yang di bawa Laurell.
"Aku mau kue Red Velvet sekarang, mommy." Ujar Rowan.
"Tolong ambilkan pisau dan piring." Calynn menatap ke arah salah satu bodyguard yang berjaga di sana.
Bodyguard itu meninggalkan tempat tersebut, Cain dan Milo kembali melanjutkan main catur.
"Siapa yang menang?" Calynn langsung duduk di samping Cain.
"Belum ada, nyonya." Ucap Haiden.
"Kepala ku pusing melihat nya." Ucap Calynn menatap permainan catur.
"Bagaimana pemeriksaan Laurell?" Tanya Cain tanpa menatap Calynn.
"Berjalan lancar." Ucap Calynn.
"Skak mat." Ucap Milo.
"Sial." Desis Cain.
"Jangan mengumpat di sini, ada Rowan." Calynn mencubit pinggang Cain.
"Awww sakit, sayang." Ucap Cain sedikit meringis.
"Makanya jangan mengumpat." Ucap Calynn menatap tajam Cain sehingga membuat pria itu menunduk kepalanya.
Milo, Laurell, dan Haiden menahan tawa mereka karena baru kali ini mereka melihat Cain begitu takut dengan Calynn.
⭐⭐⭐⭐⭐
Malam harinya...
Calynn sedang menyetrika jas milik Cain di dalam kamar, sedangkan Cain fokus mengutak-atik laptopnya di atas kasur. Sedangkan anak-anak sudah beristirahat karena sudah menunjuk jam 9 malam.
Tiba-tiba ponsel Calynn berdering karena ada sebuah chat masuk, wanita itu pun membuka isi chat dari Austin. Tapi sebelum itu dia mematikan setrika nya.
Bang Austin
Hasil tes lab nya sudah keluar.√√
Kalau begitu kirimkan√√
Send√√
Terima kasih,bang√√.
Sama-sama √√
Calynn membuka hasil tes lab Laurell, dia membaca dengan begitu detail. Lalu wanita itu menghela nafasnya.
"Om, hasilnya sudah keluar." Calynn menyodorkan ponselnya kepada Cain.
Cain membaca hasil tes lab Laurell, pria itu membaca dengan begitu konsentrasi. Lalu dia menatap ke arah Calynn.
"Saya akan menyuruh Haiden untuk mencari pendonor sum-sum tulang belakang Laurell, lebih cepat akan lebih baik." Ucap Cain.
"Akan sulit mendapatkan pendonor yang cocok, om." Ucap Calynn.
"Saya tahu itu, tapi kita harus berusaha." Ucap Cain.
"Aku mengerti." Ucap Calynn.
"Terima kasih, Calynn." Ucap Cain.
"Terima kasih untuk apa, om?" Tanya Calynn sambil menarik alis sebelahnya.
"Terima kasih sudah menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya, kamu memperlakukan mereka dengan baik. Meskipun kamu itu masih muda dan masih harus bersenang-senang, tapi kamu sudah mengemban tugas sebagai seorang ibu dan istri." Ucap Cain.
"Takdir tidak ada yang tahu, om. Apalagi aku tidak mempermasalahkan menikah di usia muda." Ucap Calynn.
Cain beranjak dari tempat tidurnya dan dia memeluk Calynn, tubuh istrinya begitu mungil. Mungkin kalau di peluk begitu erat tubuh mungilnya akan remuk.
"Saya merasa nyaman saat bersama mu, hari-hari saya berwarna saat kamu di samping saya. Mungkin Tuhan mentakdirkan kita berdua." Ujar Cain sambil mengelus rambut Calynn dengan lembut.
"Omongan om Cain terlalu manis." Ucap Calynn.
"Jangan merusak suasana, Calynn." Ucap Cain.
"Iya... iya sorry." Ucap Calynn.
"Bagaimana kita melakukan itu sekarang?" Cain langsung tersenyum ke arah Calynn.
"No...no...aku lelah." Calynn langsung memberontak, namun sayangnya Cain langsung melemparnya ke kasur dan menghadangnya.
"Tidak terima penolakan, mi amor." Ucap Cain.
Tidak lama kemudian suara desahan dan rintihan Calynn dan cai bergema di kamar itu 🌚🌚🌚.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
Chapter ke depan puncak konfliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CALYNN|| HAPPY ENDING
FanfictionCalynn Olenna Leandra terpaksa harus menikah dengan seorang pria duda beranak 3 untuk melunasi hutang sang ayah, tentu saja sang ayah menolaknya. Dia tidak mau putri semata wayangnya harus menikahi pria duda itu, tapi dia tidak berbuat apa-apa. Cal...