Adeline flowers¹⁷

294 9 0
                                    

"Kakek, itu sangat keterlaluan" kata Deca sembari menatap Alexander.

"Apa kau tau nenek mu dan Aunty meninggal karena mereka " kata Alexander sembari meninggikan suara nya.

"Kakek pikir apa yang di lakukan kakek akan membuat nenek dan Aunty senang " kata Deca.

Mendengarkan ucapan Deca membuat Alexander terdiam tidak bisa menjawab.

"Kakek datang tiba-tiba kehidupan Adeline lalu kakek membawa dia masuk ke dalam keluarga kita dan menyembuhkan nya dari trauma untuk dia bahagia" kata Deca.

"Tapi itu hanya angan-angan kami saja bukan kakek, yang Kakek ingin kan setelah menyembuhkan trauma Adeline lalu kakek membentuk sikap nya menjadi psikopat agar menjadi alat untuk membunuh keluarga Danendra " tekan Deca.

"Kapan dia bahagia kek" tekan Deca.

Membuat Rebecca dan Alexander terdiam tidak bisa berkutik.

"Kakek hanya  pura pura baik pada Adeline agar Adeline menuruti kemauan kakek" kata Deca.

"Kakek, kau itu kekanak-kanakan" kata Deca.

"Jika Adeline tahu bahwa keluarga Danendra membuat ibunya meninggal" kata Deca.

"Cuman satu yang ku katakan, dia akan membunuh semua keluarga itu tanpa memandang usia" kata Deca langsung pergi meninggalkan ruang kerja Alexander.

"Kakek, itu sudah masa lalu yang cukup lama sekarang nenek dan Aunty sudah tenang disana. Kakek harus mengikhlaskan kepergian mereka" kata Rebecca.

"Kalau kakek begini mereka tidak menyukai nya apalagi orang yang membuat keluarga Alexander menderita juga sudah pergi" kata Rebecca.

"Biarkan yang lalu biar berlalu sekarang kita harus ikhlas"

"Kasihan Adeline kakek, dia tidak tahu apa-apa soal ini namun dia harus membunuh keluarga orang yang tidak bersalah" kata Rebecca.

"Rebecca mohon, batal kan kek semua apa yang telah kakek rencanakan " kata Rebecca.

"Bukan keluarga Danendra yang hancur tapi Adeline juga akan hancur" kata Rebecca beranjak pergi dari ruangan tersebut.

Alexander memijit pelipisnya merasakan perasaan campur aduk.

"Apa kau bahagia disana tanpa aku harus balas dendam" gumam Alexander sembari menatap ke arah figur foto yang berada di atas meja kerja miliknya.

"Aku akan pikiran baik baik untuk mu dan keluarga kita" gumam Alexander sembari mengusap foto tersebut.

Foto yang berisi dua perempuan yaitu istri tercinta dan anaknya yang tengah tersenyum.

....

"Apa yang harus aku lakukan" gumam Adeline sembari memahat patung miliknya.

Patung manusia yang berjenis kelamin laki-laki tersebut.

Patung yang orang yang selama ini yang ia cintai dan ia rindukan.

"Kapan patung ini selesai"gumam Adeline sembari menatap patung yang hampir selesai.

"Kau tahu patung apa yang harus aku lakukan agar aku bisa balas dendam kepada keluarga Danendra" gumam Adeline sembari tersenyum.

"Apa aku bunuh saja mereka semua" gumam Adeline sembari tersenyum memahat patung tersebut.

Patung yang indah dengan bentuk simetris dengan wajah tampan dan tatapan yang tajam.

Patung tersebut tidak ketahui oleh siapapun termasuk keluarga nya sendiri.

Patung yang tidak memakai sehelai benang yang menampakkan tubuh nya.

"Kau begitu lama datang, sampai aku harus pergi sendiri untuk melenyapkan mereka" bisik Adeline kepada patung tersebut.

"Jika kau datang di saat aku menghancurkan mereka maka kau orang pertama yang aku benci" gumam Adeline sembari menatap patung tersebut.

Patung tersebut akhirnya jadi, patung pria yang sedang telanjang tanpa menggunakan baju dengan wajah yang datar.

Crek

Suara kamera ketika Adeline mengambil objek patung miliknya.

Adeline cekikikan sembari menatap hp miliknya.

Rebecca yang datang menatap Adeline hanya menatap bingung wajah Adeline.

"Adeline, kau kenapa cekikikan" kata Rebecca bingung.

"Nggak papa kok Rebecca" kata Adeline membuat Rebecca terdiam melihat chatting Adeline.

Ternyata dirinya sedang chatting bersama seorang pria kemarin.

"Cieee yang sedang salting" kata Rebecca sembari menguyel nguyel.

"Ayo makan " kata Rebecca sembari menarik tangan Adeline untuk kebawah.

"Iya Rebecca tapi jangan tarik tarik" kata Adeline dengan menatap tajam ke Rebecca.

Tanpa pikir panjang mereka berdua pergi menuju ke ruang makan yang sudah terdapat beberapa bagian keluarga.

Kakek Alexander menatap ke arah dua orang yang bertengkar dari awal masuk ke ruang makan.

Vino dan Deca menatap kedua orang tersebut dengan jengah.

"Diam lah berisik kalian berdua" kata Vino sembari mengusap kedua telinganya.

Kedua Pelaku hanya menatap polos ke arah Vino yang mengusap telinganya.

"Adeline, bukan kah telinga itu hal sensitif laki laki" bisik Rebecca ke Adeline.

"Iya" kata Adeline langsung di balas senyuman miring Rebecca.

"Oy Rebecca kenapa kau ini" kata Vino yang menarik tangan Rebecca menjauhi telinga nya.

"Bukan kah telinga laki laki itu sensitif, jadi aku mau buktikan" kata Rebecca sembari meraih telinga Vino.

"Kakek, Rebecca" kata Vino sembari mengadu ke Alexander.

Alexander yang melihat itu memijit pelipisnya.

"Rebecca duduk makan jangan berisik" kata Alexander langsung di turuti oleh Rebecca.

Akhirnya mereka pun makan dengan tenang tanpa ada pembicaraan diantara mereka.

.....

Ruang rapat.

Malam ini keluarga Alexander dan Azergara tanpa adanya Adeline sedang pembicaraan rencana yang telah mereka siapkan beberapa tahun yang lalu.

Namun, malam ini Kakek Alexander ingin membatalkan rencana nya karena dirinya ikhlas dengan apa yang telah terjadi pada keluarga nya di masa lalu.

"Apa Kakek tidak dendam lagi" kata pelan Vino sembari menatap Alexander.

"Tidak kakek sudah berjanji pada nenek kalian" kata Alexander langsung di anggukkan oleh lain nya.

"Tidak kakek sudah berjanji pada nenek kalian" kata Alexander langsung di anggukkan oleh lain nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                 (Isi Chating Adeline)

*Untuk nama nya masih di Rahasiakan.

Tbc.

Silahkan tinggalkan komentar kalian dan vote nya ya.

Cerita diatas berisi 800+.

Cerita ini 💯 asli.

Silahkan di tunggu bab selanjutnya

ADELINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang