Bulan masih melakukan tugasnya, menyinari langit malam dengan cahaya terang miliknya. Sama halnya seperti Oiran cantik kebanggaan Lumariana, dia juga melakukan tugasnya seperti biasa.
Menyeleksi para pelanggan yang ingin tidur dengannya adalah hal yang selalu Kozume lakukan. Berbincang-bincang tentang harga hingga para pelanggan itu pergi bukanlah hal yang jarang baginya.
Selama Kozume menjadi Oiran, hanya beberapa orang saja yang menyewanya. Itu pun hanya sebatas menjadi teman minum pelanggan tersebut. Mereka tak sempat meniduri Kozume, bahkan menyentuh satu inci tubuhnya saja mereka tak sempat.
"Kozume-nii sudah selesai, lho!" suara anak kecil yang berprofesi sebagai Kamuro memenuhi gendang telinganya.
Dengan cepat Kozume mengalihkan pandangannya, menatap ke arah kuku-kuku jarinya yang kini telah bewarna berkat di polesi henna oleh dua anak kecil di sekitarnya.
Kozume memberikan senyum kecilnya, "Terimakasih, ini sangat indah. Aku menyukainya."
Kedua anak kecil itu menampilkan senyum manis mereka. Ekor rakun milik mereka berkibas dengan lembut karena rasa senang yang perlahan menggerogoti diri mereka.
Kozume menggerakkan tangannya dan memberikan tepukan ringan di kepala Kamuro. Hal ini hanya membuat rasa senang mereka semakin memuncak hingga akhirnya tak dapat terbendung lagi, mereka mulai mengeluarkan dengkuran ringan sebagai bukti bahwa mereka menikmati tindakan Kozume.
"Oh? Kalian suka di belai, bukan?" Kozume berkata dengan tenang saat dia berhenti melakukan itu.
Para Kamuro mengangguk, salah satu dari mereka menjawab. "Ya! Aku sangat menyukainya! Terutama jika Kozume-niiyang melakukannya!"
Kamuro lainnya memberikan anggukan kecil, tanda bahwa ia setuju. "Iya!! Tangan Kozume-niisangat halus dan lembut..."
Menerima pujian polos seperti itu membuat hati Kozume sedikit menghangat. Mau tak mau dia menampilkan senyum kecilnya.
"Terimakasih, sangat menyenangkan mendengar kalian memujiku." ucapnya kemudian kembali berkata. "Kalian bisa kembali ke ruangan kalian sekarang, aku masih harus menemui beberapa pelanggan lagi."
Mereka memberikan anggukan kecil sebelum akhirnya sedikit membungkuk dan keluar dari ruangan Kozume.
Saat pintu tertutup Kozume menghela nafasnya pelan. Tingkah polos anak-anak itu cukup menghiburnya. Hanya saja, fakta bahwa lelaki dari ras Bakeneko itu tak kunjung kembali membuat Kozume sedikit bertanya-tanya. Padahal, dia menduga bahwa lelaki itu bukanlah lelaki yang mudah menyerah.
Dia lelaki yang aneh dan lancang di saat bersamaan. Dan matanya yang tampak datar itu membuat Kozume kesal, ini membuatnya kesulitan untuk mengetahui apa sebenarnya keinginannya.
Kozume bangkit dan berjalan ke arah jendela yang terbuka lebar. Dia berdiri di sana sambil memperhatikan banyaknya orang yang berlalu lalang di distrik Yuukaku. Membiarkan angin malam menerbangkan beberapa helai rambutnya dengan lembut.
Kozume memperhatikan orang-orang dengan tenang, dia tampak menikmati interaksi dan kegiatan yang dilakukan oleh mereka dari atas sana.
Namun ketenangannya terusik ketika mendengar suara orang-orang yang berteriak diiringi suara langkah kaki yang berbondong-bondong dan tampak terburu-buru dari dalam rumah bordil Lumariana.
"Huh, apa yang mereka lakukan?" Kozume bertanya pada dirinya sendiri saat dia membalikkan badannya, menatap kearah pintu kamarnya yang tertutup rapat.
Telinga rubah miliknya sedikit bergerak-gerak saat aroma asap mulai memasuki indra penciumannya. Dan akhirnya dia mendengar dengan jelas apa yang di teriakan orang-orang itu.
"Kebakaran!!"
Netra emas miliknya membulat saat mendengar teriakan itu. Spontan dia mengalihkan pandangannya ke sekeliling kamar. Dan benar saja, ada api besar yang sudah melahap hampir sebagian kamar yang kini ia pijak.
"Penjaga aku masih ada di-" Kozume mengambil ancang-ancang untuk berjalan menuju pintu saat tiba-tiba saja api telah berada tepat di depan matanya.
Ini membuatnya berhenti melangkah dan tak bisa bergerak kemana pun. Bahunya sedikit gemetar saat itu sebelum akhirnya dia kembali menoleh pada jendela yang berada tepat di belakangnya.
Saat itu, matanya bertemu pada netra hitam yang tak bisa ia ketahui apa niatnya. Netra hitam itu masih mempertahankan tatapan datar yang sama seperti saat ia pertama kali menatapnya.
"Kebetulan sekali, Oiran ini sedang butuh pertolongan, bukan?"
Suara bariton dengan nada tenang itu menggema di telinganya, Kozume mengambil satu langkah ke belakang saat dia mendapati siluman kucing yang tengah berjongkok di kusen jendela miliknya. Seolah-olah dia adalah malaikat yang akan menyelamatkannya dari insiden kali ini.
Namun, Kozume menyadari satu hal.
Dia bukanlah malaikat yang Tuhan kirimkan.
Habisnya... Malaikat takkan menyeringai puas saat menyaksikan 'targetnya' dalam bahaya, kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.