Kegelapan malam yang menyelimuti dunia mulai menghilang, tersapu oleh terangnya mentari yang mulai muncul dengan malu-malu.
Suara tepuk tangan dan juga sorak gembira yang bercampur dengan rasa iri perlahan mulai menghilang dari telinga Kenma ketika kereta yang ia naiki mulai berjalan menjauh untuk meninggalkan distrik kesenangan ini.
Kini yang dapat Kenma dengar hanyalah suara langkah kaki harimau yang menarik kereta dan juga roda yang beradu dengan aspal.
"Bagaimana perasaanmu?" Kuroo akhirnya membuka suara setelah ia puas mengamati Oiran cantik yang saat ini telah menjadi miliknya.
"Biasa saja, aku tak merasakan emosi yang berarti." dusta Kenma.
Kenma tahu betul bahwa ada emosi baru yang timbul dalam dirinya ketika ia menyaksikan kehadiran Kuroo untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Tapi, Kenma tidak mau dan tidak akan pernah mengakui hal itu. Bisa-bisa, kucing hitam ini akan menjadi besar kepala.
Dengan sengaja Kuroo menaik-turunkan satu alisnya seolah ia tak percaya pada apa yang Kenma katakan. Bahkan telinganya juga sedikit bergerak-gerak seolah ia sedang memastikan apakah dirinya mendengar dengan benar.
"Sayang sekali," Kuroo berhenti memainkan alisnya saat ia membiarkan punggungnya bersandar pada kursi yang ia duduki. "Sebenarnya aku mendengar sebuah mitos, jika dua insan yang selalu bersama terpisahkan mereka akan saling merindukan."
Mata Kenma berkedut ketika mendengar kalimat yang Kuroo lontarkan. Kenma rasa dia menjadi semakin lancang dari pada terakhir kali mereka bertemu.
"Itu hanya mitos." jawab Kenma dengan malas.
Kuroo mengangkat bahunya ketika mendengar jawaban singkat yang Kenma berikan. Sebelum akhirnya ia menggunakan telapak tangan untuk menutup mulutnya yang terbuka lebar karena menguap.
Sangat jarang menyaksikan Kuroo menguap di pagi hari seperti ini, bahkan ketika mereka tinggal bersama Kuroo adalah tipe orang yang selalu bangun dan bersiap di pagi-pagi buta.
Sembilan ekor rubah miliknya sedikit berkibas saat netranya menangkap sebuah kantung mata bewarna hitam yang ada di bawah lingkaran mata Kuroo. Ini membuat Kenma berasumsi bahwa ia tidur larut semalam.
"Seperti anak kecil yang terlalu bersemangat untuk pergi berkunjung ke suatu tempat yang ia nanti-nanti." Kenma berkomentar dengan nada sarkas miliknya.
Sementara yang menerima komentar sarkas itu malah menyeringai kecil dan mengangguk sebagai tanda setuju. "Tepat sasaran. Aku sangat menantikan hari ini, hari di mana aku menerima tatapan iri dari semua orang karena bisa mendapatkan Oiran cantik milik Lumariana."
Tanpa bertanya pun, Kenma sudah tahu bahwa Kuroo tengah merasa bangga pada dirinya sendiri. Akan sangat aman jika Kenma memukul kepalanya sehingga kepala siluman kucing itu kembali dalam ukuran normal.
Kenma melemparkan tatapan jijiknya kala itu, sangat menyebalkan menyaksikannya besar kepala seperti ini.
Perlahan seringai kecil yang menghiasi wajah Kuroo menghilang, "Omong-omong, menunggu adalah hal yang menyebalkan, bukan?" netra hitam miliknya kini kembali bertemu dengan netra emas milik Oiran cantik yang masih menatapnya dengan tatapan jijik. "Maka dari itu, tolong maafkan aku karena membuatmu menunggu cukup lama, Kenma." itu adalah pengakuan maaf paling tulus yang pernah Kuroo lakukan.
Kuroo berharap, Kenma menerima pengakuan maafnya dengan lapang dada.
Tatapan jijik yang sejak tadi berada di netra emas milik Kenma kini menghilang dan tergantikan dengan tatapan tenang yang selalu ia tampilkan ketika berhadapan dengan para pelanggannya. "Aku tak menunggu mu," sekali lagi, Kenma berbohong. Lidahnya terasa pilu untuk mengiyakan hal itu. "Tapi karena kau meminta maaf, aku akan memaafkan mu."
Kuroo tak keberatan dengan Kenma yang sedikit membantah pertanyaannya. Lagi pula Kuroo sudah menyadari bahwa Kenma bukanlah tipe orang yang dapat mengungkapkan isi hatinya dengan kata-kata yang jelas. Tapi itu sama sekali bukan masalah besar bagi Kuroo.
Sedikit demi sedikit, Kuroo yakin Kenma dapat mengucapkan isi hatinya dengan lantang.
"Terima kasih karena telah menerima permintaan maafku." balas Kuroo.
"Sama-sama," Kenma membalas dengan cepat kemudian ia kembali berkata. "Aku ingin bertanya, dan kau harus menjawabnya."
Kuroo menganggukkan kepalanya ketika mendengar perkataan itu, ia tak dapat memungkiri rasa penasaran yang memuncak di dalam dirinya. "Aku akan menjawab 1001 pertanyaanmu dengan jujur, Kenma."
Kenma hampir memutar matanya ketika mendengar jawaban yang berlebihan itu namun ia enggan untuk menanggapinya.
"Kenapa kau berhenti mengirimkan bleeding heart?" Kenma tak dapat menahan diri untuk tidak bertanya mengapa ia tak lagi menerima bunga cantik itu.
Sementara Kuroo yang mendengar pertanyaan itu secara spontan mengangkat satu alisnya lalu tertawa pelan. "Aku ketahuan? Cepat sekali. Kau sangat pandai menebak." ucapnya di sela-sela tawanya.
"Itu tak menjawab pertanyaanku." Kenma membalas sambil menghela nafas kecil.
Tawa Kuroo perlahan mereda, kemudian ia duduk dengan tegak dan mencondongkan tubuhnya ke depan hingga membuat jarak di antara mereka sedikit terkikis.
"Aku tak mengirimkan bunga itu lagi karena ku pikir mawar merah lebih cocok untukmu." Kuroo mengatakannya dengan suara rendah dan serak yang berhasil membuat bulu kuduk Kenma berdiri.
"Alasan yang konyol." Kenma berkata sambil mendorong menjauh dahi Kuroo dengan jari telunjuknya.
"Meskipun terdengar konyol, tapi aku serius." jawab Kuroo yang kembali duduk tegak seperti sedia kala.
Kenma memutar bola matanya ketika mendengar itu sebelum akhirnya kembali berbicara. "Aku sangat percaya bahwa kau serius." Kenma berkata dengan tenang lalu menambahkan. "Kalau begitu kenapa kau mengirimkan bleeding heart padahal aku tak pernah melontarkan perkataan yang berarti aku menolakmu."
Kuroo sedikit mengernyit, dia mengambil waktu sejenak untuk memahami maksud dari perkataan Kenma sebelum akhirnya ia kembali berkata.
"Memang benar kau tak pernah melontarkan perkataan yang mengisyaratkan bahwa kau menolakku, yang artinya kau menerimaku dengan senang hati, kan?" Kuroo mengiyakannya dengan sedikit nada menggoda di sana. Hal ini membuat Kenma hampir protes jika saja Kuroo tak segera melanjuti perkataannya. "Tapi, bleeding heart memiliki arti lain." Kuroo menjawab dengan seulas senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.