16. Manis

148 17 0
                                    

Mengetahui nama asli Oiran cantik ini adalah kemajuan pesat yang patut Kuroo banggakan. Sangat jarang para pelacur ingin memberikan nama asli mereka pada pelanggan, terlebih pelacur kelas atas seperti Kenma.

Kuroo mau tak mau merasakan rasa puas sekaligus kemenangan di dalam dirinya, dia berhasil membawa Oiran cantik itu ke rumahnya, bahkan dia juga membelinya, semalam dia memberitahukan Kuroo nama aslinya. Oiran cantik itu benar-benar berada di telapak tangan Kuroo.

Meskipun rasa puas melanda dirinya, Kuroo masih memiliki satu hal yang belum bisa dia lakukan bersama Kenma. Berhubungan badan, ini adalah satu-satunya hal yang belum ia lakukan.

Kuroo meraih handuk kecil yang tergantung di sana. Dia meletakan handuk itu di atas kepalanya guna mengeringkan rambutnya yang basah. Yukata berwarna hitam dengan corak bunga higanbana yang berwarna merah sudah terpasang rapih di tubuhnya. Aroma shampo dan sabun yang segar menyeruak dari dirinya, aromanya tak begitu kuat, bahkan tercium seperti aroma mint yang menyegarkan.

Dengan gerakan lembut, Kuroo menarik kenop pintu kamar mandi dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar tidur, untuk mempersiapkan diri memulai aktivitas normalnya. Menerima tugas yang kepala desa berikan, mengerjakannya bersama Lev, dan pulang ke rumah dengan Kenma yang menyambutnya dengan ramah. Meskipun yang terakhir adalah hal yang tak pernah terjadi.

Kuroo selalu menjadi orang yang bangun lebih dulu ketika pagi tiba, dan karena Kenma masih asyik berada di alam mimpinya Kuroo harus melakukan gerakan sehalus dan setenang mungkin. Supaya tak menimbulkan suara berisik yang membangunkan Kenma.

Kuroo berhenti melangkah saat dirinya tiba di pintu kamar tidur, sebelum membukanya, dia membiarkan hidungnya mengendus area yang ada di sekitarnya. Telinga dan ekornya sedikit bergerak sebagai tanda antisipasi ketika aroma manis yang samar menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.

"Aroma ini..." Kuroo bergumam saat dirinya mulai menyadari aroma apa ini, ekor dan telinganya berhenti bergerak saat tangannya dengan cepat meraih kenop pintu kamar tidur dan membukanya.

Tepat ketika pintu kamar terbuka, aroma manis yang terasa seperti karamel semakin menyengat dan menyerbu indra penciumannya, aroma itu bagaikan undangan bagi Kuroo untuk melakukan hal tercela. 

Kuroo mendesis pelan saat dia mencoba mengabaikan aroma tersebut, netra gelapnya menangkap Oiran cantik yang senantiasa berada di ranjang miliknya. Hanya saja dengan perilaku yang mengkhawatirkan.

Kenma duduk dengan kaki yang ia tekuk ke belakang, obi yang melilit yukatanya tampak longgar hingga membuat bahu hingga dadanya terekspos. Wajahnya tampak memerah dan bercucuran peluh, surai dwi warna miliknya yang biasanya tertata rapih kini tampak lepek berkat peluh yang membanjirinya. Dia menundukkan kepalanya, menatap benda di antara pangkal pahanya yang sudah menegang karena mendambakan perlakuan khusus.

Posisinya yang menghadap pada dinding dan menunduk membuat Kuroo tak bisa melihat jelas bagaimana ekspresinya kali ini. Namun, tanpa bertanya pun Kuroo tahu apa yang sedang terjadi.

Siluman kucing hitam itu meneguk gumpalan yang ada di kerongkongannya dengan susah payah, mengambil satu langkah besar untuk mencoba mendekat pada sang Oiran yang tengah duduk memunggunginya.

"Jangan mendekat," 

Suara serak bercampur rasa sakit yang tampak susah payah di ucapkan dapat Kuroo dengar di telinganya. Mata hitamnya menatap lekat-lekat sosok mungil yang tampak sangat rentan dan rapuh seolah-seolah sedang meneriaki Kuroo untuk membantunya.

"Kenma," Kuroo bersuara dengan pelan saat tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, mencoba untuk tetap mempertahankan kewarasan dan kesadaran dirinya.

"Menjauh lah..." suara Kenma kembali terdengar diiringi dengan rintihan kecil yang penuh kesengsaraan dan rasa sakit. 

Telinga rubah miliknya terkulai lemas, kepalanya terasa sakit seolah ada banyak jarum yang menusuknya. Tubuhnya yang terasa panas dan menginginkan sentuhan hanya memperburuk situasi. Dengan gerakan patah-patah dia memaksa diri untuk menoleh pada Kuroo yang masih berada tepat di pintu masuk.

"Tolong... Jangan sentuh aku."

Kuroo bisa melihat penampilan Kenma dengan jelas kali ini, wajahnya yang memerah padam dan keringat yang bercucuran di wajahnya membuat Kuroo menyadari bahwa Kenma sedang kesulitan. Sama sepertinya, Kenma juga masih berusaha untuk mempertahankan kesadarannya sendiri, hal ini terbukti dari kalimat dan ekspresinya yang bertolak belakang.

Kuroo bisa merasakan gairah semakin memuncak di dalam dirinya, dia menurunkan sedikit pandangannya dari wajah Kenma, menatap bahu mulus Kenma yang terekspos bebas. Dan pada saat Kuroo menurunkan pandangannya sedikit lagi, matanya bertemu dengan tangan Kenma yang tengah membungkus area selangkangannya yang tampak sudah membesar.

Sekali lagi, Kuroo menelan gumpalan yang ada di kerongkongannya dengan susah payah sebelum akhirnya dia memaksa dirinya untuk berputar dan menutup pintu kamar tidurnya dengan kencang.

Kenma dapat mendengar langkah kaki orang yang sedang berlari dengan tergesa-gesa menjauh dari kamar yang kini ia huni, dan sekali lagi dia mendengar suara pintu yang di banting dengan kasar. Hal ini membuktikan bahwa Kuroo telah meninggalkannya seorang diri di rumah itu.

Kenma kembali menatap selangkangannya, perlahan dia berhenti menutupinya dan menyibak kain yukata yang sejak tadi mengganggunya. Perlahan tangannya bergerak untuk memberikan pijatan lembut dengan harapan rasa sakit dan panas yang ia derita akan sedikit berkurang.

 Perlahan tangannya bergerak untuk memberikan pijatan lembut dengan harapan rasa sakit dan panas yang ia derita akan sedikit berkurang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang