Sensasi puas perlahan-lahan memenuhi dada Kuroo berkat lampu hijau yang Kenma berikan padanya. Sangat menyenangkan menyaksikan siluman rubah cantik itu menggeliat, mengerang, dan meracau di bawah tubuhnya. Kuroo merasa keberuntungan sedang mengelilinginya saat ini.
Akal sehat Kenma benar-benar menghilang sepenuhnya. Ia membiarkan pheromone manis miliknya menyeruak dan menyatu dengan pheromone milik Kuroo yang membuat itensitas gairah di antara mereka semakin meningkat.
"Lagi..." sepatah kata yang di penuhi nada keputusasaan terlontar dari bibir Kenma sejak beberapa menit lalu.
Posisi Kenma yang tengkurap dengan pinggul yang terangkat dan kedua lutut dan tangannya yang gemetar sebagai tumpuan adalah posisi yang paling menyiksa bagi Kenma. Bagaimana tidak? Sejak tadi Kuroo terus melakukannya dengan tempo yang lambat dan menyiksa. Kenma sangat yakin siluman kucing itu hanya ingin menggodanya dan membuat Kenma memohon, dan sialnya hal itu berhasil.
Meskipun Kenma telah memohon dan mengucapkan kata 'lagi' berulang kali, Kuroo tetap bergerak dengan tempo yang lambat. Hanya saja kali ini ia menghentaknya lebih keras.
Desahan panjang milik Kenma melengking masuk ke telinganya ketika Kuroo berhasil menekan prostat Kenma, di saat yang bersamaan punggung putih dan mulus milik Kenma melengkung hingga membuat kepalanya terangkat ke atas.
"Kitsune-chan ini sangat ketat," Kuroo berkata diiringi desahan pelan ketika ia merasakan kemaluannya di jepit oleh dinding hangat lubang Kenma. "Bagaimana bisa lubang ini tak mau mengikuti bentuk ku yang telah menjamahnya." Kuroo mencengkeram pinggul Kenma dengan kuat, memaksa sang empu berhenti bergerak sebelum akhirnya Kuroo menghentakkan miliknya dengan kuat. "Lubangmu benar-benar tak tahu diri."
Bibir Kenma terbuka kecil dan kembali tertutup layaknya ikan yang berada di daratan. Kenma mencengkeram batu yang ada di bawahnya dengan kuat, ia membiarkan pinggulnya terangkat lebih tinggi, mendambakan lebih banyak gesekan dari kemaluan sang dominan.
Kuroo mengerang pada dirinya sendiri ketika Kenma menawarkan lubang itu untuk ia jamah lebih dalam. Tangan Kuroo bergerak meninggalkan pinggang ramping milik Kenma dan ia membiarkan tubuh bagian atasnya menempel pada punggung Kenma.
"Kenma..." Kuroo memanggil nama sang submisif dengan suara serak miliknya tanpa menghentikan gerakan pinggulnya. "Kau tak pernah menyebut namaku dengan benar..." tangan Kuroo bergerak untuk menyusuri bagian atas lengan Kenma hingga akhirnya tiba pada punggung telapak tangannya yang tengah mencengkeram batu. "Sebut namaku dengan benar," suara Kuroo menjadi semakin rendah dan menggoda di telinga Kenma.
Kenma melirik Kuroo yang saat ini berada tepat di hadapan wajahnya, ia tak bisa memandang wajah siluman kucing ini dengan benar karena beberapa helai rambutnya yang lepek menghalangi penglihatannya. "K-kuroo..." Kenma memanggilnya dengan suara pelan dan gemetar sebelum akhirnya ia kembali memejamkan mata dan mendesah saat merasakan kemaluan Kuroo bergerak lebih cepat di dalam sana.
Kuroo menyingkirkan rambut Kenma yang menghalangi wajah cantiknya, perlahan Kuroo mendekatkan wajahnya pada wajah Kenma. "Tetsurou," Kuroo membenahi ucapan Kenma, ia mulai menghapus jarak diantara mereka. Hingga bibirnya hanya berjarak beberapa centi. "Panggil aku Tetsurou mulai sekarang." Kuroo mulai melepaskan tangan Kenma yang mencengkeram batu kuat-kuat.
Mata Kenma terfokus pada bibir Kuroo, secara naluriah ia membiarkan bibirnya terbuka lebih lebar untuk menyambut bibir milik sang dominan yang sebentar lagi akan menjamah mulutnya. "Tolong lebih cepat, Tetsurou."
Tanpa peringatan apapun Kuroo segera mendorong bibirnya hingga bibir mereka menjadi satu tepat ketika permohonan putus asa itu masuk ke dalam indra pendengarannya. Itu adalah permohonan terindah yang pernah Kuroo dengar. Terlebih cara Kenma memanggilnya dengan nada yang sangat membutuhkan.
Kenma dapat merasakan lidah Kuroo mulai meliuk-liuk di dalam mulutnya, mengajak miliknya untuk berdansa dan tentu saja Kenma menerimanya dengan senang hati. Suara hisapan dan juga kulit yang bergesekan adalah melodi yang mengiringi pergerakan lidah mereka di dalam sana.
Sensasi nikmat dan juga puas perlahan-lahan membuncah dalam diri Kenma, ia juga dapat merasakan ada kupu-kupu yang menggelitik perutnya ketika pinggul mereka bergerak dengan seirama hingga menciptakan suara-suara cabul yang meningkatkan gairah kedua belah pihak.
Kenma membiarkan tangannya berhenti mencengkeram batu, ia lebih memilih untuk meremas kuat tangan besar Kuroo yang kini bertaut menjadi satu dengan tangannya. Kenma harus memastikan bahwa Kuroo mengetahui seberapa besar kenikmatan yang ia rasakan.
Desahan teredam yang Kenma keluarkan adalah akhir dari ciuman panas yang mereka lakukan. Kuroo segera menarik diri dan memfokuskan gerakannya pada tubuh bagian bawah miliknya. Perlahan tapi pasti, Kuroo dapat merasakan knot miliknya mulai terbentuk sempurna di dalam sana. Hal ini membuat sang submisif semakin meracau karena merasakan kemaluan sang dominan semakin membesar dan meregangkan dinding lubangnya.
Kuroo terus bergerak sambil meremas tangan dan pinggul Kenma dengan kuat. Dengan satu hentakkan terakhir, nektar manis bewarna putih kental menyembur dari kemaluan Kuroo hingga memenuhi lubang milik Kenma.
Kenma mengerang panjang dengan punggung yang kembali melengkung saat nektar manis juga keluar dari kemaluannya secara bersamaan. Lututnya yang sejak tadi menjadi tumpuan kegiatan mereka perlahan mulai gemetar dan terasa lemas.
Kuroo mendesah puas ketika dirinya mencapai pelepasan yang terasa sangat nikmat hingga membuatnya kecanduan. Kuroo membiarkan satu tangannya yang bebas melingkari pinggang Kenma dan membaringkannya di atas batu secara hati-hati tanpa mengeluarkan kemaluannya dari sana.
Beberapa saat setelah Kenma berbaring, Kuroo segera memeluk Kenma dari belakang lalu memberikan kecupan bertubi-tubi di wajah cantik Kenma. "Aku takkan mengecewakanmu, jika aku melakukannya kau bisa membunuhku." Kuroo berucap dengan seulas senyum yang menghiasi wajah tampannya.
Kenma hanya memandangnya beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Jangan menjanjikan sesuatu jika kau tak mampu menepatinya." suaranya pelan dan lemah karena tubuhnya masih merasakan getaran kenikmatan atas kegiatan mereka.
Kuroo terkekeh pelan lalu ia membiarkan hidung mereka menempel, "Dan aku mampu menepatinya, itu sebabnya aku menjanjikan hal ini padamu." Kuroo membiarkan hidungnya menggesek hidung Kenma dengan perlahan.
Sementara sang empu hanya bisa menampilkan seulas senyum kecil. "Idiot."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirei Na Oiran • Kuroken[✔]
FanfictionJika ada kata selain cantik untuk menggambarkan Kenma, maka itu adalah sempurna.