24. Rutinitas Baru

115 14 1
                                    

Pergi sebelum Kenma terbangun dan kembali ketika Kenma tertidur adalah rutinitas baru yang Kuroo lakukan belakangan ini. Rutinitasnya yang baru membuat dirinya menjadi sangat jarang berinteraksi dan melihat Oiran cantik yang saat ini tengah berada di kediamannya.

Namun apalah daya, Kuroo harus memutar otaknya supaya dirinya bisa menghidupi Kenma, dirinya sendiri, sekaligus membayar hutangnya kepada Kenma. Alhasil dirinya harus merelakan menghabiskan sebagian besar waktunya di luar untuk bekerja. Lagi pula pekerjaan yang ia ambil kali ini memiliki upah yang tergolong besar dengan konsekuensi yang besar juga tentunya.

Hari sudah sangat larut dan Kuroo baru saja selesai bekerja. Kaki jenjangnya di biarkan melangkah perlahan tanpa tergesa-gesa meskipun seluruh tubuh dan juga wajahnya kini di lumuri oleh cairan merah berbau anyir bernama darah. Meskipun demikian, ekspresi wajahnya tetap tenang seolah-olah itu bukanlah masalah besar.

Lagi pula ini hanyalah darah binatang, takkan ada masalah. Toh, sekalipun ini adalah darah manusia juga tak apa, mengingat mata pencaharian utama di desa ini adalah sebagai pembunuh bayaran.

Setelah menghabiskan beberapa saat menyusuri jalanan sepi akhirnya Kuroo tiba di rumahnya. Hal pertama yang harus ia lakukan ketika tiba di rumah adalah memeriksa bagaimana keadaan Oiran cantik itu. Dengan memegang teguh pemikiran itu, Kuroo melangkahkan kakinya menuju ke kamar tidur mereka jarinya bergerak dengan hati-hati meraih gagang pintu. Ia tak ingin menimbulkan suara kencang yang dapat membangunkan Kenma.

Tapi ketika pintu terbuka lebar, betapa terkejutnya Kuroo ketika mendapati sosok Oiran cantik itu kini berdiri di hadapannya. Manik emasnya mengamati dirinya dengan teliti sebelum akhirnya membuka suara.

"Apakah aman jika aku berasumsi kau berada di ambang kematian?"

Suara yang terlontar dari bibir Kenma bagaikan melodi indah yang dapat memikat siapapun yang mendengarnya. Suara yang Kuroo dambakan akhir-akhir ini, kini kembali dia dengar.

Bahkan tanpa di sadari, Kuroo memuja suara lembut itu sekali lagi.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Kenma mengurungkan niatnya untuk mengelilingi desa Eastern. Kepulangan Kuroo yang tiba-tiba adalah penyebab utama ia mengurungkan niatnya dan kini hanya duduk di tepi kasur sembari menunggu Kuroo membersihkan dirinya.

Ekor berbulu emasnya itu bergerak-gerak dengan lambat ketika otaknya menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada lelaki lancang yang kini tengah menyibukkan dirinya di kamar mandi.

Pulang dengan tubuh berlumuran darah tanpa ada sedikit pun ekspresi kesakitan di wajahnya adalah hal pertama yang sudah sepatutnya ia pertanyakan. Tapi ketika sebuah ingatan kecil tentang Kuroo adalah siluman dari ras Bakeneko membuat semua pertanyaan itu terjawab dengan satu kemungkinan yang memiliki persentase tertinggi.

Kuroo baru saja membunuh seseorang. Ini bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat bahwa mata pencaharian utama ras Bakeneko adalah seorang pembunuh bayaran.

Tapi yang membuat Kenma bertanya-tanya adalah kenapa dia sampai berlumuran darah sedemikian rupa? Apakah targetnya kali ini sangat sulit atau Kuroo sebenarnya tak sepandai itu dalam membunuh seseorang?

Alis Kenma mengkerut atas pemikirannya sendiri, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menepis pemikiran itu dari benaknya. Bukanlah tugasnya memikirkan hal seperti itu! Lagi pula apapun yang terjadi pada lelaki lancang itu bukanlah urusan Kenma!

Suara pintu kamar yang terbuka menarik perhatian Kenma, membuat netra emas miliknya menatap ke arah pintu dengan sosok Kuroo yang berdiri tegap di sana. Rambut hitamnya masih sedikit basah hingga membuatnya terjuntai ke bawah, yukata hitam tanpa motif melekat di tubuhnya dengan obi yang sengaja ia buat sedikit longgar hingga menampakkan sedikit dada bidangnya. Dan jangan lupakan aroma mint menyegarkan yang menyeruak dari dirinya.

Mata Kenma sedikit menyipit melihat perawakan Kuroo yang jauh lebih bersih dari sebelumnya. Tetapi dia sedikit terganggu dengan obi yang sengaja di longgarkan itu. Membuatnya berpikir bahwa Kuroo hanya ingin memamerkan tubuh berototnya.

"Selamat malam Kenma, kenapa jadwal tidurmu berubah malam ini?" suara bariton dengan intonasi rendah menggema di ruangan sunyi yang minim pencahayaan itu.

Kuroo mengambil langkah besar menuju sofa panjang yang biasa ia jadikan tempat tidur semenjak Kenma tinggal bersamanya. Dengan gerakan cepat dia membiarkan bokongnya duduk di sofa itu dan matanya memandang ke arah ranjang, tempat Kenma berada saat ini.

Kenma tak membalas ucapan selamat malam yang Kuroo lontarkan, sama halnya dengan yang Kuroo lakukan, netra emasnya memandang langsung kearah Kuroo.

"Karena satu dan berbagai hal yang tak dapat ku sebutkan. Dari pada itu, sebenarnya apa yang kau lakukan akhir-akhir ini?"

Telinga rubahnya sedikit bergerak-gerak, menunggu jawaban Kuroo dengan sedikit tidak sabar.

Sudut bibir Kuroo sedikit terangkat mendengar pertanyaan itu, punggungnya ia biarkan menempel pada sofa sehingga membuat dadanya membusung.

"Yah karena satu dan berbagai hal yang dapat aku sebutkan," dia menjawab dengan kalimat yang mirip seperti yang Kenma lontarkan beberapa detik lalu. Tentu saja dia melakukan ini dengan sengaja. "Salah satunya adalah karena aku harus bekerja."

Kenma menahan diri untuk tidak memutar matanya. Ia membiarkan satu alisnya terangkat seolah heran dengan kalimat terakhir yang Kuroo lontarkan.

"Ku pikir kau di pecat selama satu bulan ke depan."

"Di liburkan," Kuroo membenahi kata yang sengaja Kenma ucapkan dengan salah. Ada sedikit nada geli dalam suaranya ketika ia melakukan hal tersebut.

"Memang benar bahwa aku di liburkan selama satu bulan ke depan. Karena itulah aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan lain di luar sana."

Jawaban Kuroo sudah cukup untuk memuaskan rasa penasarannya, Kenma merasa dirinya tak perlu bertanya lebih jauh dari ini. Karena itu hanya akan membuatnya tampak sangat penasaran dengan hal yang Kuroo lakukan.

Kenma hanya memberikan anggukan kecil sebagai respon kemudian merubah posisinya menjadi berbaring, berniat untuk menyelinap masuk ke alam mimpi karena hari sudah sangat larut. Tanpa mengucapkan selamat malam Oiran cantik itu memejamkan matanya dengan ekor rubah yang perlahan menyelimuti tubuhnya. Seolah melindunginya dari dinginnya malam.

Kuroo hanya menyaksikan pemandangan yang ada di depannya, cukup menggemaskan melihat Oiran cantik ini di bungkus dengan ekor miliknya sehingga membuatnya tampak seperti bongkahan emas yang lembut.

"Aku harap kau bermimpi indah, Kenma."

Kuroo selalu menjadi orang pertama dan satu-satunya yang mengucapkan kata itu. Dirinya tak menuntut Kenma untuk merespon. Hanya dengan mengetahui bahwa Kenma mendengar apa yang ia ucapkan sudah lebih dari cukup.

Kuroo membiarkan tubuhnya berbaring di sofa panjang, istirahat setelah mengerjakan tugas adalah hal yang paling menyenangkan.

Huft... Kuroo rasa ia harus segera mengganti ranjang miliknya dengan yang lebih besar. Supaya dirinya bisa berbaring di samping Kenma.

Bahkan, bisa saja Kuroo mendapatkan lebih dari itu, kan?

Bahkan, bisa saja Kuroo mendapatkan lebih dari itu, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang