28. Ini Kilas Balik

160 20 3
                                    

Di wilayah bagian barat, terdapat sebuah hutan yang terpencil dan sangat sulit untuk di akses. Hanya orang-orang tertentu dan berkepentingan yang boleh memasuki bahkan menjelajah area pedalaman hutan itu.

Karena hutan itu terpencil dan sangat minim akses, tak banyak orang yang mengetahui bahwa jauh di dalam hutan itu ada sebuah desa indah dan tentram bernama Warlington. Jika ada yang mendengar nama desa tersebut, pikiran pertama yang akan terlintas di benak mereka adalah.

Desa yang menjadi sarang siluman rubah.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Terlahir dalam keluarga ternama sekaligus berkecukupan adalah salah satu hal yang harus di syukuri. Hidup berkecukupan tanpa harus memikirkan apapun telah aku dapatkan sejak dulu.

Tentu saja itu hanya dalam hal finansial.

Sangat tidak sopan jika di katakan kedua orang tuaku tak merawat ku. Jika ada orang luar yang mengintip sekilas ke dalam 'gubuk' yang kedua orang tua ku buat, mereka dengan cepat akan berasumsi. "Ini adalah keluarga sempurna tanpa celah sedikit pun."

Lahir menjadi putra pertama dari seorang siluman rubah yang selalu di katakan, "Orang yang mewarisi tangan kanan Dewa Inari." tentu saja membuatku bangga, di tambah dengan Ibunda ku yang notabenya adalah salah satu petinggi kuil Inari membuat rasa bangga yang merayapi diriku tak dapat terbendung lagi.

Akan sangat menyenangkan jika aku bisa memamerkan hal ini pada teman sebayaku, membayangkan tatapan kagum dan memuja yang mereka berikan kepada orang tua ku tentu saja akan membuatku merasakan kepuasan tersendiri.

Namun sayangnya aku tak pernah sempat memamerkan kehebatan kedua orang tua ku pada mereka.

~

Aku mengingatnya dengan jelas, semua terasa baik-baik saja dan berjalan mulus sejak aku baru pertama kali membuka mataku di dunia ini. Di kelilingi oleh orang-orang yang menyayangi dan melindungi ku tanpa pamrih membuatku merasa aman dan tak khawatir tentang apapun.

Layaknya seorang anak pada umumnya, aku mulai mengalami pertumbuhan dan juga perkembangan. Aku yang tadinya tak bisa melakukan apapun perlahan mulai melakukan hal-hal kecil. Meskipun buram aku mengingatnya dengan jelas setiap kali aku berhasil melakukan hal-hal kecil akan ada sepasang senyuman dan juga tawa yang halus tepat di depan mataku. Itu bukan tawa mengejek, itu adalah tawa yang di penuhi perpaduan rasa bahagia dan juga haru.

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan dan perkembanganku menjadi lebih spesifik dan terhitung sangat cepat untuk anak seusiaku.

Normalnya, ekor siluman rubah akan muncul satu persatu ketika mereka telah berusia 6 atau bahkan 8 tahun. Tetapi, untuk kasus ku, ekor-ekor itu mulai muncul dan tumbuh satu persatu ketika aku menginjak usia 3 tahun.

Satu persatu ekor rubah bewarna emas mulai tumbuh dan dapat di lihat dengan mata telanjang. Awalnya, orang tua ku merasa heran karena pertumbuhanku yang tergolong cepat seperti ini. Namun, karena beberapa orang terdekat mereka mengatakan itu semua berkat 'benih bagus' milik Ayahanda, jadi mereka tak mengambil pusing hal itu.

Ketika aku berusia 3 tahun, aku sudah memiliki 3 ekor rubah berbulu emas yang senada dengan warna rambutku.

Saat aku menginjak usia 4 tahun, dua ekor lainnya kembali muncul hingga membuatku memiliki total 5 ekor.

Pada tahun itu, aku mulai merasakan perasaan heran dan juga terkejut mulai menyerang kedua orang tua ku. Rasa terkejut yang melanda mereka sejujurnya adalah hal yang wajar.

Kirei Na Oiran • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang