CHAP 11 : LEANDRIC SKYLAR D' BENNET

1K 73 2
                                        

Akademi Kepolisian Bhayangkara

Terletak di atas lahan luas yang dikelilingi perbukitan hijau yang asri yang dikelilingi oleh pohon pohon rindang yang tinggi, Akademi Kepolisian Bhayangkara adalah institusi elit yang menempa calon perwira dengan disiplin tinggi.

Tempat menyiapkan fisik dan mental sebelum terjun ke dunia luar, dilatih untuk menyelamatkan diri sendiri sebelum menyelamatkan banyak orang.

Gerbang utama yang kokoh berdiri,di dalamnya terdapat gedung utama dengan arsitektur megah, tempat administrasi dan ruang kelas modern dilengkapi dengan teknologi canggih.

Lapangan upacara yang luas menjadi saksi berbagai tradisi dan latihan kedisiplinan. Di sebelahnya, asrama taruna dan taruni berdiri tegak, tempat mereka menghabiskan hari-harinya

Fasilitas pelatihan tersebar di berbagai sudut akademi. Dari lapangan tembak dengan berbagai simulasi medan, hingga arena bela diri dan jalur rintangan yang menguji ketangkasan fisik serta mental.

Di bagian lain terdapat ruang strategi dan laboratorium forensik yang serba lengkap.

Untuk menjadi seorang detektif polisi harus masuk Akpol selama 4 tahun dan ini tahun kedua Lean berada di akademi kepolisian.

Semangat mengejar mimpi nya tak pernah padam walau banyak angin yang menerpa.

Semua orang tahu latar belakang keluarga nya hingga acap kali dia dipandang sebelah mata, banyak perkataan buruk, rumor rumor buruk yang beredar tentangnya.

Akademi ini, semuanya dipandang sama tak ada yang lebih tinggi dari siapapun, entah sebuah kesialan atau keberuntungan Lean seorang Bennet—marga inilah yang membuat orang lain salah paham dengannya, banyak yang menjauh darinya karena takut Lean tersinggung dengan tingkah perilakunya.

"Seseorang yang lahir dengan sendok emas di mulut nya, mana bisa jadi polisi."

"Tau apa dia tentang kehidupan orang miskin."

"Bagaimana mau ngelayani masyarakat, orang hidup dia di layani."

Ada yang beranggapan keturunan Bennet semua adalah bangsawan atas yang angkuh enggan bergaul dengan orang dibawahnya.

Dari sekian banyaknya persepsi yang berseliweran di sana, ada satu yang membuat lean tidak nyaman memikirkannya membuat hatinya panas, marah.

Orang orang yang membencinya, mereka mengira dia masuk ke sekolah ini hanya ingin mencari sensasi—yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan keluarganya, menginginkan pangkat dan kekayaan dari menjadi seorang polisi.

Mereka yang membencinya melakukan segala cara menghasut, menabur benih kebencian padanya.

C'mon faktanya bukan seperti itu right. Lean lolos dan masuk karena kemampuannya jangankan bantuan dorongan aja tidak.

"Jadi itu anak konglomerat, pantesan diatas Mulu, punya backingan ternyata."

"Paling disuruh keluarganya biar bisa pegang militer."

"Bener juga, palingan juga otaknya kosong."

'Lucu sekali anjing itu menggonggong, mengatakan aku disini karena marga bodoh ini, padahal dia tak tahu seberapa rendah kata polisi itu dihadapan mereka.

Jangankan mendukung, memberi uang pun tak pernah. Mendengar aku lolos masuk sekolah ini membuat mereka tertawa, nyatanya cita citaku hanya lelucon dan candaan baginya.

Seharusnya mereka bersyukur memiliki aku di keturunan mereka menjadi orang yang bermanfaat, bukan hanya sekedar mengahasilkan harta dan menumpuk kekayaan' - Batin Lean

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang