CHAP 20 : FIVE YEARS

701 52 5
                                        


ARSÈANA MILAN

Tempat masa kecilnya bukan di negara tropis, tapi jauh di daratan sana. Tepatnya di Inggris di Eropa bagian barat, dilahirkan oleh ibunya Annette dan ayahnya Charleston.

Ibu dan ayahnya mempunyai dua anak. Sean anak keduanya. Anak pertama mereka, kakak nya Sean seorang perempuan namanya Charlotte. Sean lahir tahun 1985 saat usia Charlotte sepuluh tahun.

Ibu dan ayahnya layaknya bangsawan orang super kaya biasa pada masa itu, tidak mengurus anak-anak nya dengan tangan mereka sendiri. Sean diserahkan pada Baby sitter saat dia pertama kali memasuki Mansion yang akan menjadi rumahnya.

Ceritanya bukan dimulai dari tiga tahun yang lalu, tapi jauh sebelum itu..

"Kau apa-apaan hah?! Mengotori kasurku dengan tanah." Usianya baru empat tahun saat itu, Sean sedang bermain dengan mainannya melihat kamar orang tuanya terbuka ia penasaran-Masuk dan menyimpan mainannya di atas kasur.

Sungguh ia tak tahu mainannya kotor!

Sean kecil menunduk, melihat dan mendengar perkataan ibunya. "Sorry... Saya tak sengaja." Ibunya marah-marah didepannya, ia sibuk menunduk tak mendengar apa kata ibunya.

Baby sitter nya masuk meminta maaf, dan membawa dia pergi ke sayap kiri mansion tempat tinggal Sean yang sebenarnya. Hati kecil nya terluka, melihat reaksi ibunya.

"Apa ibu tak menyukai ku?" Tanyanya pada Sarah-Salah satu baby sitter nya. Sarah sedang memandikan nya di bak, "Tuan muda bicara apa, tentu saja ibu anda menyukai anda." Tapi tetap saja itu tak menyembuhkan luka di hatinya.

Sean diam saja saat ia dibawa keluar dari kamar mandi, di pakaikan baju dan aksesoris. "Tuan muda sekarang anda harus belajar.. Mari saya antar." Belajar ya?

"Bolehkah aku tidur saja?"

Sarah diam, membungkuk, mensejajarkan tubuhnya padanya. "Sekarang Tuan muda harus belajar... Jika pelajarannya selesai anda bisa makan terus tidur." Padahal tadi setelah sarapan dirinya belajar, sekarang lagi?

Sekarang sudah masuk ke dua tahun dirinya seperti ini, disuruh belajar setelah sarapan. Istirahat.. Makan siang.. Bermain.. Belajar.. Makan malam.. Tidur. Tak bisakah dia mendapatkan waktu yang lebih lama untuk bermain.

"Ayo Tuan muda.. Guru anda menunggu, di perpustakaan." Dengan berat hati Sean menelan kenyataan. Ayahnya pernah berpesan jangan membolos dan mengacaukan pelajaran.

Pintu kayu menjulang dihadapannya, dengan interior Yunani kuno. Corak-corak nya menonjol seperti pintu pintu zaman-zaman kerajaan, pintu terbuka di hadapkan dengan ruangan yang sangat luas dengan rak-rak buku tinggi sampai ke lantai dua yang paling atas.

Tempat membaca buku ada di bagian kanan ruangan kursi dan meja mewah dan elegan seperti peninggalan kerajaan. Lampu-lampu menggantung dengan indah dengan langit-langit penuh coretan seni.

Di ujung ruangan sebelah kanan ada dua orang pria sedang berbicara berhadapan dengan teh yang mengepul dan camilan-camilan kecil yang menemaninya.

"Sean!"

Sean yang baru masuk terjengkit kaget. Menatap horor, dirinya berjalan dengan pelan, menghampiri pria bertubuh tinggi semampai dengan wajah tegas bermata biru. Rambutnya hitam legam di tata klinis dan setelan jas yang rapih, ditangan kanannya menggenggam tongkat hitam dengan emas di ujungnya.

Dia Charleston-Ayahnya.

Tak pernah menatapnya hangat. Suaranya sama seperti sekarang, tak apa semuanya biasa. Seperti biasa.

"Kenapa kau terlambat! Tidak baik membuat guru mu menunggu." Sambungnya saat ia ada dihadapannya.

"Tidak apa-apa Tuan.. Bagaimanapun usia tuan muda masih empat tahun. Saya memakluminya."

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang