Chap 19 : MOMENT OF TRUTH

698 57 2
                                        

Sinar matahari masuk malu-malu lewat tirai sheer jendela apartemen. Dan di dapur terbuka, Sean berdiri tegap dengan celemek linen warna putih bertuliskan "Love You Berry Much"

Di depannya blender diam selayaknya benda mati biasa. Dan yang ada—Di dalamnya potongan brokoli, bayam muda, apel hijau, pisang, dan-satu sendok penuh bubuk spirulina.

ZZZRRRRTTTTTTTT

Suara blender diputar terdengar di seluruh ruangan dapur, dan menembus ke ruangan lain lewat tembok-tembok batu tua apartemen. Setelah menjadi cairan hijau yang terlihat menjijikan seperti lendir zombie dalam kartun.

Sean menuangnya ke dalam gelas kaca tinggi. Ia menaburkan biji chia di atasnya, lalu menghias pinggiran gelas dengan potongan lemon yang nggak akan dimakan siapa pun.

"Perfect," bisiknya, lalu melangkah pelan ke ruang tengah, tempat Kean masih menggeliat di sofa.

Kean tidur nyenyak dengan badan hangat dan Hoodie-nya yang nyaman di kasur di kamarnya. Tadinya—Dan Tiba-tiba saja Kean terganggu dengan kresek-kresek rasa nyeri di lambungnya.

Dan itu pukul Tiga dini hari.

Mungkin lava cair yang ayahnya bilang, beneran mencair dalam lambungnya. SUNGGUH Kean SEDIKIT menyesal, makan burger fire itu.

Dengan langkah seribu bayang Kean lari ke kamar mandi, sampai TIGA KALI.

Sekarang ia terdampar seperti korban banjir yang sedang melanda Jakarta di sofa yang tadinya dengan TV menyala, rasa sakit di perutnya membuat ia tidak ingin tidur lagi.

Ternyata ia tertidur lagi. Setelah ayahnya menyelamatkannya dari naga burger yang merayap ingin keluar dari perutnya. Ayahnya menenangkannya, lagi-lagi mengolesinya minyak telon di perutnya.

Kean sangat-sangat berterimakasih pada orang yang membuat minyak telon itu membuat perutnya hangat dan terasa lebih baik.

Kean membuka mata. Pelan. Wajahnya kusut. Rambut acak-acakan. Wajahnya kelelahan habis perang melawan naga burger dini hari.

“Ugh... dunia masih ada...?”

Sean muncul dari sisi sofa, duduk sambil senyum kecil. "Dunia masih ada. Dan smoothies ini juga."

Kean melirik gelas hijau di tangan ayahnya.
Refleks dia meringkuk dalam selimut. "JANGAN DEKET-DEKETIN ITU KE AKU."

"Minum. Sekarang."

"AKU LEBIH PILIH MATI."

Sean mengelus kepala Kean pelan. "Kau sudah cukup mati semalam. Sekarang saatnya reinkarnasi menjadi manusia sehat."

"Rasanya kayak rumput ladang disiram air seni unicorn—"

"Itu spirulina. Mahal. Antioksidan tinggi."

Kean mendengus, mendengarnya. “HULK juga yang badannya hijau ga minum itu, ayah!”

Sean mencoba untuk bersabar, walau urat-urat nya keluar satu persatu. “INI adalah minuman para Avengers, Kean. Setelah meminumnya. Kau akan seribu kali lipat lebih kuat ketika Thanos datang ke bumi.”

"Aku mau makan nasi goreng pake telur dan kecap! BUKAN bubur dinosaurus cair!"

Sean memiringkan kepala. "Kean. Kau tadi malam pukul tiga dini hari Keluar masuk kamar mandi tiga kali. Perutmu trauma. Kau butuh nutrisi seimbang, bukan MSG."

Ya! Sean terbangun karena suara TV menyala dan itu pukul empat pagi, ternyata.. Anaknya sedang duduk dengan tangan mencengkram perut.

"Aku lebih milih disuapin bubur bayi yang manis daripada smoothie alien itu!"

A R S E A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang