Ada cinta yang terlalu kuat untuk mati, terlalu dalam untuk dilupakan. Cinta itu berjalan melintasi waktu, menembus batas ruang, menantang takdir berulang kali.
Mereka bukan hanya dua jiwa yang saling mencari. Mereka adalah janji yang diikat oleh langit, dipisahkan oleh maut, lalu dilemparkan kembali ke kehidupan berikutnya agar bisa saling menemukan
Takdir membuat mereka berpisah dan takdir yang membuat mereka bertemu.
Sudah...
Dua kehidupan. Dua pertemuan. Dua kehilangan.
Dan tetap saja, hati mereka selalu mengenali satu sama lain. Ada benang merah yang melilit tangan mereka membawa mereka ke pertemuan yang kadang sederhana namun istimewa.
Bulan, bintang, hutan, dan danau—segala saksi bisu itu tetap ada, hanya zaman yang berubah. Tapi setiap kali mereka bertemu, ada rasa yang sama.
Debar yang tak pernah asing, senyum yang terasa seperti pulang, dan luka yang seolah memang ditakdirkan untuk dibawa bersama.
Malam ini, di bawah langit yang sama, Alisya menunggu. Seperti menunggu janji yang tak pernah padam.
Menunggu seseorang yang akan datang dengan wajah yang sama dan senyum yang sama. Tapi nyatanya semuanya berbeda...
Pria yang sudah lama Alisya tunggu, begitu berbeda dari harapannya. Takdir di kehidupan kali ini begitu kejam ia membawa Sean dalam bayang kehancuran.
Sudah berapa tahun ia menunggu—Menunggu Sean datang padanya seperti dahulu—Seperti janjinya terakhir kali. Tapi...
Sean sekarang sudah pergi. Pergi meninggalkannya tanpa permisi tanpa pamit. Hanya ia yang ingat sepertinya..
Ingat bagaimana kita dulu pernah bertemu pernah berpisah. Ingat bagaimana satu persatu kepingan hati yang hancur disatukan.
Kenapa sekarang begitu sulit..
“Jika di dua kehidupan yang dulu kamu yang menemukanku,” bisiknya pelan, “maka sekarang… aku yang akan datang dan menemukanmu.”
Itu yang Alisya gumamkan ketika melihat sosok yang ia rindukan, sosok yang ia tunggu selama hidupnya. Namun Sean nampak berbeda tak ada senyuman yang hangat saat menemukannya, tak ada. Lenyap.
Alisya menatap bulan yang bersinar keabuan di langit. “Walau kehidupan berganti tapi bulan tetap sama. Seperti Aku dan kamu, Sean. Aku tidak ingin menunggumu lagi.. Aku akan datang padamu. Seperti bintang yang datang mendekat pada bulan.”
Dan dari sanalah semuanya bermula—kenangan itu kembali, kenangan di kehidupan sebelumnya bagaimana dua benang merah menyatu, satu per satu, mengalir dari kehidupan yang sudah lama terkubur.
Langkah kuda itu bergema pelan, menyusup di antara lebatnya pepohonan yang merambat tinggi, membentuk kanopi alami di atas kepala.
Seorang pemuda tampan, dengan sorot mata biru yang seolah menyala bagai cahaya tersembunyi, memimpin perjalanan itu.
Di belakangnya, seorang pria lain mengikuti, menjaga jarak namun tak pernah melepas pandangan.
Mereka menembus kegelapan hutan, hingga perlahan cahaya hangat menyambut di ujung jalan. Pohon-pohon terbuka, memperlihatkan padang rumput luas yang berkilau diterpa matahari sore. Di sanalah pemuda itu melihatnya—seorang wanita.
Ia duduk bersandar tenang pada batang pohon besar, jemari lentiknya memegang sebuah buku, bibirnya sesekali tersenyum samar pada lembaran yang ia baca. Angin meniup rambutnya, membuatnya tampak seolah bukan milik dunia ini.
Tak jauh darinya, seekor kuda putih dengan surai cokelat berlari bebas, berputar mengitari padang, lalu menukik kembali dengan gagah ke hadapan wanita itu, seperti penari yang setia hanya pada satu penonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
A R S E A N A
Random••• Tentang Arseana yang sudah mati namun menemukan dirinya yang lain masih hidup di dimensi berbeda dengan kisah hidup yang masih sama. Entah kenapa dirinya disini sudah mempunyai anak dan istri, keluarga nya sendiri yang dia pikir hanya impian yan...
