Cahaya siang sudah masuk lebih dalam lewat jendela apartemen. Jam menunjukkan pukul 11.14 saat Kean perlahan membuka matanya. Rasanya ringan, tapi tubuhnya masih sedikit lemas.
Ia mengedip beberapa kali, memandangi langit-langit, lalu memalingkan wajah ke sisi ranjang yang kini kosong.
Ayahnya tidak ada.
Perasaan tenang langsung berganti dengan sedikit gelisah. Ia menyibak selimut, duduk perlahan, masih dalam Hoodie tebal yang dipakaikan Sean semalam.
“...Ayah?”
Tidak ada jawaban.
Tapi lalu... matanya menangkap sebuah benda di meja samping ranjang.
Secarik kertas dilipat rapi, ditindih dengan botol vitamin setengah isi. Tulisannya dengan tinta hitam, khas tangan Sean yang sedikit miring tapi rapi:
---
Untuk Pangeran Kecilku yang Benci Obat,
Kalau kamu baca ini, artinya kamu bangun dan tidak kabur dari ranjang, bagus.
Ayah harus pergi ke rapat dewan jam delapan yang katanya penting banget tapi sebenarnya lebih banyak basa-basi.
Jangan khawatir, aku tidak pergi tanpa memastikan kamu cukup tidur dan kenyang. Dan ya, kamu masih terlihat mirip sushi hangat pas lagi tidur. Unik sekali.
Obatnya diminum—yang itu vitamin, bukan setan. Minumlah siang nanti.
Jangan bikin drama! (Kalau kamu keras kepala, ingatlah: Ayah bisa pulang ke rumah hanya untuk menyuapimu sambil pakai piyama sutra.)
Kalau ada apa-apa, telepon aku. Atau Leon dia ada. Tapi Leon lebih mungkin panik dan nangis, jadi pikir baik-baik.
Kau sudah sangat hebat. Ayah bangga padamu. Jangan lupa istirahat, makan siang, dan senyum sedikit, ya?
– Ayahmu,
ARSÈANA MILAN
(CEO, tapi tetap supir pribadi, perawat malam, dan koki sementara untuk satu bocah keras kepala kesayangan)
---
Kean mematung membaca surat itu. Tangannya menggenggam kertasnya erat. Bibirnya naik sedikit, tapi matanya berkaca.
“Duh... old man…” gumamnya, lalu menyandarkan punggung ke sandaran ranjang sambil menatap ke langit-langit.
Senyumnya tetap ada. Kecil. Tulus.
Ia mengangkat botol vitamin itu, lalu menatapnya dalam. “Oke, satu lagi, demi kamu. Tapi jangan harap aku suka.”
Ia menenggak air dan menelan vitamin itu dengan ekspresi menderita... lalu langsung menggigit roti sisa sarapan yang ditinggalkan Sean di meja. Hangatnya masih terasa.
Dan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, Kean merasa... diurus. Dilindungi. Dicintai.
Tanpa perlu diminta.
”Terima kasih Tuhan atas semuanya. Jika boleh aku ingin mencoba satu hal jika ini berhasil berarti dia benar-benar kembali.”
Kean bangkit dari tempat tidurnya, sambil cengar-cengir ga jelas. Tanpa Mengganti baju berjalan keluar dari kamarnya.
Sudah ia putuskan, ia akan membawa bekal makan siang untuk super Hero yang sudah merawatnya selama ini.
Pikirannya bercabang penuh sketsa lucu. Saat ia sibuk sendiri di dapur, isi kulkas nya penuh bahan makanan dan dia tidak ingat kapan ia terakhir kali mengisinya.
Pasti itu ulah ayahnya.
Dia semakin tidak sabar. Saat ia tata hasil makanan nya dalam kotak bekal, semuanya beres. Tinggal ia memikirkan bagaimana caranya ia ke perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A R S E A N A
Random••• Tentang Arseana yang sudah mati namun menemukan dirinya yang lain masih hidup di dimensi berbeda dengan kisah hidup yang masih sama. Entah kenapa dirinya disini sudah mempunyai anak dan istri, keluarga nya sendiri yang dia pikir hanya impian yan...
