¦11¦

78 13 0
                                    

"Abang Sopan!" Teriak Angin saat melihat Sopan pulang lebih lambat dari biasanya. Sopan tersenyum lalu memeluk Angin.

"Maaf, ya, Abang pulangnya telat." Angin mengangguk mengerti. Dia mengerti apa yang terjadi. Dirinya seperti memiliki mata batin. "Abang masuk aja, biar Angin bantu obatin."

Sopan masuk ke dalam diikuti oleh Angin. Kamar tidur di pesantren ini masing-masing diisi oleh 4 sampai 5 orang. Tapi Sopan dan Angin anak sisa yang tidak mendapatkan kamar, jadi dia tinggal bersebelahan di rumah kyainya berdua saja.

"Mereka jahat banget sama Abang Sopan. Emang apa untungnya si nyakitin Abang? Kaya ga ada mainan lain tau ga!" Kesal Angin saat melihat ku penuh dengan luka dan lebam di tubuh Sopan.

"Tak apa, Angin. Abang baik-baik aja. Hanya luka segini tu ga masalah buat Abang," kata Sopan. Angin meringis, Abangnya ini masih begitu baik dengan orang yang suka menyakitinya.

"Teman Abang itu masa ga tau gitu?" Tanya Angin. Sopan menggeleng kecil. "Abang ga mau buat mereka kepikiran, Dik."

"Harusnya mereka tau, jadi Abang Sopan ada bodyguardnya di sana. Kalau Abang terus-terusan dikeroyok gitu, percuma Abang bisa silat," oceh Angin. Sopan terkekeh mendengar Angin ngedumel dengan tangan yang masih mengobati punggung Sopan.

"Biar nanti Angin yang kasih tau teman Abang, biar mereka bantu Bang Sopan!" Serunya.

"Memangnya Angin bisa keluar?" Tanya Sopan sembari terkekeh kecil. Angin menggeleng lucu. Dia tidak sekolah, jadi bagaimana dia bisa keluar?

"Nanti kalau sudah bisa keluar, kamu aja yang jagain Abang dari orang-orang jahat itu." Sopan menatap Angin penuh haru. Angin mengangguk antusias. "Iya! Nanti Angin yang bakal bantuin Abang Sopan dari orang jahat itu! Tunggu Angin besar, ya, Bang!" Seru anak itu.

Sopan mengangguk antusias menanggapi seruan Adik-adikannya.

"Sekarang Angin latihan bela diri dulu biat jadi makin kuat."

"Okey!"

–––

Pyromania gangguan mental yang membuat orang memiliki dorongan kuat untuk menyalakan api dengan sengaja, berulang-ulang secara kompulsif dan tidak terkendali. Hal ini dilakukan oleh pengidap Pyromania untuk kesenangan, meredakan ketegangan, kecemasan batin dan kepuasan seksual.

Seperti contohnya Api yang saat ini sedang membakar dapur. Api sangat sulit untuk mengendalikan hasratnya untuk membakar. Dirinya begitu terobsesi melihat kebakaran untuk meredakan rasa cemasnya seperti saat ini. Dia saat ini mengalami kecemasan yang tidak bisa dikontrol. Dia cemas entah karena apa.

"Bang! Lu jangan gila! Ini dapur bugetnya 200 juta!" Seru Frostfire yang malah memikirkan tentang isi dapur. Api menatap Frostfire kesal, anak itu malah memikirkan tentang isi dapurnya!

Api memberontak kala tubuhnya diseret. Dia masih belum selesai!

"Bang! Kita jalan-jalan yuk! Deeptalk. Curhat ama gue tentang apa yang lu rasain sekarang." Frostfire menggandeng tangan Api untuk pergi dari dapur, sedang para pelayan berusaha untuk memadamkannya. Enak aja kalau nyuruh Frostfire. Dia udah berusaha nenangin Babangnya ini.

Frostfire pergi membawa Api ke kamarnya. Ia mengambil paksa pemantik api yang dibawa oleh Api, dan menyimpannya dari jangkauan sepupunya itu.

"Apa yang Bang Api rasain?" Tanya Frostfire kepada Api yang masih kembang kempis menahan berbagai macam emosi. Api menarik nafas lalu membuangnya. Terus begitu sampai dirasa tenang.

Frostfire menepuk pelan punggung Api guna membantu untuk menenangkan sepupunya itu.

"Gue, kepikiran ama Gentar. Anak itu ga bisa ngerasain sakit. Gue tau rasanya tersiksa di rumah sakit gimana. Bayangin kalau Gentar harus bolak-balik rumah sakit? Gue rasanya tertekan waktu ngingat itu semua." Jelas Api tentang kecemasannya.

Human Sides [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang