"Sekarang tanggal berapa, Ri?" Tanya Glacier. Ia berusaha mencocokkan jam di Hp-nya yang tiba-tiba error.
"Tanggal 31, Glace. Kenapa?" Tanya Sori balik. Glacier menggeleng, "Ga papa. Cuma cocokin tanggal Hp. Hp-nya suka error, kadang jamnya tiba-tiba ke reset." Jawab Glacier. Sori memangut paham.
"Eh, sebentar lagi Gentar ultah. 6 hari lagi!" Seru Frostfire yang tiba-tiba ingat. Sori melebarkan matanya melihat tanggal ulang tahun Gentar yang sudah dekat. "Eh, iya! Gentar ulang tahun 4 hari lagi. Mau kadoin apa, ya?" Sori menatap teman-temannya bingung sekaligus senang.
"Gue kadoin doa."
"Gue masih belum tau."
Sori mencebikkan bibirnya kesal. "Kalian mah ga seru! Mau dirayakan ga, ya?" Sori mengetuk dagunya. Ia merasa tak adil jika ulang tahun dirinya dirayakan tapi tidak dengan temannya.
"Gue tau bakal kasih kejutan apa! Tapi, ini harus disembunyikan dari Gentar ama Sopan." Seru Frostfire membuat Glacier dan Sori mengangguk.
Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka bertiga sepakat untuk membuat perayaan untuk merayakan ulang tahun Gentar. Mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke kelas masing-masing dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
"Frost, Ri, gue ke kelas dulu. Gue udah masuk waktunya Pak Gentar." Pamit Glacier. Sori menatap Hp-nya melihat jadwal pelajarannya setelah itu ia berdiri bergegas untuk berpamitan.
"Gue pergi dulu, Frost! Sekarang udah masuk waktunya Pak Solar!" Sori melambaikan tangan kepada Frostfire. Frostfire tersenyum lalu beranjak dari duduknya. Sekarang kelasnya sudah masuk waktunya Pak Halilintar.
–––
Glacier pulang. Ia langsung tidur untuk mengistirahatkan otaknya yang dipaksa bekerja. Saat sampai di rumah, Glacier sepertinya harus menghela nafas berkali-kali sangking lelahnya mengurusi Air yang tiba-tiba jadi pemalas saat Ayah mereka tidak ada di rumah.
"Glace, masakin mie, ya?" Pinta Air dari kamar sebelah.
"Hm." Glacier bangun dari tidurnya untuk membantu Kakaknya yang tengah malas itu. "Sekalian piring kotornya itu dicuci juga, Ya. Jangan malas jadi orang."
"Iyaa Kak." Jawab Glacier.
Glacier menggerutu dalam hati. Pasalnya hal seperti inilah yang ia tidak suka dari Kakaknya. Setelah selesai mencuci piring dan memasakkan mie untuk Air, Glacier kembali duduk tak mengindahkan Kakaknya yang sedang goleran.
Tak lama suara percikan air terdengar dari kamar mandi. Kakaknya tengah mandi. Glacier menghembuskan nafas lelah. Kakaknya itu mukanya begitu tebal. Di depan Ayahnya dia begitu baik juga rajin. Tapi saat Ayahnya tidak ada, sisi malasnya keluar membuat Glacier menjadi babu dadakan.
Terdengar suara sepeda motor datang dari arah luar. Awalnya tampak biasa saja. Ayahnya datang begitu saja lalu beraktivitas seperti biasa. Lalu tiba-tiba Ayahnya menyalahkannya.
"Glace! Kamu tau, tagihan air ini habis 100 ribu selama sebulan. Orang kamu kalau mandi airnya dihidupin terus. Ngabis-ngabisin air," celetuk Ayahnya.
Glacier diam. Ia yang selalu disalahkan. Padahal, saat dirinya mandi, ia menghidupkan air karena air di bak mandi sudah tersisa separuh jari telunjuk. Sedangkan yang 'lain' mandi dengan menghidupkan air seenak jidatnya.
"Aku ngehidupin air karena airnya sudah kering di bak mandi. Mau mandi pake apa kalo ga ada airnya? Pake tanah?"
"Dak ngurus! Pake air yang ada di gayung."
"Airnya sudah ga ada mau pake air apa?!" Frustrasi Glacier. Ia benar-benar frustrasi. Dirinya selalu disalahkan atas kesalahan yang tidak ia perbuat.
"Dak ngurus!! Kamu yang mau bayar tagihan airnya? Kalau kamu mau ngabisin airnya terus mau bayarin ga masalah!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Human Sides [Tamat] ✓
RandomDibalik topeng yang selalu manusia pakai, ada sisi lain yang tidak mereka tunjukkan. Mari adu nasib! Siapa yang paling menyedihkan? 16 + Cover by Monsta Calendar 2023