Baby's Breath 22

129 22 1
                                    

"Sebenarnya aku tidak sudi datang, tapi jika kesaksianku bisa membuat hukuman mereka lebih berat, beritahu saja lagi nanti kelanjutannya. Akan aku usahakan untuk hadir."

Thea memperhatikan Ray yang sibuk bertelepon dengan siapa. Namun, dari ekspresi dan nada bicaranya, lelaki itu terlihat sangat kesal. Meski begitu sambungan telepon usai, ekspresi Ray berubah seperti biasa dan kini lelaki itu sibuk dengan laptopnya. Thea memutuskan untuk melangkah mendekat.

"Kau sedang apa?" Thea bertanya pelan membuat Ray menghentikan aktivitasnya. Bukannya mendapat jawaban, Thea malah dibuat memekik karena Ray tiba-tiba menarik tubuhnya hingga jatuh terduduk di atas pangkuan lelaki itu.

"Kenapa keluar? Bukankah kau bilang ingin tidur siang hm?" tanya Ray yang membuat Thea menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mengantuk sekarang." Satu jam lalu Thea memang berkata ingin tidur, tapi sampai di kamar dia hanya berguling tidak jelas di atas ranjang.

"Ray...," panggil Thea pelan sambil meraih jemari lelaki itu dan sedikit memainkannya. "Kenapa hm?"

"Aku boleh bercerita?" tanya Thea sambil menatap sang tunangan yang langsung mengangguk tanpa ragu. "Of course. Ayo cerita apapun, aku akan mendengarkan."

"Sebenarnya ini mungkin tidak penting, tapi... entahlah. Aku hanya merasa aneh," Thea memulai ceritanya. "Belakangan aku memang merasa sering begitu lelah. Rasanya tubuhku seperti tidak bertulang. Dipikir sekarang aku sangat mengerti mengapa pikiran pertama yang terlintas di pikiran Papa dan Mama adalah memintaku melakukan aborsi. Ssttt jangan menyela dulu." Thea mengangkat jari telunjuknya saat melihat Ray yang mulai membuka mulut. Dia sedikit bisa menebak apa yang akan lelaki itu sampaikan.

"Tapi bukan itu yang mau aku bahas sekarang." Thea meraih tangan kanan Ray dan meletakkannya tepat pada bagian jantungnya terletak. "Can you feel it? It beats a little bit faster when I am with you," bisik Thea tanpa melepaskan kontak matanya dengan sang tunangan.

"Berbeda dengan tubuhku yang terasa melemah, aku merasakan hal lain pada emosiku sendiri. Aku bisa menangis, tersenyum, senang, sedih... untuk pertama kalinya," ucap Thea sambil tersenyum simpul. Dia menyadari itu belakangan ini. Semua momen yang dilewatinya bersama Ray membuat dia pada akhirnya bisa perlahan mengekspresikan perasaannya. Tidak seperti dulu saat Thea harus meraba-raba dan butuh usaha sangat keras untuk mengenali perasaannya sendiri.

"Really?" tanya Ray dengan jemari yang kini mengelus wajahnya dengan lembut. Thea mengangguk sebagai tanggapan. "Aku pasti lebih banyak membuatmu menangis kan?" Thea tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Meski sebenarnya tidak salah karena Ray pernah beberapa kali membuatnya menangis. Namun, sekarang Thea anggap itu wujud dari perkembangan emosinya dan dia tidak akan marah. Tidak apa, itu semua sudah berlalu.

"Iya, tapi aku rasa itu bukan sepenuhnya salahmu."

"Maksudnya?"

"Saking tidak mengertinya aku dengan diriku sendiri, dulu aku berharap ingin menjadi seperti yang lain. Menangis pun tidak apa-apa, aku ingin merasakannya. Pada akhirnya Tuhan memang mengabulkannya, aku sungguhan banyak menangis," ujar Thea kembali diiringi senyum tipis. Seharusnya dulu dia berharap untuk bisa tertawa saja, jangan menangis.

"Maaf," ujar Ray pelan. Ekspresi lelaki itu juga berubah sendu. Thea hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia tidak lagi mengatakan apapun dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki itu.

"Ray...," panggil Thea pelan yang langsung dijawab oleh deheman pelan. Elusan lembut juga mulai terasa di kepalanya. "Maaf jika ini lancang, tapi bagaimana jika aku mulai jatuh cinta padamu?" tanya Thea pelan dengan jemari yang mulai memainkan kancing kemeja Ray. Thea tidak tahu sebenarnya bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi dari beberapa novel yang pernah dibacanya semua yang dialaminya seperti mengarah ke sana. Lagipula perasaan ini memang sangat asing dan baru dia rasakan untuk pertama kalinya sehingga Thea kesulitan mengidentifikasi.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang