Baby's Breath 17

94 23 1
                                    

Ray pernah berpikir bahwa hidup itu memang misteri. Manusia tidak akan pernah bisa menebak dengan pasti hal yang akan terjadi. Semuanya benar-benar tidak terprediksi. Makanya banyak hal di masa depan yang terasa begitu mengejutkan. Seperti apa yang malam itu Ray rasakan.

"Pasien sedang mengandung dan mengalami pendarahan. Beruntung kandungannya masih bisa diselamatkan. Hanya saja pasien perlu mendapatkan perawatan intensif untuk beberapa hari ke depan."

Kabar itu sangat mengejutkan. Bukan hanya untuk Ray, tapi juga lima orang lain yang mendengarnya. Ray tidak tahu bagaimana keadaan Thea secara rinci karena dokter hanya menyampaikan itu pada kedua orang tuanya. Meski kabar itu terasa mengejutkan, tapi Ray bersyukur keadaan Thea masih bisa diselamatkan.

Tengah malam itu usai Thea dipindahkan ke ruang rawat, Ray mendapati dirinya diinterogasi oleh orang tuanya dan orang tua Thea. Ray tidak lagi mendapati keberadaan Caroline. Entah lah mungkin gadis itu sudah pulang. Ray tidak mau memikirkannya.

"Kau tahu Thea sedang hamil?"

Ray menggeleng pelan atas pertanyaan sang ayah. Dia juga baru mengetahui hal itu sekarang. Sebenarnya Ray merasa cukup takut, tapi dia berakhir menjelaskan segalanya. Ray sadar selama ini mereka tidak pernah memakai pengaman saat melakukan seks. Risiko kehamilan jelas sangat besar. Hal yang seharusnya bisa diantisipasi sejak awal. Namun, Ray merasa bodoh karena tidak memikirkan itu dulu.

Makanya Ray sudah sangat siap jika kedua orang tuanya dan orang tua Thea akan marah. Namun, dia malah melihat mereka semua yang terdiam. Ray mendadak bingung dengan reaksi orang-orang di hadapannya. Lebih bingung lagi saat ibu Thea tidak mengatakan apapun dan pergi begitu saja. Sementara ayah Thea kini memandangnya dengan senyum yang tidak bisa Ray definisikan. Mendadak dia berubah gelisah.

"Aku minta maaf," ujar Ray pelan saat menduga mungkin saja itu bentuk kecewa atau marah orang tua Thea. Namun, ayah Thea juga tidak mengatakan apapun. Hanya tersenyum tipis kemudian menepuk pundaknya pelan dan berlalu pergi. Meninggalkan Ray bersama kedua orang tuanya.

"Papa, Mama, maaf," ulang Ray saat melihat kedua orang tuanya yang hanya diam. Meski setelah itu Ray melihat sang ibu yang tersenyum tipis dan berusaha menenangkannya, Ray tetap merasa gelisah.

"Semuanya akan baik-baik saja." Ray ingin percaya dengan apa yang ayahnya katakan, tapi tetap saja sulit.

"Semuanya akan baik-baik saja jika kau bersedia bertanggung jawab." Ray menatap sang ayah yang menatapnya dengan tegas. Itu sudah pasti. Ray jelas sadar Thea sedang mengandung anaknya sekarang dan dia wajib bertanggung jawab penuh. Terlepas dari fakta bahwa mereka sudah bertunangan sekalipun.

*

Keesokan harinya Ray memilih membolos kuliah. Dia tetap berdiam di rumah sakit dan ingin menemani Thea. Meski tidak bisa karena ternyata orang tua Thea ternyata juga tidak pulang. Ray merasa segan untuk masuk ke sana. Terutama siang itu saat dia mengintip dan bisa melihat ibu Thea yang menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

Ray memutuskan pergi sampai akhirnya malah berpapasan di lorong dengan Caroline.

"Mau kopi?" tanya Caroline sambil menyerahkan satu cup kopi ke arahnya. Ray ingin menolak, tapi seketika teringat sesuatu. Dia ingin menanyakan beberapa hal pada Caroline. Karena itulah akhirnya mereka terdampar di taman rumah sakit dan duduk berdampingan di sebuah bangku.

"Jadi kau dan Theala sudah bertunangan? Wah, sungguh tidak bisa aku percaya!"

Ray hanya mengendikkan bahunya untuk merespon Caroline. Rasanya tidak mungkin juga dia menutupi semuanya di hadapan gadis itu. Lagipula Caroline juga sudah mendengar kondisi Thea semalam. Ray rasa tidak perlu lagi ada yang disembunyikan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang