Baby's Breath 15

104 9 3
                                    

"Mau berangkat bersama?"

Ray memandang Thea dengan harap-harap cemas. Sudah satu minggu sejak kejadian tempo hari dan hubungannya dengan Thea sebenarnya sudah kembali seperti semula. Maksudnya seperti dulu saat interaksi mereka hanya sebatas sarapan dan makan malam bersama. Bedanya kali ini Ray merasa tidak nyaman dan berusaha memecahkan rutinitas itu. Dia tidak mau terus seperti ini. Ray mau setidaknya hubungan mereka berubah normal seperti setelah kembali dari liburan, misalnya. Bukan seperti ini.

Thea tidak mengeluarkan sepatah katapun, tapi Ray bisa melihatnya mengangguk. Tanpa sadar dia tersenyum dan langsung menarik Thea pergi keluar. Dia terlalu antusias sampai bahkan tidak sadar tetap menggenggam tangan Thea selama perjalanan menuju basemen. Ray terlalu antusias mendapati kenyataan hari itu adalah pertama kalinya mereka datang ke kampus bersama. Dia terlalu antusias sampai melupakan satu hal bahwa ajakannya ini mungkin akan berdampak buruk pada Thea.

Pemandangan Ray dan Thea yang datang kampus bersama hari itu langsung menjadi buah bibir. Ray mungkin tidak akan mempedulikannya jika hal itu hanya perkataan biasa. Namun, rasanya sulit mendengar bagaimana mereka semua yang banyak melontarkan kalimat buruk untuk Thea.

"Si jalang itu semakin mencari perhatian sekarang."

"Tidak cukup menghancurkan hubungan Ray dan Lindsay sekarang gadis itu kembali berulah."

"Memang dasar tidak tahu diri."

"Sudah tidak tahu diri, murahan pula."

Ray nyaris meledak mendengar itu. Diantara semua bisik-bisik itu, tidak ada satupun yang menjelekkan dirinya. Semuanya malah menjelekkan Thea, Thea, dan Thea. Ray sangat muak mendengarnya. Dia tidak sesabar Thea yang kini hanya diam dengan pandangan lurus di bangku paling depan. Ray sungguhan akan meledak jika Joaquin dan Nial tidak datang dan sedikit mendistraksi fokusnya.

"A! Yo! Rajin sekali kau sudah datang sepagi ini!" Ray menepis tangan Nial yang merangkul bahunya. Dia sedang kesal sekarang dan sangat malas berinteraksi dengan orang lain.

"Aku dengar kau berangkat bersama Theala eh? Kau mengincarnya sekarang?" tanya Joaquin yang menatapnya sambil tersenyum miring.

"Bukan urusanmu."

"Eiy! Masa seper—"

"Diam atau aku akan meninju wajahmu sekarang juga."

"Kau sangat mengerikan!"

"Aku bilang diam!"

"Kau sensitif sekali—"

"Aku bilang diam sialan!"

Ketiga sahabat itu mungkin akan terus berdebat jika seorang dosen tidak masuk ke dalam kelas membuat ketiganya terpaksa diam. Ray berusaha memusatkan fokusnya ke depan meski sadar kedua temannya masih memperhatikannya dengan tatapan mencurigakan. Joaquin dan Nial pasti akan menginterogasinya nanti, tapi sekarang Ray akan bersikap tidak peduli.

Begitu waktu makan siang tiba, Ray langsung bangkit dan mendekat ke arah Thea. Tanpa mengatakan apapun dia menarik lengan gadis itu dan membawanya keluar.

"Makan siang." Ray baru mengatakan itu saat mereka menuruni tangga. Tidak lewat lift karena penuh dan Ray malas menunggu lama. Thea sempat terdiam, tapi kemudian mengangguk pelan. Ray anggap itu sebagai persetujuan kemudian menarik tangan Thea dengan lembut untuk menuju ke kantin.

Ray terus melangkah tanpa memperdulikan beberapa pasang mata yang memperhatikannya danThea secara terang-terangan. Dia mengajak Thea duduk di bangku pojok kantin kemudian mulai memesan makanan. Ray berusaha keras tidak mempedulikan beberapa bisik-bisik yang mulai kembali terdengar. Dia sulit seperti Thea yang hanya diam dan makan dengan tenang.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang