Baby's Breath 8

218 32 4
                                    

warning: bullying, violence, blood, etc.

***



Brakkk

Thea memejamkan matanya saat merasakan kursinya yang ditendang dengan begitu keras. Pelakunya tidak lain adalah sang tunangan. Tidak ada yang berani mengganggunya secara terang-terangan begini selain lelaki itu. Bahkan orang-orang yang melakukan perundungan padanya pun hanya berani melakukan itu secara diam-diam.

Pandangannya terangkat dan mendapati Ray masih berdiri di sampingnya. Lelaki itu menatapnya dengan ekspresi yang begitu dingin. Tidak lama langsung berlalu pergi menuju bangku di area belakang. Thea langsung menghela napas lelah setelah kepergian Ray. Dia sungguh tidak mengerti dengan sikap lelaki itu. Semenjak pertengkaran mereka sehabis pulang dari pesta malam itu, Ray tidak lagi pulang ke apartemen. Nyaris satu minggu lelaki itu pergi dan entah tinggal dimana.

Awalnya semua baik-baik saja sampai hari ini Ray kembali mengganggunya. Menimbulkan bisik-bisik dari seisi kelas seperti terakhir kali. Ketika Thea berpikir Ray hanya akan mengganggunya sampai di sana, kali ini dia salah besar.

"Awh!" Thea sedikit memekik ketika Ray menyenggol bahunya dengan keras saat di lorong. Menyebabkan jus yang dibawanya tumpah mengenai tubuhnya sendiri. Seolah tidak berdosa, lelaki itu melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan Thea yang kini ditertawakan oleh orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

Berusaha tidak mempedulikan itu, Thea memilih memungut cup bekas jus tersebut kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya memutuskan pergi ke toilet untuk membersihkan lengannya yang terasa lengket. Juga untuk membersihkan kemejanya agar tidak terlalu kotor. Setelah ini masih ada satu lagi kelas yang harus Thea ikuti.

Begitu masuk ke toilet, beberapa pasang mata langsung meliriknya dengan tatapan yang sesungguhnya membuat risih. Namun, sekali lagi Thea tidak mempedulikan itu dan berjalan menuju wastafel. Entah mengapa setelah itu semua orang malah langsung keluar bersamaan. Thea hanya mengendikkan bahu dan fokus dengan kegiatan bersih-bersihnya.

Sampai kemudian dia mengernyit ketika melihat sebuah kemeja yang terulur ke hadapannya. Dia mengangkat pandangan dan menemukan Caroline yang berdiri di sampingnya. Dia mengangkat sebelah alisnya melihar gadis itu yang masih mengulurkan sebuah kemeja putih ke hadapannya.

"Aku tidak tahu kau punya masalah apa dengan Rayden, tapi dia itu memang bisa sangat menyebalkan," ujar Caroline tiba-tiba. The memperhatikan gadis itu tanpa berkedip. "Jadi pakai ini saja. Tidak akan nyaman memakai pakaian kotor seperti itu selama kelas berlangsung."

"Aku tidak—"

"Aku risih melihatnya." Thea memandang gadis di hadapannya tidak mengerti. "Aku tahu seorang Theala Reighton memang tidak pernah butuh bantuan orang lain, tapi kita sekelas. Aku risih melihat orang memakai baju kotor," lanjut Caroline sambil memandang kemejanya dengan tatapan mencibir.

Sebenarnya Thea tidak tahu apa motivasi gadis itu membantunya, tapi dia akhirnya memanggil kemeja tersebut dan berterima kasih singkat. Caroline hanya menjawabnya dengan anggukan singkat kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Thea yang kini mengganti kemeja berwarna baby blue-nya yang kotor dengan kemeja putih pemberian Caroline. Ternyata kemeja itu terlalu besar untuknya. Tangannya bahkan tenggelam membuat Thea langsung menggulung lengan kemejanya sampai siku.

Tidak pernah terbayangkan sekalipun di pikiran Thea bahwa Caroline akan membantunya seperti ini. Meskipun saling kenal, Caroline tidak pernah mengajaknya berinteraksi lebih. Gadis itu punya lingkaran pertemanannya sendiri dan entah harus Thea syukuri atau tidak, memang tidak pernah mengganggunya selama ini. Tidak seperti Madeline—atau biasa disapa Maddy, dan teman-temannya. Thea baru mengetahui nama-nama orang yang membully-nya itu belakangan ini.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang