Baby's Breath 5

166 30 16
                                    

Ray sedikit terusik dari tidurnya karena cahaya matahari pagi yang menelusup lewat jendela. Saat membuka mata, Ray menyadari gorden kamarnya tidak ditutup sama sekali. Dia mencoba bangkit dan langsung melotot saat menyadari tubuhnya yang telanjang di balik selimut. Pandangannya kemudian beralih ke samping dan semakin melotot saat bersiborok dengan netra Thea yang baru terbuka. Matanya mengerjap berulang kali dan seketika merutuk saat mengingat semalam dirinya sangat mabuk.

Melihat kondisi mereka sekarang, Ray sudah bisa menebak apa yang semalam terjadi. Hal yang membuatnya kembali merutuk dalam hati. Dengan perlahan, dia kembali melirik Thea yang kini juga sudah mendudukkan diri. Dalam hati Ray merasa sedikit waswas. Dia takut Thea akan marah. Namun, selama beberapa menit terlewat, Thea tidak mengatakan apapun. Mereka berdua hanya duduk diam dalam keheningan kamar. Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Keheningan itu terpecah saat dering ponsel Ray terdengar. Dengan terburu, Ray mencari ponselnya yang ternyata tergeletak di atas karpet. Dia meraih ponselnya dan mendapati sang kekasih yang menelpon. Setelah sedikit berbasa-basi, Ray bisa mendengar Lin yang meminta tolong padanya.

"Bisakah kau menjemputku sekarang? Mobilku mogok. Aku tidak tahu harus apa."

Bukannya menjawab, Ray malah diam dan memperhatikan Thea yang kini bangkit meninggalkan ranjang. Dia menggigit bibir bawahnya saat melihat tubuh telanjang gadis itu. Thea tidak mengatakan apapun. Hanya memungut pakaiannya yang tercecer di atas lantai kemudian pergi keluar kamar dengan langkah pelan.

"Ray, halo? Kau masih di sana kan?"

"Aku tidak bisa. Aku punya urusan keluarga yang harus diselesaikan. Kirim saja lokasimu sekarang. Aku akan mengirim sopir dan mobilmu akan dibawa ke bengkel nanti."

Tanpa menunggu respon Lin, Ray langsung memutuskan sambungan telepon mereka. Tangannya bergerak menyambar pakaiannya yang bercecer kemudian masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri secepat kilat. Setelahnya, Ray langsung beranjak ke dapur. Kali ini dia kembali mendapati Thea di sana. Tidak langsung menghampiri, Ray memilih mengamati gadis itu dari ambang pintu. Thea terlihat sibuk memasak sarapan seperti pagi-pagi sebelumnya.

Prang

Sampai kemudian mata Ray melotot melihat piring yang terjatuh. Dia refleks mendekat dan menarik Thea sedikit menjauh. Takut gadis itu terkena pecahan piring yang kini berhamburan.

"Aww!" Ray sedikit terlonjak mendengar teriakan Thea. Ada yang aneh. Tangan gadis itu terlihat bergetar. Tanpa basa-basi, Ray langsung menyingkap lengan kemeja Thea membuat gadis itu memekik. Dia sudah merasa aneh sejak awal karena Thea tidak memegang piring itu dengan benar.

Rasa terkejutnya tidak dapat ditutupi mendapati lebam dan luka gores memanjang di lengan Thea. Tanpa kata, Ray juga membuka kemeja Thea dengan paksa. Dia tiba-tiba takut semalam telah berlaku sangat kasar sampai melukai Thea. Rasa terkejutnya semakin bertambah saat mendapati tubuh gadis itu yang dipenuhi lebam. Ray tidak yakin kalau itu adalah ulahnya semalam. Lebamnya sudah mulai memudar. Meski ada beberapa bekas kemerahan di sana yang sepertinya baru. Ray meringis dalam hati ketika sadar sepertinya dia memang telah berlaku kasar.

"Ayo ke dokter sekarang."

"Tidak mau."

"THEALA!"

Ray tanpa sadar meninggikan nada bicaranya. Semalam adalah pertama kalinya mereka bertukar kata yang cukup panjang dan dipenuhi emosi. Pagi ini pun hal serupa terulang kembali. Ray jadi semakin yakin sepertinya mereka memang bukan perpaduan yang pas untuk hidup bersama.

"Ke dokter sekarang atau aku akan mengadu pada ayahmu, Ms. Reighton."

"Aku tidak takut."

"Aku akan bilang kalau kau menganiaya orang lain dan berselingkuh di belakangku."

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang