"Sarapan."
Ray baru saja keluar dari kamarnya saat sebuah suara bernada datar, bahkan cenderung dingin terdengar di telinganya. Dalam pandangannya yang masih sayu karena mengantuk, Ray bisa melihat Thea yang sudah berdiri di hadapannya dengan pakaian rapi. Terlalu rapi untuk ukuran seseorang yang baru selesai memasak. Lagipula ini masih sangat pagi dan Ray ingat kelas mereka hari ini hanya ada siang nanti. Namun, dia juga ingat bahwa seorang Theala Reighton adalah orang yang paling rajin sedunia.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Ray bisa melihat Thea yang berjalan menuju meja makan. Refleks dia mengikuti di belakang. Samar, dia bisa mencium wangi mawar yang menguar. Parfum Thea. Ray sudah hapal dengan itu. Dua tahun lebih tinggal bersama membuat Ray secara alami mengetahui beberapa hal tentang gadis yang kini duduk di hadapannya.
Seperti ratusan pagi sebelumnya, mereka akan makan dalam diam. Hanya denting alat makan yang beradu yang mengisi suasana pagi itu. Ray mengernyit saat merasakan makanan yang disuapnya terasa aneh. Dia menghentikan acara makannya sejenak kemudian melirik Thea yang masih makan dalam diam. Awalnya Ray ingin protes karena jika boleh jujur, rasa makanan ini sangat tidak enak. Untuk pertama kalinya masakan Thea gagal di lidahnya.
Setelah lebih dari dua tahu tinggal bersama, seperti ada aturan tidak tertulis diantara mereka berdua. Salah satunya yaitu mereka yang harus sarapan dan makan malam bersama. Awalnya Ray merasa aneh. Dia tidak suka melakukan itu. Namun, saat suatu pagi Thea memandangnya dengan tatapan dingin—meski dia sadar di keseharian pun tatapan Thea memang seperti itu, Ray berubah tidak enak hati. Akhirnya dia terpaksa makan di meja yang sama dengan gadis itu dalam meski dalam suasana yang sangat hening.
Tidak buruk. Tidak. Masakan Thea ternyata sangat enak. Maka meski awalnya terpaksa, semakin hari Ray melakukan semuanya secara sukarela. Dia pikir itu cukup menguntungkan bagi dirinya yang tidak bisa memasak agar tidak repot membeli makanan di luar setiap pagi. Sampai hari ini masakan Thea terasa sangat aneh di lidahnya. Tidak seperti sebelumnya yang selalu sesuai dengan lidahnya. Namun, Ray berakhir tidak mengatakan apapun. Memilih menelan semua makanan itu dalam diam meski harus bersusah payah. Di pikirannya, dia melakukan semua itu untuk menghargai kerja keras Thea yang sudah bersedia bangun pagi dan memasak untuknya. Meski sejujurnya Ray tidak pernah meminta itu. Jika Thea tidak melakukannya pun, tidak akan menjadi masalah bagi Ray.
Usai sarapan, Thea langsung sigap mencuci semua bekas alat makan mereka. Ray tidak mengucapkan apapun dan berlalu pergi menuju kamarnya. Bahkan tidak berterima kasih sedikitpun. Awalnya dia ingin beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi dering ponsel menghentikan niatnya.
Hottie Lindsay
Kekasih tercintanya yang menelpon ternyata. Tanpa menunggu lama, Ray langsung menjawab panggilan itu dan menyapa sang kekasih dengan kata-kata manis.
"Hentikan itu. Aku tidak mau muntah di pagi hari."
Ray tertawa keras mendengar respon Lin—begitu pacarnya sering dipanggil. Ray sudah berpacaran dengan Lin selama delapan bulan. Rekor. Sejauh ini, itu waktu paling lama Ray berpacaran. Biasanya tidak sampai enam bulan, kisah cintanya selalu berakhir. Entah karena sudah tidak cocok atau alasan lainnya yang kadang di telinga orang terdengar konyol. Namun, Ray tidak hidup untuk mendengarkan perkataan orang lain. Jadi dia tidak pernah mempedulikan itu sedikitpun. Jika memang hubungan itu sudah tidak nyaman dijalani, Ray akan memilih mengakhirinya saja.
"Kelasku akan berakhir pukul tiga nanti. Ayo kita jalan-jalan setelahnya."
Tidak ada alasan untuk menolak. Lagipula Ray tidak punya agenda apapun selepas jadwal kuliahnya berakhir. Oh ada. Dia akan mengikuti balapan, tapi itu baru dimulai saat pukul sebelas malam. Jadi dia akan memanfaatkan sore harinya untuk berjalan-jalan dengan sang kekasih sampai waktu makan malam tiba dan harus pulang lebih dulu ke apartemen. Biasa. Agenda makan malam bersama Thea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Breath
Romance"Kenapa aku harus menikahi Theala?" "Karena kau pernah membuatnya menangis?" "Apa?" Rayden memandang sang ayah dengan pandangan bingung. Tidak mengerti apa korelasi dirinya yang pernah membuat Theala menangis dengan keharusan untuk menikahi gadis it...