Baby's Breath 12

133 22 3
                                    

Secara keseluruhan, hubungan Ray dan Thea belakangan ini bisa dibilang sangat baik jika dibandingkan dengan dulu. Meski masih tidak saling berinteraksi di kampus, atmosfer diantara keduanya cukup membaik. Bahkan di apartemen lebih baik lagi karena Ray tidak lagi segan mengajak Thea berbicara sesekali.

Rumor buruk yang mengintai di belakang nama Thea sepanjang tahun kemarin juga perlahan menghilang. Nampaknya orang-orang sudah tidak terlalu peduli dan melupakan hal tersebut begitu saja. Menyisakan segelintir orang yang mungkin sudah terlalu tertutup kebencian sehingga masih memandang Thea dengan tatapan tajam. Meski begitu, seperti biasanya Thea memilih tidak peduli.

Suatu hari, jurusan mereka mengadakan company visit pada sebuah perusahaan perbankan ternama untuk mengobservasi model bisnisnya. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok dengan masing-masing satu mentor. Meski sudah dibagi kelompok, Thea tetap saja terasing. Teman-teman kelompoknya seperti enggan mengajaknya berinteraksi. Thea kembali berusaha tidak mempedulikan itu dan fokus saja pada tugas observasinya serta mendengarkan penjelasan sang mentor.

"Theala Reighton?"

Sampai kemudian Thea sedikit kaget karena ada seseorang yang memanggil namanya. Dia berbalik ke belakang dan menemukan seorang lelaki dalam balutan pakaian kerja yang rapi menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Kau memanggilku?" Thea menunjuk dirinya sendiri yang dijawab anggukan oleh lelaki itu. Setelahnya dia bisa melihat lelaki itu yang berjalan mendekat padanya.

"Kau adik Theo kan?" tanya lelaki itu setelah tiba di hadapannya. Thea hanya mengangguk sebagai tanggapan. "I am Davin. Aku temannya saat kuliah dulu." Meski ragu, Thea tetap menjawab uluran tangan lelaki itu sebagai bentuk kesopanan. Dia memang tidak pernah mengenal teman-teman kakaknya. Meski beberapa diantara mereka pernah datang ke rumah sekalipun.

Thea tidak mengerti entah bagaimana dia malah berakhir berbincang bersama Davin. Ternyata lelaki itu adalah HRD di perusahaan ini. Davin juga meminta izin pada mentornya sehingga Thea tidak risau lebih banyak menghabiskan waktunya dengan lelaki itu. Thea tidak merasa rugi karena Davin juga menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan tugasnya. Itu lebih baik dibandingkan dengan harus berbaur dengan teman kelompoknya yang jelas sekali terlihat risih dengan kehadirannya.

Sampai akhirnya waktu istirahat tiba. Davin mengajak Thea untuk makan siang bersama. Awalnya Thea merasa ragu, tapi mengingat sedikit bantuan yang diberikan lelaki itu sebelumnya, dia berakhir mengangguk. Thea memutuskan menunggu di lorong ketika Davin berkata akan pergi ke ruangannya lebih dulu untuk mengambil dompet.

Pandangan Thea menatap sekeliling lorong yang kini ramai dengan para pekerja yang beristirahat dan juga teman-teman kelasnya yang berkumpul di sana. Sekitar lima menit kemudian, Thea melihat Davin kembali.

"Maaf membuatmu menunggu lama."

"Tidak masalah," jawab Thea singkat. Dia memang tidak merasa menunggu lama. Akhirnya mereka memutuskan pergi makan siang sekarang. Namun baru tiga langkah, sesuatu langsung mengejutkan Thea.

"Aww!" Thea sedikit memekik saat seseorang menyenggol bahunya dengan kasar. Disusul lengannya yang terasa dingin dan lengket terkena tumpahan jus. Dia bisa mendengar beberapa orang di lorong yang mulai menertawakannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Davin sambil menarik tangannya dengan lembut.

"Aku—aaa!"

Belum juga selesai menjawab, Thea merasakan tangannya yang ditarik kasar. Dia menghela napas jengkel saat sadar siapa pelakunya. Orang yang sama dengan sosok yang telah menyenggolnya dan menumpahkan jus ke tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan Rayden.

Thea sungguh tidak mengerti dengan lelaki itu. Padahal hubungan mereka belakangan ini sangat baik-baik saja, tapi Ray malah mengganggunya kembali. Benar-benar menyebalkan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang