Baby's Breath 14

177 19 4
                                    

Thea membulatkan matanya terkejut saat menyadari kehadiran seseorang di ujung lorong. Mengejutkan karena sosok itu tidak memberitahukan apapun sebelumnya. Seandainya itu terjadi, mungkin Thea tidak akan mengizinkan Davin datang kemari. Dia juga tidak mengerti mengapa lelaki itu sampai datang menemuinya seperti ini.

"Jangan marah. Aku hanya ingin mengantarkan hadiah untukmu."

"Hadiah?" Thea bertanya dengan bingung begitu mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

Davin menjelaskan alasannya datang ke sini hanya untuk mengantarkan hadiah yang Theo titipkan untuknya. Thea tidak mau percaya begitu saja makanya dia langsung mengirim pesan pada sang Kakak. Ternyata memang benar.

Minggu lalu Theo pergi ke Perancis dan bertemu dengan kekasih Davin di sana. Karena Theo belum bisa pulang, dia menitipkan sebuah gelang pada kekasih Davin dan memintanya memberikan langsung. Ribet, menurut Thea. Padahal Theo bisa mengirimnya langsung atau bahkan menunggu nanti sekalian pulang saja. Namun, Thea tidak menyuarakan protesnya dan memilih mengikuti Davin menuju parkiran.

"Here's for you little princess."

Thea hanya mengucapkan terima kasih singkat dan menerima paper bag berukuran sedang yang Davin ulurkan. Isinya sebuah kotak yang Thea tebak berisi gelang yang dimaksud Thea. Beserta beberapa aksesoris berwarna pink pastel. Thea menghela napas lelah melihat itu. Padahal Theo tahu dia jarang sekali menggunakan benda-benda itu, tapi tidak pernah lelah membelikannya.

"Mau aku antar pulang?" tanya Davin membuat Thea mengangkat pandangan. Dia berpikir keras dan sebenarnya berniat menolak, tapi Davin memaksa membuat Thea berakhir mengiyakan. Rasanya tidak enak menolak kebaikan lelaki itu.

Thea pikir hari itu akan berjalan seperti biasanya. Namun begitu sampai di basemen, dia sedikit terkejut mendapati Ray yang berdiri dengan ekspresi tajam di samping Rolls-Royce merahnya.

Semua yang terjadi sore itu berlangsung begitu cepat sampai Thea kesulitan mencerna semuanya. Dia tidak mengerti apa alasan Ray yang tiba-tiba memukul Davin sehingga dua lelaki itu kini terlibat perkelahian. Thea berubah linglung, tapi sebisa mungkin dia mencoba memisahkan dua lelaki itu.

"Rayden, hentikan." Thea menahan tangan Ray yang akan melayangkan pukulan kesekian kali pada Davin. "Jangan seperti ini," lanjutnya sembari menarik tubuh Ray sedikit menjauh. Sedikit tersentak ketika lelaki itu menepis tangannya dengan kasar kemudian menghampiri Davin yang berusaha bangkit.

"Pergi sana. Jangan pernah berani mengganggu tunanganku lagi," ujar Ray dengan dingin kemudian menarik tangan Thea pergi.

Thea tidak sempat melancarkan protes apapun. Tidak berani juga karena Ray terlihat begitu kesal sekarang. Dia tidak mau memperkeruh suasana. Maka meski Ray menarik tangannya terlalu kencang dan mencengkram pergelangan tangannya terlalu erat sampai menimbulkan bekas kemerahan, Thea hanya diam saja.

Sampai Ray malah menghempaskan tangannya dengan kasar begitu mereka tiba di ruang tengah. Thea tidak mengerti dengan ekspresi lelaki itu yang terlihat begitu marah sekarang.

"Harusnya kau menolak saat dia mengajak pulang bersama!"

Thea berubah tidak mengerti saat Ray berubah marah-marah padanya sekarang. Lelaki itu juga melontarkan kalimatnya dalam nada tinggi yang membuat Thea sedikit pusing.

"Jangan hanya iya-iya saja saat lelaki lain mendekatimu seperti itu!"

"DIAM!" Thea akhirnya berteriak karena tidak tahan dengan Ray yang menyudutkannya sekarang. Lelaki itu tidak tahu apapun dan malah menyalahkannya begitu saja. Thea tidak terima.

"Kau tidak tahu apapun. Kenapa malah menyudutkanku seperti ini? Aku bahkan tidak pernah ikut campur sekalipun kau tidur dengan perempuan lain!"

"Kita tidak sedang membicarakan itu sekarang!"

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang