"Kami ingin kalian tinggal bersama di sini."
Kalimat itu membuat Thea mengalihkan pandangan pada sosok di sampingnya, Ray. Lelaki itu hanya mengedikkan bahu kemudian melangkah menuju jendela besar di sisi kanan apartemen. Dari sana, bisa terlihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang di sekeliling pusat kota ini.
Thea tebak butuh pundi-pundi yang banyak untuk membeli sebuah apartemen di lokasi strategis seperti ini. Namun, hal seperti itu jelas bukan masalah bagi keluarga mereka. Tidak bermaksud menyombongkan diri, tapi ayahnya dan ayah Ray memasuki daftar teratas orang terkaya di muka bumi. Jadi, membeli sebuah apartemen seperti ini bukan masalah yang besar bagi mereka.
"Kalian bisa tinggal bersama agar semakin akrab sebelum menikah nanti."
Thea tidak mengeluarkan reaksi apapun. Dia membiarkan kedua orang tua Ray—lebih tepatnya ibunya, untuk berceloteh panjang lebar tentang apapun yang berhubungan dengan apartemen ini.
Hari ini kedua orang tuanya bahkan bersedia pulang hanya untuk mengantarnya melihat apartemen ini. Apartemen yang katanya harus ditempatinya bersama Ray selama mereka berkuliah. Memang, mulai minggu depan mereka akan resmi mengenyam bangku pendidikan tinggi.
"Semuanya sudah lengkap, kalian bisa pindah kemari mulai besok."
Benar-benar luar biasa. Sepertinya kedua orang tua mereka sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Thea hanya mengangguk karena menolak pun dia tidak akan bisa. Begitu pula dengan Ray. Perintah kedua orang tua mereka seperti mutlak. Tidak akan bisa terbantahkan. Jadi, yang bisa mereka berdua lakukan hanya menuruti semua itu. Tidak ada yang lain.
Hari itu, kedua orang tua mereka akhirnya pulang lebih dulu. Sementara Thea dan Ray memutuskan untuk berdiam lebih lama. Mereka berniat melihat sekeliling apartemen sekali lagi sebelum benar-benar menempatinya nanti.
"Aku mau kamar yang itu."
Thea mengikuti arah telunjuk Ray saat mereka kembali ke ruang tengah. Dia bisa melihat dua buah kamar yang berdampingan. Thea sudah melihat dalamnya dan memang lengkap. Mereka hanya perlu membawa diri dan beberapa pakaian saja. Thea mengiyakan perkataan Ray dengan mudah. Menurutnya kedua kamar itu sama saja. Tidak ada bedanya. Jadi, kamar manapun yang akan ditempatinya bukan masalah besar.
Puas melihat keseluruhan apartemen, keduanya memutuskan pulang. Berbeda dengan Ray yang sudah pergi lebih dulu dengan Ducati kesayangannya, Thea memilih berjalan kaki menuju halte. Dia akan pulang dengan menggunakan bus kali ini. Sebenarnya mudah saja bagi Thea untuk menelpon salah satu sopir agar menjemputnya, tapi dia tidak mau. Kali ini, dia ingin pulang menggunakan transportasi umum saja.
*
Theala Reighton dan Rayden Hale bertunangan saat usia mereka baru menginjak 13 tahun. Acara yang terdengar sangat konyol, terutama di jaman modern seperti ini. Lagipula praktik seperti itu sudah banyak ditentang di masa sekarang. Salah satu alasan utamanya tentu saja karena perenggutan hak kebebasan individu. Menentukan pasangan hidup seharusnya menjadi kebebasan setiap individu tanpa diintervensi oleh pihak lain. Namun, Keluarga Reighton dan Keluarga Hale sepertinya punya pemikiran berbeda.
Di usia 13 tahun, Thea tidak terlalu mengerti apa yang terjadi. Satu hal yang diingatnya adalah malam itu ada sebuah pesta di rumahnya dengan dirinya dan Ray yang menjadi bintang utama. Mereka bahkan melakukan tukar cincin meski hanya dipakai di malam itu saja. Lagipula ukurannya memang terlalu besar bagi jari kurusnya.
Keesokan harinya, Mama memasukkan cincin tersebut ke dalam kalung, menggantikan liontin asalnya yang berbentuk kupu-kupu. Padahal Thea sangat menyukai liontin itu karena sengaja diberikan oleh sang kakak saat ulang tahunnya yang ke sepuluh. Namun, Mama beralasan cincin itu harus disimpan di sana agar tidak hilang. Thea tidak punya keberanian untuk melawan, maka dia berakhir menuruti perkataan sang ibu tanpa memberikan sedikitpun protes. Sejak malam itu, sekalipun Thea berganti kalung, cincin itu tidak akan terlepas dan akan selalu menjadi liontinnya sampai sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Breath
Romance"Kenapa aku harus menikahi Theala?" "Karena kau pernah membuatnya menangis?" "Apa?" Rayden memandang sang ayah dengan pandangan bingung. Tidak mengerti apa korelasi dirinya yang pernah membuat Theala menangis dengan keharusan untuk menikahi gadis it...