Baby's Breath 23

154 22 0
                                    

Ray menghela napas berulang kali sambil memejamkan matanya. Sebuah upaya untuk menenangkan dirinya sendiri. Tangannya menyentuh dadanya sendiri dan merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Jelas saja karena hari ini adalah salah satu momen paling krusial dalam hidupnya. Momen yang hanya akan terjadi sekali sepanjang eksistensinya. Ray harap akan begitu. Tentu saja karena baginya pernikahan adalah sekali seumur seumur hidup dan begitu dia memutuskan menikahi Thea, maka perempuan itu akan menjadi satu-satunya di hidupnya.

Jika dipikir ulang, semuanya terasa bagai mimpi. Dulu Ray tidak pernah pusing memikirkan hal ini meski para orang tua selalu mewanti-wanti bahwa mereka akan menikah nantinya. Namun, semuanya berbalik dan pernikahan ini akhirnya terjadi lebih cepat. Bahkan tanpa paksaan siapapun. Murni keinginan Ray sendiri.

"Aku tidak percaya kau akan menikah sebentar lagi. Jika ini mimpi aku tidak heran," ujar Nial yang membuat Ray tersenyum miring. Bersyukur karena kedatangan mereka cukup mendistraksi kegugupannya. Selain keluarga mereka, Ray juga mengundang kedua sahabatnya ini karena bagaimanapun Nial dan Joaquin sudah lama mengenalnya. Ray juga yakin mereka tidak akan membocorkan berita ini kemana-mana, jadi dia tidak perlu khawatir. Sebenarnya ada satu orang lagi yang dia undang.

"Aku tidak terlambat kan?" tanya seseorang yang membuat obrolan Ray dan dua temannya terhenti.

"Loh, kenapa kau datang kemari?" Ray terkekeh saat melihat Nial dan Joaquin yang terkejut melihat kedatangan Caroline. Sementara gadis itu hanya mengendikkan bahu ringan.

Selain keluarganya, Ray meminta izin untuk mengundang Nial, Joaquin, dan Caroline. Ray hanya merasa selama ini Thea selalu merasa tidak pernah ada yang mau berteman dengannya padahal kenyataannya tidak seperti itu. Masih ada yang mau melakukan itu, Caroline adalah salah satu contohnya. Mungkin mereka belum begitu dekat, tapi mendengar cerita Caroline sebelumnya, Ray merasa gadis itu sangat baik pada Thea. Maka dia berpikir untuk mengundangnya di hari spesial ini. Beruntung Thea akhirnya setuju.

"Kau sudah siap? Acaranya akan segera dimulai," ucapan sang ayah membuat kegugupan yang awalnya tenggelam itu kembali muncul ke permukaan. Meski begitu Ray tetap mengangguk dan kembali bersiap.

Acara pernikahannya dan Thea memang diadakan tertutup di sebuah gereja. Tidak lebih dari lima belas orang yang hadir. Benar-benar hanya keluarga inti dan sahabat saja yang datang. Sengaja karena memang Ray dan Thea ingin semuanya dilakukan dengan sederhana saja. Beruntung orang tua mereka juga tidak mempermasalahkan. Mereka bilang akan menerima dan mengikuti apapun yang Ray dan Thea putuskan. Maka jadilah acara pernikahan sederhana ini.

Kegugupan Ray semakin bertambah saat dia mulai melihat Thea yang berjalan di depan sana didampingi ayahnya. Ray sudah pernah mengatakan bahwa Thea terlihat cantik dalam balutan gaun itu saat melakukan fitting. Namun, sekarang dia akan mengatakannya sekali lagi. Thea terlibat sangat cantik. Meski Ray belum bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tertutup sebuah kudung.

"Banyak sekali yang sebenarnya ingin aku katakan, tapi satu hal yang pasti adalah aku berharap kau bisa menjaga Thea dengan baik selama ini. Hari ini aku menyerahkan Thea padamu, tapi jujur saja tidak sepenuhnya karena sampai kapanpun akan memperhatikan kalian dari belakang. Memastikan bahwa kau benar-benar bisa menjaga putriku dengan baik."

Ray mendengarkan seluruh ucapan calon ayah mertuanya itu dengan seksama. Dia harap juga akan bisa melakukan itu. Dia langsung meraih tangan Thea dan menuntunnya perlahan sampai tiba di depan altar. Semuanya berjalan dengan lancar sampai Ray bisa mendengar suara riuh dan tepuk tangan begitu dirinya dan Thea dinyatakan sudah resmi terikat dalam sebuah pernikahan.

Bibir Ray mengulas senyum simpul kemudian mengambil cincin yang dibawakan oleh Caroline kemudian menyematkannya pada jari manis Thea. Perempuan itu juga melakukan hal yang sama pada jemarinya. Ray tersenyum semakin lebar saat membuka tudung yang menutupi wajah Thea sehingga sekarang dia bisa melihatnya dengan jelas. Thea sangat cantik dengan riasan yang kini terpulas di seluruh wajahnya. Ditambah senyumnya yang kini merekah lebar untuk pertama kalinya membuatnya berkali lipat lebih menawan di mata Ray.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang