·٠•● ஜ 𝔪𝔢𝔫𝔶𝔢𝔯𝔞𝔥?

120 9 99
                                    

Tobio masuk ke dalam studio. Ia malas, benar-benar malas. Rasanya ingin berbaring saja di atas tempat tidur. Tobio memang bukan tipikal orang yang senang berdiam diri, namun tidak bisa dikatakan salah jika ia ingin bermalas-malasan satu hari saja.

Perlukah Tobio mengundurkan diri dari Nixel Group? Well, semua ini terjadi memang bukan atas kemauannya. Tobio bebas pergi semau dia kapan saja. Ditambah, Tooru tampaknya benci padanya saat ini. Meski pria itu tetap akan terlihat biasa-biasa saja ketika bekerja. Mencoba bersikap profesional, mungkin?

Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi. Sepertinya hari ini tidak akan terlalu sibuk seperti sebelumnya. Suasana studio pun terasa sangat santai. Tiba-tiba saja, salah seorang fotografer mereka, Semi Eita datang menghampiri Tobio memberikan satu tas berukuran sedang padanya.

"Untukmu."

"Apa ini?"

"Seseorang datang kesini membawakan itu. Dia meminta bantuanku untuk memberikannya padamu." Ucap Semi.

"Ha? Siapa?"

Semi mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Aku belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya." karena memang benar bahwa Semi belum pernah bertemu orang tersebut sebelumnya.

"Kapan?"

"Belum lama. Mungkin sekitar beberapa menit yang lalu."

"Ciri-cirinya?"

Semi berpikir sejenak, "pendek, kecil, berambut oren--"

"Oke, dimana dia?!" potong Tobio. Ia sudah tahu dengan cepat siapa orang yang dimaksud.

"Setelah memberikan itu dia langsung pergi. Aku tidak tahu kemana pastinya."

Tobio pergi meninggalkan studio setelah mendengar penjelasan singkat Semi Eita. Semi bilang orang itu datang kesini beberapa menit yang lalu, itu berarti dia belum jauh darisini. Namun anehnya, mengapa Tobio tidak melihatnya? Bukankah mereka harusnya berpapasan di jalan?

Tobio menenteng tas tersebut. Isinya adalah bento berupa nasi dengan kari babi dan telur rebus di atasnya. Dua potong kue rasa blueberi, beberapa irisan buah dan yang terakhir dua kotak susu rasa vanilla.

Sial, ini benar-benar favoritnya.

Siapa lagi orang itu jika bukan Hinata Shoyo. Orang yang sangat tahu dengan semua makanan favoritnya.

Berterima kasih lah pada Tuhan karena menciptakan Shoyo dengan memberinya warna rambut mencolok. Yang membuatnya dengan mudah ditemui bahkan di tengah padatnya kerumunan orang lalu-lalang.

"Hinata!"

Pemuda itu tersentak kecil mendengar namanya dipanggil. Memutar tubuhnya ke belakang menghadap Tobio.

Shoyo sendiri sedikit merasa heran karena Tobio berhasil menyusulnya. Setelah sebelumnya ia berusaha agar tidak ketahuan pria itu.

"Kau yang memberikan ini?" Tobio mengangkat tas itu tepat di depan wajah Shoyo.

"Be-benar."

Shoyo sedikit gugup. Apakah Tobio tidak suka makanan nya? Apakah dia datang untuk menolaknya? Mengembalikan bento yang sudah ia buat?

Tobio diam. Melihat itu, Shoyo berkata,

"Aku memiliki sedikit daging babi pemberian Osamu-san kemarin. Kau tahu sendiri, aku tidak suka daging babi. Jadi aku memasaknya lalu memberikannya padamu. Maaf jika semuanya terasa tiba-tiba. Jika tidak suka, kau bisa--"

"Terima kasih." potong Tobio tegas.

Bola mata Shoyo membulat.

"Terima kasih atas makanannya. Kebetulan aku belum sarapan."

𝐂𝐀𝐍 𝐘𝐎𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄? • KagehinaatsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang