Shoyo menyaksikan dengan air mata yang berlinang. Mulutnya terbuka kecil dan hidungnya memerah. Beberapa detik setelahnya ia menangis tersedu-sedu. Kedua matanya terpejam, alisnya berkerut sangat dalam. Shoyo menangis tanpa suara. Hanya ada isakan kecil yang menyesak dada.
Shoyo tidak mau lagi melihat semua adegan itu. dimana Oikawa Tooru mencium bibir Tobio, orang yang ia cintai sejak SMA. Orang yang sangat ia tunggu keberadaanya. Orang yang ia harapkan bisa menjadi teman hidupnya. Bahkan, Shoyo dengan rasa percaya diri tingginya bisa menikah dengan Tobio suatu hari nanti. Mengetahui dirinya bisa hamil, mungkin bisa memberikan Tobio keturunan.
Syal coklat yang Shoyo kenakan telah basah karena air matanya sendiri. Mata indah itu sempat terbuka sejenak, membuatnya kembali melihat kelanjutan dari adegan yang membuat sakit hatinya.
Tooru masih mencium Tobio. Dia bahkan tidak melepasnya. Shoyo juga melihatnya, Tooru menangkup kedua pipi Tobio kemudian melumat bibirnya sedikit kasar. Ciuman mereka semakin dalam. Dua tangan Tobio mencengkeram bahu Tooru, seperti ingin mendorongnya. Tapi tidak berhasil karena Tooru masih terus bersikeras.
Lutut Shoyo berubah lemas bagai jelly. Kakinya seperti tidak menapak pada tanah. Dadanya sangat panas seperti membakar dirinya. Tidak berlebihan karena apa yang Shoyo rasakan memang seperti itu. Rasa sakit ini lebih sakit melebihi ketika Tobio mengabaikannya. Ini benar-benar sakit. Shoyo sudah cukup sering merasakannya, dan semua itu berasal tak lain dari Tobio. Baik dari perkataan ataupun perbuatan. Orang yang ia cintai sendiri.
Mungkin dirinya tidak pantas untuk Tobio.
Laki-laki rambut coklat itulah yang lebih pantas untuknya.
Tetes demi tetes air bening setia membasahi pipi putihnya. Pandangannya menatap kosong jalanan yang sedang ia pijak. Tidak lagi memiliki tenaga untuk menopang tubuh sendiri, sebelum akhirnya suara berat pria memanggil namanya dari belakang.
"Shoyo-kun!"
Atsumu mendapati Shoyo sedang berdiri membeku sembari menundukan kepala. Si pria Miya itu kaget, melihat pemuda kecilnya menangis sampai wajahnya berubah pucat. Tatapan kosong bagai insan yang tak memiliki aura kehidupan.
"Shoyo?"
Atsumu memegang dua pundak kecilnya dengan lembut. Membalikkan tubuhnya agar melihat kepadanya. Satu tangan besar Atsumu membelai pipi Shoyo yang saat itu masih menatap kosong udara. Sampai akhirnya Shoyo mau melihat padanya setelah Atsumu memanggilnya beberapa kali.
"Sho? Shoyo-kun? Hei, lihat aku..!"
"Tsumu-san.." lirih Shoyo. Pemuda itu menangis lagi. Kali ini diiringi lenguhan kecil dari bibirnya.
Netra Atsumu melihat ke depan. Sekarang Atsumu tahu apa penyebab Shoyo menangis pilu seperti di hadapannya saat ini.
Atsumu tidak pernah salah menerka. Kageyama Tobio memang brengsek. Sejak awal ia memang merasa jika si mata blueberry bukanlah orang baik.
Mereka berciuman, huh? Si rambut coklat itu bukannya model juga? Oh, jadi mereka adalah partner yang cinlok di tempat kerja. Mungkin mereka belum go public, kapan mereka jadian?
Atsumu tidak mau peduli dengan itu. ia membawa tubuh ringkih Shoyo menuju dekapan dada bidangnya. Mengusap lembut punggung si jingga. Membiarkan yang lebih muda menangis tanpa perlu khawatir bajunya basah.
"Pulang, yuk.."
Atsumu berkata lembut.
"Tsumu-san.." jawab si yang lebih muda dengan suara serak akibat menangis.
Atsumu membalasnya dengan senyuman. Mengusap pipi Shoyo.
"Disini dingin, kita pulang saja."
Shoyo menuruti perintah Atsumu bagai boneka. Atsumu melihat Tobio untuk yang terakhir kali. Dalam hati Atsumu ia bermonolog bahwa ia tidak akan membiarkan si brengsek Tobio mendekati Shoyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐍 𝐘𝐎𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄? • Kagehinaatsu
Fiksi Penggemar༺✮•°◤ 𝙃𝙞𝙣𝙖𝙩𝙖 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 terjebak dalam kisah cinta segitiga. Dia menyukai 𝙆𝙖𝙜𝙚𝙮𝙖𝙢𝙖 𝙏𝙤𝙗𝙞𝙤, tapi si pirang 𝙈𝙞𝙮𝙖 𝘼𝙩𝙨𝙪𝙢𝙪 terus-terusan ngejar dia. 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 capek, dia harus milih yang mana? Hng, 𝐁𝐱𝐁 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭.