·٠•● ஜ 𝔨𝔢𝔠𝔢𝔴𝔞

91 10 59
                                    

Jarum jam berdenting sebagaimana mestinya. Malam itu udara sebenarnya terasa dingin, namun tidak bagi sepasang anak adam yang tengah bercumbu panas di atas kasur.

Keduanya terengah sembari membelit lidah. Si yang lebih tinggi menjadi peran dominan dengan menguasai semuanya.

Shoyo memang ingin membuat pria yang kini berada di atasnya untuk merasa lebih baik. Tapi bukan dengan ini. Kenapa Tobio malah membawanya ke dalam kamar lalu menciumnya dengan sangat panas di atas kasur. Shoyo tidak pernah menginginkan ini.

Tobio menindih tubuh Shoyo seperti saat itu. Kedua tangan Shoyo diletakan di atas kepalanya, dengan satu tangan Tobio yang menahannya agar ia tidak bebas bergerak.

Shoyo menutup mata rapat-rapat. Lidah basah Tobio melesat masuk kedalam mulut Shoyo membuat saliva mereka bercampur jadi satu di dalamnya, dan Shoyo merasa aneh karena itu. Ada sedikit aroma alkohol dari mulut Tobio ketika pria itu menciumnya. Tetapi pria pemilik manik biru safir ini tidak terlihat mabuk.

Dan Shoyo yakin jika Tobio melakukan ini secara sadar.

"Hmph--"

Tidak memberi ampun sedikitpun, Tobio segera kembali melumat bibir ranum Shoyo dengan brutal. Hisap, jilat, gigit. Begitu terus secara berulang sampai bibir ranum itu membengkak akibat perbuatannya.

Dada Shoyo sangat sesak. Dia ingin berhenti namun tidak bisa karena Tobio menahan kuat-kuat tangannya. Mengunci pergerakannya.

Sampai akhirnya Shoyo mengumpulkan seluruh tenaga yang ia miliki untuk bisa melepas cengkraman Tobio dan keluar dari kungkungannya.

Ia terengah-engah sibuk mengambil pasokan oksigen.

"Apa yang kau lakukan, Kageyama?"

Posisi mereka masih tidak berubah sedikitpun.

"Tell me what do i do to make you feel better." jawab Tobio menirukan ucapan Shoyo.

Shoyo mendengus kesal.

"Ya, tapi bukan ini maksudku."

"Lalu? Memangnya apa lagi yang bisa membuat seseorang merasa baik jika bukan karena ini?"

Kening Shoyo berkerut.

"Maksudmu? Kageyama, aku merasa tidak mengenalmu jika seperti ini."

"Kau kenal aku lebih dari siapapun, Hinata."

"Kau mabuk."

"Nope."

"Mulutmu bau alkohol."

"Oh, aku memang sempat minum tadi. Tapi hanya sedikit. Buktinya, aku tidak mabuk."

Shoyo menutup mulut Tobio dengan tangan saat pria itu ingin menciumnya lagi. Dia membuang wajahnya ke arah lain untuk menjauhkan wajahnya dari Tobio.

"Hen-tikan, Kageyama.."

Leher putih Shoyo terekspos sempurna membuat Tobio mengambil tindakan lain. Sungguh, siapa yang tahan melihat pemandangan indah ini. Dia menepis tangan Shoyo di mulutnya lalu menurunkan kepalanya menuju leher jenjang Shoyo dan menjilat serta menghisap kuat-kuat kulit mulus tersebut. Lidah basah penuh saliva itu naik ke atas menuju kupingnya dan melakukan hal yang sama disana. Belum puas--karena sampai kapanpun Tobio nampaknya tidak merasa puas jika bersama Shoyo--Tobio sedikit menurunkan bagian leher bajunya untuk memberikan banyak kecupan pada tulang selangka Shoyo. Sesekali, ia menggigit pelan tonjolan tersebut.

"Aarghh..!"

Tobio tidak puas. Dia ingin lebih dan lebih lagi. Tobio tidak mau hanya sekedar ciuman saja. Mereka pernah melakukannya sekali malam itu, jadi jika mereka melakukannya untuk yang kedua kali maka tidak apa-apa, kan? Toh, Shoyo juga pasti tidak akan kesakitan.

𝐂𝐀𝐍 𝐘𝐎𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄? • KagehinaatsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang