01 - mon chéri

401 52 7
                                    

Zakiel duduk diatas motor, jam pulang sekolah telah usai sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi cowok itu masih berada di sekitaran sana, tak ada tujuan apa pun. Rasanya membosankan bila harus pulang, situasi disana selalu dapat merusak suasana hatinya. Cowok itu memantik korek api ditangan, ujung rokok yang terselip di kedua jarinya perlahan mengepulkan asap, dia menghisap dalam lalu pelan-pelan ditiupkan keluar.

Hingga perhatian Zakiel tertuju ke seberang jalan. Banyaknya pengendara motor hanya berlalu-lalang tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi, seorang perempuan mendapatkan perlakuan kasar tak mengenakkan. Zakiel memperhatikan dalam kebisuan, dia menontonnya. Bagaimana perempuan lemah itu berusaha keras memberontak dan melakukan perlindungan dari tiga orang yang ingin menyeretnya. Entah apa masalah yang menjadi landasan kekerasan itu terjadi, Zakiel enggan peduli dengan sesuatu yang tidak ada bayaran dan sangkut paut dengannya.

Sesaat perempuan itu tak sengaja menatap ke arahnya, sorot putus asa itu dapat ditangkap oleh Zakiel—sebuah ungkapan penuh harap dari gerakan bibirnya menarik simpati, jelas Zakiel melihatnya—kata 'tolong' tersampaikan, seakan hidupnya akan berakhir detik itu juga dan perempuan itu menggantungkan kesempatannya pada Zakiel. Ketika tangan perempuan itu dicekal kuat, tubuhnya didorong untuk terus melangkah dan hampir menjauh.

Zakiel berdecih, rokok ditangannya masih sisa setengah, tetapi secara sadar dia membuang dan menginjak ujungnya yang masih berapi. Cowok itu menyalakan motornya dan melaju.

Sementara perempuan yang melihat satu harapannya pergi menghela napas pasrah. Dia benar-benar sudah tak memiliki tenaga lagi untuk melawan, tiga orang yang mengejarnya ini terlalu kuat, sungguh. Dia menatap langit yang berawan cerah, melantunkan permintaan, semoga setelah apa yang terjadi padanya dia masih bisa melihat dunia, juga pulang menemui Ibu.

“Lain kali nurut aja cantik. Biar nggak perlu main kejar-kejaran dulu sampe capek gini.” Salah satu dari mereka mengambil beberapa helai rambutnya, lalu sengaja mengapitkan diantara hidung dan bibir, menghirup aroma yang tersaji alami. “Wangi juga, lo pasti perawatan ya.” Tingkahnya sangat amat kurang ajar, tanpa ragu mencolek dagu mulus perempuan tersebut dengan kekehan mengerikan.

“Siapa lo?” Mereka dihadang oleh seseorang. Terpaksa harus menghentikan langkah dan memandang aneh pada orang tersebut.

“Butuh uang?” Zakiel mengangkat sebelah alisnya. Sekilas menampilkan senyum tipis, bukan kesan ramah sebenarnya karena hal itu justru sukses memantik amarah salah satu dari ketiga orang itu yang merasa direndahkan secara tak langsung, namun tak dipungkiri jika dia tertarik.

Badannya besar, menumpuk dibagian perut yang membulat bagai ibu hamil. Agaknya dari dua yang lain, orang itu adalah bosnya, terbukti dengan gerakan maju yang menantang pada Zakiel. Wajahnya sangar, dengan sebelah tangan dihiasi tato hampir keseluruhan. Dia meludah ke sisi kiri, berlaga angkuh dengan pose kedua tangan di pinggang. “Bocah ingusan. Mau apa lo?”

Zakiel melirik perempuan yang penampilannya sudah berantakan. Wajahnya tak terlihat sebagian karena terhalangi helaian rambut dan dia menunduk. Entah mengapa, Zakiel harus berurusan dengan orang asing sepertinya. Apa yang dia lakukan juga adalah spontanitas belaka. Agak mengherankan diri sendiri yang bergerak sesuai insting. Berpaling sejenak, Zakiel kembali menatap datar sosok didepannya. “Gue beli dia.” Dagunya bergerak menunjuk pada si perempuan.

Sebuah senyum menjijikan hadir diwajah si preman, dia bertepuk tangan riang sambil menggelengkan kepala beberapa kali. “Wah, ternyata ada yang lebih gila juga dari kita.” Wajahnya busuk. Secara harfiah siapapun yang melihatnya pasti akan merasa jengkel tak terkira. Zakiel masih bersabar. Dia menahan diri untuk tidak menumbuk wajah itu sampai setidaknya warna biru menghiasinya. Orang itu bersuara lagi, “Lo masih sekolah tapi udah demen main selangkangan?” Kekehan menyindir.

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang