Tamparan keras itu mendarat dipipi kanan Naleeya. Nyeri dan panas membakar bagian tersebut. Tidak hanya sampai disitu, kepalanya yang tertoleh lantas segera menengok tepat ke hadapan si pelaku setelah rambutnya ditarik kasar. Perlakuan buruk itu Naleeya dapat ketika dia baru saja keluar dari toilet. Ada empat siswi yang merundungnya entah untuk alasan apa. Menyeret Naleeya sampai ke lokasi saat ini, ruangan besar dengan kolam renang khusus pelatihan bagi murid perenang.
“Cantik.” Pujian tersebut bukanlah sesuatu yang manis yang biasa Naleeya dengar dari orang-orang. Perempuan itu menyumpal mulutnya dengan segulung kain, ketika Naleeya hendak menendang, kakinya justru mendapat tendangan balik lebih keras hingga rasanya benar-benar sakit.
Naleeya sempat melawan kembali, tetapi kini kedua tangannya bahkan dicengkeram kuat oleh dua orang, sementara sisanya semakin gencar memperlakukannya seperti hewan. Wajah Naleeya kacau, rambutnya berantakan, rona merah telapak tangan timbul di kulit putihnya, sisa air mata yang kendur pertahanan dan denyutan nyeri di sebelah kakinya.
“Jangan ngelawan!” Salah satu dari mereka menggertak.
Getaran takut tak bisa disembunyikan. Naleeya berharap tidak lebih dari yang dia bayangkan. Orang-orang ini nampak asing, Naleeya bahkan ragu mengenali mereka karena wajahnya kelihatan lebih dewasa dengan seragam ketat menonjolkan buat dadanya. Apakah mereka murid sekolah ini juga.
Perempuan yang menamparnya mendorong kening Naleeya menggunakan jari telunjuknya, kukunya yang panjang menekan hingga menimbulkan tanda kecil lengkungan. Naleeya meringis tertahan. Perempuan didepannya tersenyum culas. “Dasar nggak tau malu. Udah miskin banyak gaya lagi. Lo kira lo pantes jadi ceweknya Zakiel yang super kaya raya? Hei, sadar oke? Lo bahkan lebih cocok jadi upik abunya ketimbang pacar.” Dia tertawa menghina. Sahutan setuju dari komplotannya menggema. Naleeya tidak pernah setakut ini dihadapkan pada perundungan. Namun, mereka jelas memiliki sikap lebih kasar dan seenaknya yang tak bisa Naleeya prediksi sejauh mana tindakannya beraksi.
Hanya kebisuan yang dapat Naleeya berikan. Dia menatap dengan hati terguncang. Mengharapkan kedatangan seseorang yang dapat membantunya keluar dari jeratan orang-orang nakal ini.
Salah satu orang yang berdiri disisinya mulai melancarkan aksi lain. Menambahkan tamparan lebih kencang di pipi kanan, Naleeya menangis, dia bisa merasakan sebelah pipinya mulai membengkak dan dari lubang hidungnya mengalirkan cairan pekat. “Heh, lemah banget sih, masa baru gitu doang udah mimisan.” Hina orang tersebut. “Lo tuh ya udah nggak tau malu ganjen pula. Nggak puas sama Zakiel sampai godain Ezhar juga?” Senyum merendahkan ditunjukkan untuk Naleeya yang sudah tak berdaya.
Kepala Naleeya disergap pusing. Tubuhnya bergetar dan lemas. Tidak dapat memberikan perlawanan. Apalagi hidungnya terus-menerus mengucurkan darah. Tampilannya lebih dari kata berantakan. Cocok bersanding dengan kata mengenaskan.
“Serakah juga lo.”
Perempuan pertama, yang mengendalikan teman-temannya, mencengkram kuat wajah Naleeya, mengharuskannya mendongak dan mengarahkan pada satu titik. Sebuah senyum jahat hadir. “Lo tau? Tempat ini sepi, jadwal latihan bahkan cuman sebulan dua kali, kalau gue ceburin lo ke kolam dan nggak ada yang tau, kemungkinan lo bakal, whusss~” Dia tertawa nyaring. Memperlihatkan wajah bengis siap menamatkan Naleeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mon chéri
Teen FictionWhen he closed his eyes, he saw only the shadow of his lover, who loved to colonize the contents of his head. Many men admirer her in secret, and Zakiel has the privilege of having patented ownership of Naleeya - his cherished girlfriend. ☞ simply e...