18 - mon chéri

113 28 23
                                    

“Apa?”

“Lo belum tau ya?” tanya Nejiro. Zakiel menatap datar dan menggeleng sekali.

Ketiga temannya. Nejiro, Petra dan Ozzie sejenak saling beradu pandang, mengkode agar salah satu dari mereka memulai percakapan. Ini cukup serius. Sejumlah murid di luar sedang membicarakan hal yang membuat gaduh sebagian gedung terutama kelas mereka. Sementara itu, sosok yang menjadi buah bibir justru terlihat tenang dan santai menghisap sebatang rokoknya.

Beruntung, dua jam berikutnya pelajaran di kosongkan karena para pengajar mengadakan rapat dadakan.

Zakiel menatap ketiga temannya yang saling menyikut — hanya dua, Nejiro dan Petra, sementara Ozzie hanya melirik sekilas pada keduanya sebab dia yang paling waras untuk tidak bersikap kekanak-kanakan. Zakiel menatap Ozzie, memancing agar temannya itu menjawab rasa penasarannya meski dia tidak bersuara sekedar bertanya 'kenapa'. Ozzie menghela napas, memaksa berdiri ditengah antara Nejiro dan Petra hingga setelahnya kedua bocah tersebut mengaduh sakit terduduk ke lantai. Ozzie baru saja menyikut keras perut keduanya agar berhenti bertingkah tak berguna. Dia memandang Zakiel lekat tanpa perduli pada dua temannya yang kesakitan. “Akun sosmed sekolah nge-upload poto lo sama Gracie yang naked. Orang-orang lagi gosipin itu sekarang.”

“Parah anjing, gue nggak nyangka lo kayak begitu.” Nejiro berkomentar, meski perutnya terasa nyeri dia tetap mencoba berdiri tegap, meringis sakit. “Ozzie, tai! Perut gue berasa pecah ususnya, gila, sakit banget, aduh!”

“Lebay.” Ozzie mencibir.

Zakiel menatap tak senang. Mendengar apa yang diberitahukan membuatnya merasa tak nyaman. “Liat.”

Ozzie menyerahkan ponselnya yang langsung menampilkan akun sekolah beserta sebuah postingan baru yang mendapat banyak komentar serta kutipan ulang yang beragama. Kedua alisnya menukik tajam. Meremas kencang ponsel Ozzie. Urat-urat tangannya semakin timbul siap meledak.

“Gue nggak tau siapa yang ngirim, Nathan lagi ngurus membernya yang ngelolosin menfess kotor begitu.” ucap Ozzie.

Tidak nyaman. Ini benar-benar tidak disangka. Namun, sangat pengecut apabila kebenaran harus disembunyikan. Dia menatap datar ketiga temannya yang menunggu konfirmasi. Jawaban tak dikira justru terlontar mulus begitu saja. “Itu gue.”

“WHAT THE HELL!? DUDE YOU OKAY?!” Pada respon ketiga temannya. Nejiro yang paling terkejut dan menatap tak percaya. Dia mengira kalau potret yang tersebar bersama Gracie bukanlah temannya — meski melihat dari postur tubuh yang jelas sekali lihat pun dia tahu itu siapa, tetapi tak menyangka kalau Zakiel akan merespon sesantai itu.

Tertawa sarkas. Sangat disayangkan kalau temannya bertindak seperti bajingan. “Lo nggak berusaha mengelak? Sumpah! Gue berharap lo marah-marah karena di poto itu bukan lo, tapi apa? You're more of a bastard than i thought. Tolol banget, kalau Nale tau gimana bodoh!? Lo sampe begituan sama cewek lain?!”

Zakiel tidak membalas perkataan temannya yang sedang menghakimi. Dia mendial nomor seseorang yang di ingat, kemudian berbicara serius dan penuh desakan. Ozzie memperhatikan dalam diam, tidak berkomentar sebab otaknya sibuk menelaah perlahan situasi yang terjadi — sejujurnya, meski paling dekat dengan Zakiel dari kedua temannya, Ozzie masih memiliki batas untuk tidak menggali kehidupan Zakiel sejauh mana yang dia mau, cowok itu terlalu menutup diri, hanya beberapa kali melibatkan dirinya dan meminta solusi karena mendapatkan jalan buntu, sisanya Ozzie sungguh tidak sejauh yang orang kira sebagaimana dia mengenal Zakiel. Petra menahan Nejiro yang hendak menghajar temannya, apalagi suara cowok tersebut yang meninggi memaki-maki tiada henti.

Suasana begitu canggung. Tegang dan tidak ada yang berniat membuka suara. Setelah Nejiro lebih tenang, dia melirik sinis pada Zakiel. Sudah menganggap Naleeya sebagai saudaranya, pada orang lain, Nejiro enggan memperlakukan baik serta terang-terangan bersikap peduli, tetapi perempuan itu memiliki kehangatan yang serupa dengan Ibunya hingga dia ingin melindungi Naleeya dari apapun — terlepas dari keusilan dan sifat nakalnya yang kerap kali menggoda, semata-mata untuk memastikan bahwa Naleeya masih memiliki senyum hangat yang sama.

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang