23 - mon chéri

222 43 9
                                    

🤍 you can hear the song before reading this part ; Drive You Insane — Daniel Di Angelio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤍 you can hear the song before reading this part ; Drive You Insane — Daniel Di Angelio.

Entah mengapa Naleeya mulai tak suka diacuhkan begitu saja. Melihat dari jauh bagaimana Zakiel bercengkrama dengan teman-temannya begitu santai sementara bersamanya tadi hanya membisu bak manekin — selama perjalanan, Naleeya hanya memandang ke luar jendela tanpa perlu repot-repot memulai pembicaraan, dan Zakiel pun melakukan hal serupa, fokus mengemudikan mobil tanpa membuat percakapan dengannya. Perlakuan cowok itu masih sama, manis dan perhatian, tetapi sikap dinginnya membuat Naleeya sadar kalau Zakiel berubah karena suatu alasan, dan itu mengganggunya. Dia tidak senang mengakui bahwa dia mulai hampa tanpa cowok tersebut. Biasanya Zakiel akan menempelinya dan bersikap manja, mencium tangannya, melontarkan pujian yang meluluhkan jiwa, memeluk erat sekaligus menghirup aroma tubuhnya — semua yang dilakukan cowok tersebut dirindukan oleh Naleeya. Beberapa hari yang terasa kaku.

Naleeya memainkan gelas berisi minuman anggur, berdiri didepan meja bulat dekat dengan kolam — hanya karena sisi ini yang nampak kosong dan dijauhi orang-orang jadi Naleeya menempatinya. Kalula dan Disha tidak terlihat, berkali-kali Naleeya mencari mereka tetapi nihil, dia tidak menjumpai keduanya.

“Hai.” Seseorang menyapa tiba-tiba.

Naleeya menoleh dan menemukan kehadiran sosok yang dia kenali. “Mahen?”

“Wah, gue terkesan bisa di inget sama cewek secantik lo.” Mahen tersenyum puas. Merasa bangga sebab Naleeya tidak melupakan namanya begitu saja.

Menelisik penampilan Mahen, Naleeya lantas memastikan dengan sebuah tanya. “Kaki sama tangan kamu udah lebih baik?” Turut prihatin atas musibah yang menimpa teman barunya.

“Gue paksain aja datang ke sini biar bisa ketemu lo.” gurau Mahen ditanggapi wajah terkejut Naleeya dan sebuah senyum paksa.

Cowok itu buru-buru meralat ucapannya — mengetahui tersiratnya ketidaknyamanan perempuan tersebut. “Bercanda. Udah lebih baik dari awal-awal. Tapi ya, masih belum boleh banyak gerak aja.”

Naleeya mengangguk paham. Tidak ada lagi obrolan. Hanya berakhir seperti itu.

“Gue kesana dulu, have fun, Nale.” pamit Mahen.

“Hati-hati.” ucap Naleeya. Kembali menyesap anggur di gelasnya sambil mengamati sekitar, sesekali melirik Zakiel yang asik mengobrol disudut lain, lagi-lagi dia menghela napas lewat mulut — sampai kapan mereka terus seperti ini.

“Sorry.”

Seseorang menjegal kaki Naleeya dengan sengaja, membuatnya terjatuh hampir memasuki kolam renang, telapak tangannya tergores lantai kasar, segera memundurkan diri tetapi kakinya sulit dikontrol. Naleeya sempat melihat orang itu memakai topeng setengah wajah. Dia perempuan, Naleeya bisa merasa kalau penampilannya nampak familiar.

Kakinya terkilir, dan ketika dipaksa bergerak, sakit luar biasa menyerang. Naleeya mengigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan jeritan, mengelus pergelangan kakinya yang cidera. Tak peduli pada dress navy yang menyingkap paha mulusnya, posisi duduk yang menggoda keteguhan hati sejumlah laki-laki. Sampai Naleeya merasakan sebuah jas menghangatkan tubuhnya, tapi belum cukup untuk mengalihkan fokusnya dari pergelangan kaki.

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang