09 - mon chéri

173 30 9
                                    

“Ngapain mereka?” Zakiel bertanya pada Ozzie saat melihat gerak-gerik aneh kedua temannya didepan, mereka menjaga jarak dengan beberapa langkah.

Ozzie membalas malas. “Biasa iseng. Kayak nggak tau bocah dua itu aja.” Cowok itu sudah tak aneh ketika menemukan kedua temannya kadang-kadang sudah menggoda sejumlah siswi yang berpapasan atau sekedar mengobrol didepan kelas.

Sementara itu. Tak jauh dari mereka, Nejiro tengah kelihatan gencar berbicara pada siswi asing yang menatap keduanya ngeri. “Lo tau dia? Well, a little advice, be careful 'cause he's the incarnation of the devil, cruel and rotten!” Tepat setelah Nejiro mengatakan kalimatnya, siswi tersebut kabur menjauh. Benar-benar pergi dengan perasaan takut seperti habis melihat sosok tak kasat mata.

Petra yang sebelumnya menjadi bahan bicara menepuk kepala Nejiro, melampiaskan kekesalannya. “Apaan!? Kok jadi jelek-jelekin gue. Nantangin?”

“Suit! Yang kalah shirtless sampe kelas.”

Petra mengusap dagunya sejenak seraya berpikir. “That's such a bad idea.” Berkomentar jujur.

Nejiro menyeringai kecil, setengah menantang. “I'll do it if you do it.”

“Bet!” Petra menyetujui kesepakatan. Kedua tangan itu berjabat erat. Mereka saling pandang cukup lama, seakan-akan berkomunikasi lewat tatapan mata. Nejiro melirik ekor mata disisi kanan, tepat dimana temannya berada, Petra yang paham segera mengangguk dan meleraikan jabat tangannya.

“Ozzie sama Zakiel juga ikutan buru!” ucap Nejiro. Satu-satunya yang bersorak heboh.

“Nggak.” Zakiel jelas menolak. Enggan terlibat dalam aksi nyeleneh kedua temannya. Apalagi kini Nejiro telah bergabung, menghilangkan hari-hari tenangnya sebelum cowok itu kembali. Ozzie tak menanggapi, dia tidak menyetujui juga tidak menolak, hanya melihat bagaimana Petra dan Nejiro saling pandang akhirnya dan menampilkan senyum aneh.

Nejiro menggidikkan kedua bahunya dengan tampang pura-pura cuek. Tanpa segan mengucap, “Oke. Tinggal gue aduin Naleeya kalau lo udah jahatin gue.”

Zakiel menatapnya tajam. “I'll beat you up, jerk.” Ini kesempatan terakhir. Sungguh. Kalau Nejiro tidak menyertakan nama Naleeya dirinya sama sekali enggan menerima paksaan mereka. Kemarin saat hari pertama dimana Nejiro kembali bersekolah, cowok itu bertemu dengan Naleeya yang kebetulan sedang memberikan cookies pada Zakiel. Lalu, entah bagaimana sebelumnya dan cara Nejiro berbicara, keduanya sudah terlihat akrab, bahkan Naleeya sesekali tertawa kecil menanggapi ocehan Nejiro, perempuan itu kelihatan nyaman untuk beberapa waktu berinteraksi dengan temannya. Zakiel berdecak tak suka. Sebelum akhirnya diperingati Naleeya supaya tidak mengganggu Nejiro karena cowok itu banyak mengadu hal-hal yang tak sepenuhnya benar pada Naleeya, mudahnya perempuan itu lebih berpihak pada Nejiro, membuat Zakiel jengkel setengah mati pada temannya karena telah lancang merebut perhatian Naleeya.

Mereka melakukan perdebatan singkat. Kemudian satu-persatu mulai tersisihkan. Petra jadi orang pertama yang memenangkan suit, disusul Ozzie dan kemudian barulah Nejiro bersorak girang. Zakiel jadi pihak yang kalah. Nejiro tertawa puas dalam hati, sebab dia tahu kalau Zakiel agak payah dalam keberuntungan bermain suit.

“Mampus! Selamat menikmati kekalahan tuan muda Shankara.” Nejiro terbahak melihat wajah Zakiel yang sama sekali tak berekspresi. Kedua alis cowok tersebut naik-turun, cara menggoda yang biasa dia lakukan pada seseorang. “Inget aturan yang kalah tadi kan?”

Zakiel menyeringai. Tidak merasa tersinggung ataupun terbebani. Dia menatap sekitar sebentar, masih ada beberapa siswa-siswi yang berkeliaran, tetapi tidak begitu banyak dan menyesakkan rongga dada, kadang entah apa yang dilakukan para murid yang selalu berkerumun didepan kelas, membuat Zakiel sering melalui jalan memutar agar tak berpapasan dengan sejumlah pemuja yang selalu menunggu kedatangannya.

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang