Temui aku di pertengahan malam nanti,
saat kau sedang terjaga,
saat senyap sudah bising ibukota,
saat lampu jalan akhirnya menyala,
saat tertutup sudah portal-portal,
saat berlabuh semua kapal di labuhan,
saat kereta pun berhenti pada stasiunnya,
saat bintang sedang indah-indahnya, dan kita bisa saling mendengar derap langkah yang semakin mendekat.Kita berdua dengan tangan kosong,
bagai manusia-manusia di bawah kolong, yang bahkan tidak tahu kapan ia hadir di dunia.
Yang berada pada pertengahan antara berjaga dan pasrah.
Sama, kita berdua pun saling tidak mengerti mengapa semesta pertemukan kita.
Kita bagai wayang yang ikut saja lakon yang dimainkan dalang.
Sepasrah itu kita.Temui aku malam nanti, mungkin aku bisa melihatmu dengan jelas meskipun temaram ruangmu.
Putar lagu-lagu favoritmu, agar bisa kupelajari meskipun kumpulan lagu kita berbeda.
Saat mentari terbit nanti, tutuplah mata kita dan peluk aku dalam dekapanmu hingga mentari bosan menunggu dan memilih untuk terbenam kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncovered Phrase.
PoetryNamun, ia enggan mengucapkannya pada lain orang. Karena menurutnya, menulis lebih melegakan daripada berbicara. Ia tak butuh banyak pendapat, ia hanya ingin dimengerti. Tulisan ini hanya luapan terbuka seorang remaja, dan ini dunianya...