Kata orang kami takkan mampu,
Membangun solidaritas tanpa rambu.
Dia mengucapkan "selamat" yang menjadi keramat bagi kami, biarlah berlalu.Dulu, kami tak punya kesempatan.
Dulu kami diasingkan,
Dianggap manusia kosongan.Dia yang terhebat,
Bahkan kami dilarang berdebat,
Disebut yang berkuasa yang terkuat.Tanpa kerja, kami menerima keputusan.
Tak bertanggungjawab, kami hanya utusan.Semenjak itu
Kami buktikan
Kami bukan kosongan,
Kami melebihi batasan.Tidak ada utusan,
Semua berurusan,
Tidak ada perbedaan,
Hanyalah solidaritas menyatukan.Manisnya malam itu
Kami tinggalkan memori di gedung warna biru,
Kami titipkan segala tawa, amarah, suka, maupun sendu di sana.
Langit berbintang saksinya.Kami berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha-Esa atas segala kuasanya,
Juga kepada segala dukungan yang kami terima,
Kepada segala konflik yang membangun kita,
Kepada segala debat yang akhirnya ada ujungnya,
Kepada semua kerja keras teman - teman yang tiada akhirnya.Teruskan semangat ini!
Jaga nama alumni kami.See you on top guys! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncovered Phrase.
PoetryNamun, ia enggan mengucapkannya pada lain orang. Karena menurutnya, menulis lebih melegakan daripada berbicara. Ia tak butuh banyak pendapat, ia hanya ingin dimengerti. Tulisan ini hanya luapan terbuka seorang remaja, dan ini dunianya...