Semilir angin sore yang sejuk menyapa Roka dan Azra saat mereka berjalan beriringan di taman kota.
Roka menggenggam tangan Azra dengan lembut, sebuah gestur kasih sayang yang telah menjadi kebiasaan mereka setelah puluhan tahun membina rumah tangga.Meski usia senja telah menghampiri, pancaran kebahagiaan dan kedamaian terpancar jelas dari wajah mereka.
Taman kota ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Roka dan Azra dalam menemukan belahan jiwa masing-masing. Dulu, di tempat inilah Roka pertama kali menyampaikan niatnya untuk mengenal Azra melalui proses ta'aruf yang halal dan diridhai Allah.
Dan kini, setelah menapaki jalan yang penuh berkah itu bersama-sama, mereka kembali ke tempat yang memiliki kenangan begitu berharga.
Roka memandang wajah istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Azra, masih ingatkah kau saat kita pertama kali bertemu di taman ini? Kala itu, aku begitu terpesona dengan keanggunan dan ketakwaanmu."
Azra tersenyum lembut, mengangguk perlahan."Tentu saja, Roka. Saat itu, aku pun terpukau oleh keberanian dan keteguhan imanmu. Kau menyampaikan niatmu untuk mengenalku melalui proses ta'aruf dengan begitu tulus."
Roka menghela napas bahagia, merangkul pundak istrinya."Dan sejak saat itu, kita memulai perjalanan panjang dalam mencari ridha-Nya. Kita saling mengenal dengan hati yang terbuka, membuka jalan untuk menemukan belahan jiwa masing-masing."
Azra menyandarkan kepalanya di bahu Roka, merasakan kehangatan yang melingkupi mereka."Kau benar, Roka. Proses ta'aruf itu telah membimbing kita untuk menemukan pasangan hidup yang sejalan dengan prinsip dan visi kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga."
"Alhamdulillah, istriku," sahut Roka dengan mata berkaca-kaca.
"Kita telah diberkahi dengan menemukan belahan jiwa yang senantiasa mendampingi kita dalam menapaki jalan ridha-Nya. Bersamamu, aku merasakan ketenangan dan kedamaian yang tak terkira."
Azra mengusap pipi suaminya dengan lembut."Aku pun merasakan hal yang sama, Roka. Kau adalah belahan jiwaku, tempat aku menemukan kekuatan dan keteduhan dalam menghadapi segala ujian hidup."
Mereka saling berpandangan, seolah dapat melihat ke dalam jiwa masing-masing.Roka kemudian menggenggam tangan Azra dengan erat.
"Terima kasih, istriku, untuk telah menjadi belahan jiwaku yang sejati. Bersamamu, aku menemukan makna kehidupan yang sebenarnya, yaitu mencari ridha-Nya dalam setiap langkah yang kita ambil."
Azra mengangguk, air mata bahagia mengalir di pipinya."Dan aku pun bersyukur telah menemukan belahan jiwaku dalam dirimu, Roka. Kita telah mengarungi perjalanan panjang ini bersama-sama, diikat oleh ikatan suci yang diberkahi-Nya."
Mereka pun berpelukan erat, meresapi kebahagiaan yang meluap dalam dada mereka.
Taman kota ini menjadi saksi bisu betapa proses ta'aruf telah membimbing mereka dalam menemukan belahan jiwa masing-masing, membuka pintu menuju kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat.

KAMU SEDANG MEMBACA
KENYA GERVASO
RomantizmKenya Gervaso adalah seorang mahasiswa semester empat di sebuah universitas terkemuka. Sejak awal masa kuliah, matanya selalu terpaku pada Azra, seorang senior yang begitu anggun dan terpelajar. Azra tak hanya memesona secara fisik, tetapi juga dike...