Suasana pemakaman sangatlah hening, tidak ada kicauan burung, bahkan para pelayat tidak ada yang berani bersuara bahkan untuk bernapas rasanya sulit. Langit yang sedari tadi mendung, secara perlahan mulai merintikan air hujan. Alam seolah-olah ikut berduka. Membuat para pelayat memutuskan untuk meninggalkan area pemakaman.
Terkecuali dengan 2 orang dengan salah satunya adalah seorang wanita yang menatap datar kearah nisan didepannya. Dibelakang wanita itu berdiri sesosok pria yang dengan sigap membukakan payung yang sudah dibawanya.
"Kau bisa pergi duluan Nico" ucap wanita itu dengan datar, tanpa melirik sang pria
Terdengar hela nafas pelan dari lelaki bernama Nico itu. Dia sudah lama mengenal wanita tersebut, dan sangat paham dengan perasaan nonanya saat ini.
"Setidaknya peganglah payung ini nona. Kami tidak ingin kau jatuh sakit" Nico menuntun tangan nonanya untuk memegang payung tersebut. Dia pun mengkode beberapa bodyguard yang berjaga untuk mengikuti langkahnya, dan memberikan waktu sendiri untuk sang nona.
Wanita tersebut masih dengan tatapan kosong, tapi percayalah jika hatinya sedang hancur. Pikirannya seolah-olah terlempar jauh ke masa lalu. Dia masih ingat kata-kata terakhir yang disampaikan oleh orang yang meninggalkannya itu.
"...............Ti amo, gattania*" //kucing kecilku
Panggilan manis saat pertemuan pertama mereka masih terbayang dalam pikirannya. Bahkan seolah-olah masih terdengar dalam telinganya
Awalnya dia protes dengan nama yang terlalu masih tersebut, tapi orang yang memberikan julukan malah tertawa keras, karena gemas dengan wajah kesal wanita tersebut
Kini dia tidak akan mendengarkan panggilan manis itu
"Ukhhh...." Keluh wanita itu saat dirinya merasakan sakit di dadanya
Dia merasakan seolah-olah ribuan pedang menusuk hatinya, bahkan rasanya sesak sekali
Sekelebat kenangan pahit hinggap dalam ingatannya
*****
"Sampai berjumpa lagi, little princess"
"UCCIDIMI!!!!* Bunuh saja aku nona. Kumohon bebaskan dia" //Kill Me
"Boleh aku minta tolong padamu? Kumohon agar kau menjaga mereka, Señorita" ucap seorang wanita paruh baya dengan senyumnya yang hangat
Dan pemandangan seorang kakak yang sedang memeluk adiknya yang sedang menangis meraung-raung karena kehilangan orang tua mereka untuk selama-lamanya
*****
Dia tersadar dari kenangan pahit yang sudah dia lalui
Perasaan ini terjadi saat dia berpisah dengan orang yang dia sayangi
Brukk...
Wanita tersebut tiba-tiba terduduk lemas, kakinya seolah-olah melemah. Bahkan payung yang dia pegang pun tergeletak begitu saja.
Tess....
Tak terasa setetes air mata mengalir dengan sempurna dari mata biru laut itu.
"K-kau mengingkari janjimu, pak tua" lirihnya sembari menundukan kepalanya dan memukul dadanya karena sakit didadanya terasa makin sakit
"Hikss.....hiksss...." tangisnya pelan dengan seluruh badannya yang sudah terselimuti air hujan
Tap.....Tap....
Terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekati wanita tersebut, dan rintik hujan terhenti disekitar wanita itu.
Tangis wanita itu pun terhenti karena merasakan seseorang tengah memayunginya. Dengan lemas dirinya mendongkak untuk melihat orang itu
"Kau bisa sakit. Ayo kita pulang" ajak seorang lelaki dengan senyumnya yang manis
Lelaki itu menyamakan posisi sang wanita, dan merangkulnya erat
Namun belum sempat wanita tersebut bangkit. Dia merasakan pening pada kepalanya, pandangannya mulai mengabur, dan badannya terasa lemas
Sang wanita pun kehilangan kesadarannya dalam pelukan sigap sang lelaki
*****
Hai semua, selamat datang di cerita baruku 🥳🥳
Cerita ini memiliki setinggan sama dengan cerita cupid (Buat yang belum tau, boleh banget mampir ke lapak ceritaku sebelumnya)Bedanya adalah cerita ini pure dari hasil hayalanku wkwkwk
Semoga pada suka ya, dan jangan lupa untuk votenya ya
Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionKita bertarung untuk mendapatkan Elise secara adil Theo, tantang Jungki Deal, pastikan kau sudah siap dengan pemakamanmu sendiri, ujar Theo dengan smirknya Elise sudah terlatih untuk mengendalikan emosinya. Sebagai anak dari Dewi perang Athena dia s...