Sinar matahari mulai menyinari rumah kecil berwarna putih. Rumah kecil itu nampak indah dengan pemandangan laut yang berada di halaman depan rumah
Seorang anak perempuan dengan rambut coklat blonde dan bermata biru tampak sedang sibuk dengan beberapa alat masaknya, seharusnya hari ini dia harus pergi ke pelabuhan untuk bekerja. Tapi semua itu harus dia tunda, karena malam kemarin dia menolong orang yang sedang terluka.
Sementara orang yang dia tolong, baru saja membuka matanya setelah tidurnya terganggu oleh suara ribut dari dapur, yang letaknya berdekatan dengan tempatnya berbaring
Lelaki yang usianya hampir setengah abad itu mulai mengumpulkan nyawanya dan tak lama dia tersadar sedang berada di rumah seseorang. Dia merasakan sakit dibagian punggung tangannya yang terhubung pada sebuah infus. Dia meraba bagian dadanya yang semalam terkena tembakan, dan dia bisa merasakan sebuah perban panjang yang membalut lukanya.
Apakah anak kecil itu yang menolongku, monolognya
Tidak mungkin dia bisa mengobati luka ini kecuali dengan bantuan dokter. Gawat sekali kalau dia bisa tertangkap, aku harus segera kabur dari sini, batinnya
Dia pun bangkit dari tidurnya, tapi hal itu membuat perih karena lukanya bergesekan dengan kain yang membalut luka tersebut
"Agghhh" rintihan orang tersebut, membuat fokus anak perempuan itu teralihkan
Dia mematikan kompor, dan menghampiri lelaki yang sedang berusaha untuk bangkit. Sang lelaki tidak sadar jika tepat dibelakangnya terdapat dapur kecil yang terhubung dengan sofa ruang tamu
"Lukamu akan parah, tuan. Kau harus berhati-hati" ucap anak tersebut yang membuat lelaki itu sedikit terkejut dan langsung menoleh kebelakang
Lalu anak itu menghampiri orang tersebut dan membantunya untuk duduk dengan membenarkan posisi bantal
"Semalam kau membuatku panik dan untungnya kau bisa diselamatkan" jelas anak tersebut dengan santai
"Kenapa kau menolongku?" tanya lelaki tersebut membuat anak tersebut mengerutkan keningnya bingung
"Pertanyaan anda aneh sekali. Tentu saja, saya harus orang yang terluka" ucapnya
"K-kau tau sendiri kan, lukaku ini bukan sembarangan luka biasa. Apa kau tidak takut padaku?" tanya lelaki itu dengan pandangan menyelidik
Anak tersebut hanya mengangkat bahunya acuh "Untuk apa aku takut dengan luka berdarah-darah itu. Bahkan aku lebih takut jika kau mati di rumahku, tuan" sindirnya kesal, membuat lelaki tersebut menjadi tertawa
"Semenjak aku diasuh oleh kakek, aku sudah tidak takut melihat luka berdarah seperti itu, tuan. Bahkan aku sering diminta tolong kakek saat ada nelayan yang membutuhkan pertolongannya" ucap anak tersebut
"Jadi kakekmu yang mengobatiku?" tanya lelaki itu dan dibalas anggukan kepala oleh sang anak
"Benar. Kakekku adalah dokter di desa ini. Sepertinya tak lama lagi dia akan kemari" ucap anak tersebut, dan secara kebetulan terdengar suara ketukan pintu
Anak tersebut membukakan pintu dan menyambut sang kakek. Lelaki yang sedang duduk tersebut langsung membulatkan matanya
"dr. Tayson?" ucap lelaki tersebut saat melihat sosok dokter yang tersenyum kearahnya
"Tuan Marchel" ucap dr. Tayson yang merupakan dokter kepercayaan keluarga De Marchel yang sudah pensiun 20 tahun yang lalu karena dia ingin menghabiskan waktu tuanya di sebuah desa yang dulunya merupakan tanah kelahirannya
Ternyata desa inilah yang dia bicarakan saat itu
"Syukurlah. Apakah ada keluhan tuan?" ucap Tayson setelah memeriksa lelaki itu
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionKita bertarung untuk mendapatkan Elise secara adil Theo, tantang Jungki Deal, pastikan kau sudah siap dengan pemakamanmu sendiri, ujar Theo dengan smirknya Elise sudah terlatih untuk mengendalikan emosinya. Sebagai anak dari Dewi perang Athena dia s...