24. Flashback

84 9 6
                                    

~ Flashback on~

Ino berdiri di tengah medan perang yang kacau balau, di mana harapan tampak semakin menipis. Di sekelilingnya, tubuh para Shinobi terbaring tak berdaya, beberapa terluka parah, sementara yang lainnya tidak bergerak lagi. Suara dentingan senjata, jeritan kesakitan, dan ledakan memenuhi udara, menciptakan simfoni mengerikan dari kehancuran.

Di depan sana, Naruto terbaring tak berdaya setelah bijuu di dalam tubuhnya diambil dan diserap oleh Patung Gedo Mazo yang menjulang tinggi. Tubuhnya terlihat kosong, kehilangan energi hidupnya. Ino merasa hatinya hancur melihat sahabatnya dalam kondisi seperti itu, namun dia tak bisa berbuat banyak.

Tidak jauh dari Naruto, Sasuke tergeletak dengan pedang yang tertancap dalam di tubuhnya, darah mengalir deras dari lukanya. Madara berdiri di tengah medan perang, senyum kejam terpampang di wajahnya, menikmati pemandangan kehancuran yang dia ciptakan. Segalanya tampak hancur dan berantakan, dengan setiap harapan hampir hilang sepenuhnya.

Madara kemudian menyerap semua kekuatan dari Patung Gedo Mazo ke dalam tubuhnya. Dalam sekejap, tubuhnya berubah, kekuatan yang dahsyat memancar dari dirinya. Dia kini bukan lagi Madara Uchiha yang dikenal oleh para Shinobi, melainkan sosok Otsutsuki yang lebih kuat dan mengerikan.

Dengan satu gerakan, Madara terbang ke langit, tubuhnya memancarkan aura yang luar biasa kuat. Dia mengangkat tangannya dan mulai merapalkan mantra kuno. Bulan di langit berubah menjadi merah darah, dan langit memancarkan sinar terang yang menyilaukan. Pohon raksasa dengan akar-akar panjang muncul dari bawah tanah, merayap dan membungkus tubuh setiap Shinobi yang ada di medan perang.

Ino merasakan tubuhnya menjadi kaku, tidak mampu bergerak. Akar-akar pohon raksasa itu melilitnya dengan erat, menghisap energinya dan menjebaknya dalam genjutsu yang tak berujung. Ketakutan dan keputusasaan melingkupi hatinya saat dia merasakan sesuatu membungkus tubuhnya lebih erat.

"Siapapun, tolong aku..." bisik Ino dengan suara lemah, namun suaranya tenggelam dalam kekacauan medan perang yang kini mulai hening di bawah pengaruh Mugen Tsukuyomi.

Dunia di sekelilingnya memudar, digantikan oleh kegelapan yang menelan segalanya. Ino merasa dirinya terseret dalam mimpi yang tak berujung, di mana kenyataan dan ilusi bercampur menjadi satu. Kenangan tentang teman-temannya, keluarga, dan kehidupan yang pernah dia miliki mulai memudar, digantikan oleh bayangan yang kelam dan menakutkan.

Dalam kegelapan itu, Ino berteriak meminta tolong, berharap ada seseorang yang akan datang menyelamatkannya. Namun, dia hanya bisa mendengar gema suaranya sendiri, terperangkap dalam genjutsu Mugen Tsukuyomi yang mengerikan.

.
.
.
.
.

"TIDAAAAK!!"

Ino terbangun dengan teriakan yang menggema. Napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan cepat sementara keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia mengenakan sebuah baju putih dari zaman dulu, yang kontras dengan pakaian pertempuran yang terakhir kali ia kenakan di medan perang. Rambutnya terurai bebas, tampak kusut dan basah oleh keringat.

Dengan perasaan panik, Ino memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia memandang sekeliling, berusaha memahami di mana ia berada. Paviliun ini begitu indah, dengan kasur empuk dan selimut sutra yang menyelimuti tubuhnya. Langit-langit tinggi berhiaskan ukiran rumit, tirai sutra menjuntai dari sisi-sisi tempat tidur, dan aroma bunga segar memenuhi ruangan.

Namun, langit di luar paviliun gelap, ditaburi bintang-bintang yang bersinar redup di antara awan-awan. Malam itu sunyi, hanya terdengar desiran angin lembut yang menyentuh dedaunan di taman luar. Bulan yang hampir purnama menggantung di langit, memancarkan cahaya perak yang masuk melalui kertas Shoji, menciptakan bayangan yang lembut di lantai tatami.

Secret of Destiny [MADARA X INO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang