15. Feelings of Rejection

109 18 5
                                    

Pagi itu, suasana di kediaman Uchiha terasa lebih hidup dari biasanya. Madara bersama beberapa pelayannya sedang sibuk mempersiapkan sebuah meja untuk malam romantis di tepi kolam renang. Lilin-lilin elegan dan bunga-bunga segar menghiasi meja, menciptakan suasana yang penuh keindahan dan kehangatan. Madara, dengan tatapan serius namun penuh perhatian, mengawasi setiap detail persiapan.

"Pastikan semuanya sempurna," katanya dengan suara tegas namun lembut kepada para pelayannya.

Sementara mereka sibuk mempersiapkan, tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Madara menoleh dan melihat ayahnya, Uchiha Tajima, mendekati mereka.

"Ayah," sapa Madara dengan nada yang lebih lembut dan penuh hormat. "Apa yang membawa mu ke sini pagi ini?"

Tajima tersenyum tipis, sesuatu yang jarang terlihat. "Aku hanya ingin melihat bagaimana kabarmu. Sudah lama kita tidak berbincang santai, sejak kau tinggal di rumahmu sendiri."

Madara mengangguk dan menunjuk kursi kosong yang tak jauh dari kolam renang. "Silakan duduk, Ayah. Pagi ini sangat cerah, bukan?"

Tajima mengambil tempat duduk di sebelah Madara, mengangguk setuju. "Memang cerah. Terakhir kali kita berbincang seperti ini, saat kau masih remaja."

Madara tersenyum tipis, mengingat masa-masa itu. "Waktu berlalu begitu cepat, Ayah. Banyak yang telah berubah."

Tajima mengangguk, memandang putranya dengan perhatian. "Aku mendengar bahwa akhir-akhir ini kau jarang berada di kantor pada jam kerja dan sering pergi. Ada sesuatu yang kau urus?"

Madara tetap tenang, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Ada beberapa hal pribadi yang harus kuurus, Ayah."

Tajima menatap putranya dengan tatapan yang ingin tahu. "Hal pribadi? Sesuatu yang penting sampai harus mengorbankan waktu kerjamu?"

Madara menunduk sejenak, kemudian mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke mata ayahnya. "Ada seseorang yang ingin aku pastikan keselamatannya."

Tajima mengerutkan kening, merasa tidak puas dengan jawaban itu. "Siapa seseorang ini, Madara? Mengapa begitu penting bagimu?"

Madara menghela napas panjang, mencoba menjelaskan tanpa terlalu banyak mengungkapkan. "Namanya Ino Yamanaka, putri tunggal pemimpin Klan Yamanaka. Dia adalah seseorang yang spesial bagiku. Aku ingin melindunginya dan memastikan dia selalu aman."

Tajima terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata putranya. "Melindungi? Atau memanipulasi? Kau tahu posisi kita, Madara. Klan Uchiha tidak bisa terlihat terlibat dalam skandal seperti ini, dan tidak ada Klan lain yang pantas bersanding dengan Uchiha selain Senju dan Uchiha itu sendiri."

Madara menatap Ayahnya dengan tegas, "Aku tidak perduli dengan permasalahan kedudukan Klan itu."

Tajima merasakan emosinya berada di ubun-ubun, mendengar ucapan putra tertuanya itu. "Madara, aku mendengar bahwa kau tidak hanya memantau gadis ini, tapi kau bahkan mengulik semua informasi pribadinya. Apakah itu benar?"

Madara tetap tenang, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Benar, Ayah. Aku ingin memastikan dia selalu aman."

Tajima menatap putranya dengan tatapan yang tajam dan penuh ketidaksukaan. "Kau tahu bahwa tindakan seperti ini bisa membawa konsekuensi besar bagi kita semua? Jika kau benar-benar peduli padanya, buktikan dengan tindakan yang benar, bukan dengan pengawasan yang posesif."

Madara mengepalkan tangannya, namun suaranya tetap tenang. "Aku mengerti kekhawatiranmu, Ayah. Tapi perasaanku padanya tulus. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padanya."

Tajima menghela napas dengan marah dan berdiri lebih tegak. "Madara, apakah anakku yang kuat dan berwibawa berhasil didikte oleh seorang gadis muda yang baru menginjak dewasa? Ini bukan hanya tentang perasaanmu, tapi juga tentang kehormatan keluarga kita."

Secret of Destiny [MADARA X INO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang