Ino menghempaskan dirinya pada kasur, memejamkan matanya dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kenyamanan. Kamar sendiri memang selalu menjadi tempat ternyaman, pikirnya.
Menghabiskan satu minggu penuh masa liburannya di penginapan milik Uchiha merupakan salah satu pengalaman terbaik. Jalan-jalan di pantai, menikmati keindahan pegunungan, memanggang Yakiniku dengan teman-temannya, dan yang paling menyenangkan adalah festival dua hari yang lalu. Walaupun ia merasa sedikit canggung ketika bersama dengan Hashirama dan Madara.
Madara, tiba-tiba pria dewasa itu hadir di pikiran Ino. Kaku, dingin, dan irit bicara tapi mampu menarik perhatian Ino. Dia tidak menapik bahwa dirinya begitu penasaran dengan sosok itu. Terlebih pada sorot matanya.
Ya, sorot mata seorang Madara Uchiha. Ino bukan tipikal orang yang naif, ia sadar betul bahwa tatapan Madara selalu mengintainya selama festival. Tatapan tajam, namun sarat akan kesedihan dan kerinduan.
Ino tidak mengerti, namun wajah pria itu terasa sangat familiar dalam ingatannya. Tapi siapa sebenarnya dia? Ino merasa dejavu, seolah ia pernah bertemu dengan Madara. Tapi kapan? Dan di mana? Hal itu membuatnya pusing sendiri.
.
.
.
.
.Dentingan jam mengisi keheningan di ruangan pribadi seorang Madara Uchiha. Pria itu tampak sibuk membolak-balik file folder yang telah dia kumpulkan selama beberapa tahun terakhir. Berisi hal-hal biasa seperti fotokopi akta kelahiran, informasi mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan jaminan sosial, dan scan sidik jari. Sebenarnya hal itu bukanlah hal yang terlalu penting baginya. Selain foto-foto gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
Rambut pirang panjang yang berkilau mencerminkan kepribadian yang ceria namun tegas, sementara mata biru yang cerah menunjukkan kebijaksanaan serta kecerdasan yang tinggi. Wajah yang terpahat dengan rasio sempurna, bibir seksi, hidung mancung, serta alis yang tipis membuatnya tampak begitu memesona. Setiap hari Madara merasa kesabarannya berangsur-angsur habis, secepatnya Ino harus kembali ke sisinya.
Tubuh yang terbentuk sempurna bak model, memancarkan keanggunan tanpa batas dari dalam dirinya. Madara selalu terpukau akan sosok itu, setiap saat ia selalu jatuh dalam pesona gadis kecilnya itu.
Madara mengedarkan pandangannya pada banyaknya foto yang ada di atas mejanya. Tanpa terasa sudah 9 tahun lamanya dia memantau dari jauh. Foto-foto setiap gadis itu berulang tahun menunjukkan bahwa Madara memerhatikan tumbuh kembang Ino. Oh ayolah, adakah yang lebih romantis dari itu? Madara tersenyum miring.
‘’Kirim Obito ke ruangan ku sekarang!’’ Madara berbicara melalui telepon di dalam ruangannya.
Tak lama setelah itu suara ketukan terdengar, dengan respon singkatnya Madara mempersilahkan untuk masuk. Tampak seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam legamnya muncul di balik pintu.
‘’Aku harap kau membawanya,’’ ujar Madara tanpa mengalihkan perhatiannya dari foto-foto Ino.
‘’Oh ayolah Paman, santai sedikit.’’ Obito tampak berjalan kearah Madara dengan santai, ia kemudian meletakkan sebuah map di atas meja pria yang penuh dengan karisma itu.
‘’Aku tidak suka menunggu, seharusnya kau tahu itu.’’ Madara meraih map yang baru saja Obito bawa, membuka dan kemudian memerhatikan setiap detail yang tertulis di sana.
‘’Ino Yamanaka, merupakan putri dari pemimpin klan Yamanaka, berusia 18 tahun dan sebentar lagi akan berulang tahun untuk yang ke-19. Ayahnya, Inoichi Yamanaka merupakan Kepala Komisaris Kepolisian Konoha, dan termasuk salah satu pemegang saham terbesar di Perusahaan Yamanaka. Semua orang tahu, bahwa Fugaku Uchiha adalah Sahabat dari orang itu. Sementara Ibunya, Hakari Yamanaka adalah pemilik brand Fahion ternama di Konoha, Perusahaan kita adalah penyuntik dana tetap untuk brand tersebut. Keluarga itu juga memiliki toko bunga yang cukup populer di Konoha, Ino sering menghabiskan waktunya di sana ketika tidak memiliki jadwal lain.’’ Obito menjelaskan secara panjang lebar, pria itu menarik kursi untuk duduk di hadapan Madara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Destiny [MADARA X INO]
RandomMadara menerjang kehidupan demi kehidupan hanya untuk mencarinya. Dia sudah kehilangan cinta di dua kehidupan sebelumnya dengan cara yang begitu menyakitkan. Dan kali ini dia berjanji bahwa itu tidak akan terjadi lagi. "Tuhan, jika memang kehidupan...