Ino berdiam diri di kamarnya, memeluk lututnya di atas kasur dengan selimut sutra yang membungkus tubuhnya. Tatapannya kosong, tenggelam dalam lamunan yang menghantui pikirannya sejak ia sadar kembali. Aiko, pelayan setia yang ditugaskan oleh Madara untuk menemani Ino, hanya memperhatikan dari ujung kamar sambil merajut. Musim dingin sudah di ambang pintu, membuat suasana kamar terasa semakin hening dan sunyi.
"Di perang itu, Madara awalnya dibangkitkan dengan edo tensei dan mengacak-acak puluhan ribu Shinobi. Lalu, dia berhasil bangkit menjadi manusia utuh dengan jurus rinne tensei. Perang itu sangat mengerikan. Ayahku, paman Shukaku, Neji, dan banyak lagi tewas karena Madara. Dia berhasil membangkitkan Mugen Tsukuyomi." Tiba-tiba Ino mulai berbicara dengan nada rendahnya, masih dengan tatapan kosongnya.
Aiko berhenti merajut, menatap Ino dengan rasa prihatin. Dia terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis, mencoba menenangkan Ino. "Sepertinya nona mengalami mimpi yang mengerikan saat tidak sadar berhari-hari."
Ino menggeleng, menolak anggapan itu. "Itu semua bukan mimpi," ujarnya dengan tegas. "Aku ingat dengan jelas. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Semua orang berjuang melawan dia. Bagaimana mungkin itu hanya mimpi?"
Aiko meletakkan rajutannya, mendekati Ino dan duduk di sampingnya. "Nona, empat hari yang lalu, Tuan Hashirama dan Tuan Madara menemukan nona di hutan belakang Konoha. Nona tidak sadarkan diri dan dalam kondisi kritis."
Ino terdiam, mencerna informasi itu. "Mereka yang menemukanku? Hutan belakang Konoha?" Dia mengulang dengan suara pelan, mencoba memahami situasi yang sebenarnya.
Aiko mengangguk. "Iya, nona. Sejak saat itu, Tuan Hashirama meminta agar anda di rawat di kediaman Uchiha dan menugaskan saya untuk merawat nona dengan sangat hati-hati. Mereka ingin memastikan nona pulih sepenuhnya."
Ino terdiam mendengar penjelasan Aiko, hatinya dipenuhi kebingungan. Sebenarnya, di mana aku sekarang ini? Apakah dunia ini palsu? Atau waktu yang berbeda? Kenapa dia merasa tidak tahu apa-apa? Rasanya dia mengalami krisis identitas di sini.
Aiko melanjutkan dengan lembut namun tegas. "Kalau Tuan Madara masih hidup saat ini, bagaimana mungkin dia bangkit dengan jurus yang dikatakan nona? Tuan Madara juga baik, dia membangun Konoha bersama Tuan Hashirama. Walaupun sebelumnya mereka saling berperang untuk klan masing-masing tapi tetap tidak mungkin Tuan Madara melakukan hal seperti itu."
Ino mencoba mencari penjelasan. "Tapi aku ingat dengan jelas. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Semua orang berjuang melawan dia. Bagaimana mungkin itu hanya mimpi?"
Aiko menghela napas, mencoba menenangkan Ino. "Yang penting sekarang adalah nona ada di sini, di tempat yang aman. Jangan biarkan kekhawatiran dan ketakutan menguasai nona."
Ino menatap Aiko dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Terima kasih, Aiko. Aku hanya butuh waktu untuk memahami semuanya."
Aiko tersenyum lembut. "Saya selalu di sini untuk membantu nona. Apapun yang nona butuhkan silahkan beritahu saya."
Musim dingin terus mendekat, membawa serta angin dingin yang menyelimuti keduanya dalam keheningan yang penuh teka-teki. Aiko kembali merajut, berharap kata-katanya bisa membawa sedikit kedamaian bagi Ino yang sedang dilanda kebingungan dan ketakutan.
.
.
.
.
.Ino berdiri di halaman kediaman klan Uchiha, menatap bulan yang bersinar terang di langit malam. Cahaya bulan memantulkan keindahannya, menyinari wajah Ino yang penuh kebingungan dan ketakutan. Pikirannya berkecamuk, memikirkan berbagai skenario yang mungkin menjelaskan situasinya saat ini.
Salah satu pikiran yang terus berulang adalah apakah dunia ini palsu, atau apakah dia telah kembali ke masa lalu, jauh sebelum Hokage pertama meninggal? Jika benar, berarti dia berasal dari masa depan. Bagaimana caranya dia bisa sampai di sini? Yang dia tahu, Mugen Tsukuyomi adalah jurus yang membuat semua korbannya tertidur dan bermimpi sesuai keinginannya. Jika ini memang masa lalu, apa yang terjadi di masanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Destiny [MADARA X INO]
RandomMadara menerjang kehidupan demi kehidupan hanya untuk mencarinya. Dia sudah kehilangan cinta di dua kehidupan sebelumnya dengan cara yang begitu menyakitkan. Dan kali ini dia berjanji bahwa itu tidak akan terjadi lagi. "Tuhan, jika memang kehidupan...